Bab 31: Perang dalam Diam

0 0 0
                                    

Kehidupan di keluarga Salvatici tidak pernah benar-benar tenang, meskipun mereka mulai membangun kembali ikatan yang sempat retak. Ketegangan masih terasa di udara, seperti badai yang siap meledak kapan saja. Setelah ancaman keluarga Moretti yang hampir memporak-porandakan mereka, Luciano, anak-anaknya, dan Arlo tahu bahwa mereka harus lebih siap daripada sebelumnya. Tetapi musuh mereka bukan hanya keluarga Moretti—ada kekuatan yang lebih gelap, lebih tersembunyi, yang kini mulai mengintai mereka.

Arlo duduk di ruang keluarga, memerhatikan keluarganya yang sedang berbincang serius. Semua terlihat lebih matang, lebih waspada. Dante, Marco, dan Rico berbicara tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk menjaga bisnis keluarga tetap aman, sementara Luciano duduk di ujung meja, wajahnya penuh ketegangan.

"Apakah kamu yakin kita bisa mengatasi ancaman ini, pah?" tanya Dante dengan suara rendah.

Luciano mengangguk, meskipun matanya penuh kecemasan. "Keluarga Moretti bukan lagi masalah utama kita. Ada pihak lain yang lebih berbahaya—sebuah kelompok yang bergerak di bawah permukaan, mereka mengincar kita, bukan hanya dari segi bisnis, tapi juga kekuasaan. Mereka tahu kita lemah, dan mereka ingin menghancurkan kita dari dalam."

Arlo merasa ketegangan yang sangat nyata. Sebelumnya, ia hanya melihat ancaman itu sebagai sesuatu yang berada di luar kendali mereka, tapi sekarang ia tahu bahwa keluarga Salvatici sedang terperangkap dalam perang yang jauh lebih besar dari sekadar perebutan bisnis. Ada pertempuran untuk kekuasaan yang lebih gelap dan lebih licik, dan mereka harus berjuang untuk bertahan hidup.

"Siapa meleka?" tanya Arlo dengan suara serak.

Luciano menatap Arlo dengan mata penuh kehati-hatian. "Kita tidak tahu banyak tentang mereka. Mereka berada di balik layar, mengendalikan banyak bisnis besar, dan mereka ingin menumbangkan kita. Kita hanya tahu bahwa mereka sangat berbahaya."

Arlo menggigit bibirnya. Perasaan takut yang sudah lama ia pendam kini kembali muncul. Dulu, ia takut dengan kekuasaan keluarganya, dan sekarang, ancaman terhadap mereka semakin nyata. Namun kali ini, ia tidak akan mundur. Ia telah belajar banyak, terutama tentang apa yang harus dilindungi—keluarganya.

"Apa lencananya, pah?" tanya Arlo dengan lebih tegas. "Kita tidak bisa telus teljebak dalam bayang-bayang ketakutan."

Luciano mengangguk. "Kita akan melawan, Lio. Tapi kita harus cerdik. Kita tidak bisa sembarangan menyerang, atau kita akan jatuh ke dalam perangkap mereka. Kita akan mencari tahu siapa yang ada di balik semuanya, dan kita akan bersiap untuk bergerak."

Dante menambahkan, "Kita harus hati-hati. Kita sudah kehilangan banyak sekali, dan kali ini, kita tidak bisa mengambil risiko yang lebih besar."

Arlo menyadari, perang yang sedang mereka hadapi tidak hanya melibatkan kekuatan fisik, tapi juga kecerdikan dan kesabaran. Mereka harus siap menghadapi musuh yang tak terlihat, dan melawan dengan cara yang belum pernah mereka coba sebelumnya.

Setelah percakapan itu, Arlo pergi ke ruang pribadinya, merasakan beratnya beban yang kini berada di pundaknya. Keluarganya mungkin sudah mulai mempercayainya, tetapi ia tahu bahwa pertempuran yang sebenarnya baru saja dimulai. Kali ini, ia harus lebih dari sekadar penerus—ia harus menjadi pemimpin.

Ketika ia berdiri di depan jendela kamar, memandang keluar ke kota yang sepi, sebuah suara familiar terdengar dari belakangnya. "Lio," panggil Elias dengan lembut.

Arlo menoleh, melihat Elias berdiri di ambang pintu dengan wajah serius. "Bang Elias, Lio melasa kita tidak tahu apa yang sebenalnya kita hadapi."

Elias mengangguk, matanya penuh pengertian. "Abang tahu perasaanmu, Lio. Tapi jangan lupakan apa yang sudah kamu pelajari. Kamu kuat, dan kamu tidak sendirian. Semua ini memang berat, tapi kita semua ada di sini untukmu."

Arlo tersenyum tipis. "Telima kasih, Bang. Lio tidak tahu apa yang akan teljadi, tapi Lio akan beltalung untuk kelualga ini."

Elias berjalan mendekat, menepuk pundaknya dengan lembut. "Kita semua akan bertarung bersama. Kita punya satu tujuan, dan itu yang akan menyatukan kita."

Di luar sana, malam semakin larut. Keluarga Salvatici berada dalam kedamaian sementara, tetapi mereka tahu bahwa waktu mereka untuk bersiap semakin pendek. Perang dalam diam sedang dimulai, dan kali ini, mereka harus melawan musuh yang tidak terlihat, yang siap mengancam keberadaan mereka.

"ARLO  SALVATICI"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang