Hari-hari berlalu, dan keluarga Salvatici mulai merasakan perubahan. Meskipun ancaman dari keluarga Moretti masih membayangi, ada rasa baru yang tumbuh di antara mereka—sebuah ikatan yang lebih kuat, lebih dalam. Arlo, yang sebelumnya merasa seperti bayangan dalam keluarganya, kini merasakan kehangatan dan perhatian yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Pagi itu, matahari terbit perlahan, memancarkan cahaya keemasan yang menyinari ruang tamu mansion Salvatici. Arlo duduk di depan jendela besar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Pikiran-pikirannya terus melayang, berusaha menyusun potongan-potongan kenangan yang selama ini terpendam dalam hati.
Di belakangnya, terdengar langkah kaki yang familiar. Dante, Marco, dan Rico masuk ke ruang tamu, masing-masing dengan ekspresi serius namun lebih lembut dari sebelumnya.
"Arlo," panggil Dante, suaranya lebih tenang dari biasanya. "Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan."
Arlo berbalik, melihat ketiga abang-abangnya berdiri di sana. Meskipun ada jarak di antara mereka, Arlo merasakan kedekatan yang mulai tumbuh. Mereka bukan hanya saudara sekandung, tapi kini mereka adalah pelindung dan teman.
"Ada apa?" tanya Arlo pelan.
Marco yang biasanya lebih tertutup, kali ini berbicara lebih terbuka. "Kita tahu bahwa kita belum bisa menjadi keluarga yang sempurna untukmu, Arlo. Tapi kita ingin kamu tahu satu hal: kami akan selalu ada untukmu, apapun yang terjadi."
Rico menambahkan dengan suara penuh tekad, "Jangan pernah ragu, Arlo. Kami akan melindungimu, dan kali ini, kita akan melawan bersama."
Arlo merasa matanya mulai terasa berat, seolah ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Ia berusaha menahan air mata yang tiba-tiba muncul. Ini adalah momen yang ia tunggu-tunggu selama bertahun-tahun—momen di mana ia merasa diterima, dilindungi, dan tidak lagi dianggap sebagai beban.
Luciano, yang baru saja masuk dari pintu lain, mendekati mereka. Wajahnya yang keras kini terlihat lebih lembut, seiring dengan senyum tipis yang muncul di bibirnya. "Apa yang dikatakan Abang-abang mu benar, Arlo," katanya, menatap anak bungsunya dengan tatapan penuh kasih. "Papa tahu papa banyak membuat kesalahan, dan papa sangat menyesalinya. Tapi sekarang papa berjanji akan melindungimu, tidak peduli apapun yang terjadi."
Luciano merangkul Arlo, menariknya ke dalam pelukan yang hangat. Di luar sana, badai mungkin sedang mengancam mereka, tetapi di dalam ruangan ini, tidak ada yang lebih kuat dari cinta keluarga.
Dante, Marco, dan Rico mengikuti dengan merangkul Arlo satu per satu, mencium kepalanya dengan lembut. "Kamu bukan lagi anak kecil yang harus dilindungi," kata Marco, "kamu adalah bagian dari keluarga yang akan selalu bersama."
Air mata Arlo akhirnya jatuh, tetapi kali ini bukan karena kesedihan, melainkan karena kebahagiaan. Ia merasakan kekuatan yang tak terlihat, kekuatan yang datang dari keluarga yang, meskipun terlambat, akhirnya mengakui keberadaannya dan siap untuk melindunginya.
"Telima kasih," bisik Arlo, suaranya hampir tak terdengar. "Telima kasih sudah ada untukku."
Dante tersenyum, menepuk pundaknya dengan penuh kasih. "Tidak perlu terima kasih, Arlo. Ini adalah tempatmu, dan selalu akan begitu."
Dalam pelukan itu, Arlo tahu satu hal yang pasti—mereka adalah keluarganya, dan bersama-sama, mereka akan menghadapi apapun yang datang ke depan. Tidak ada lagi ketakutan, tidak ada lagi rasa terbuang. Ini adalah awal baru, dan Arlo akhirnya bisa merasakan bahwa ia tidak pernah benar-benar sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI"
AçãoArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...