Kehidupan di mansion Salvatici perlahan kembali normal, meskipun ada banyak perubahan yang masih terasa di setiap sudut rumah. Arlo berdiri di depan cermin, menatap wajahnya yang kini tampak lebih dewasa, lebih kuat dari sebelumnya. Setelah melewati banyak hal, ia merasa dirinya telah berubah. Tidak lagi anak yang takut dengan masa depan, namun seorang pria yang siap menghadapinya, apapun yang terjadi.
Dari balik pintu, terdengar langkah kaki seseorang yang semakin mendekat. Arlo menoleh dan melihat Luciano masuk ke dalam kamar. Ada ketegangan yang sedikit mengental di antara mereka, meskipun Arlo merasa lebih siap daripada sebelumnya untuk berbicara dengan papanya.
"Apa kabar, Lio?" tanya Luciano dengan nada lebih lembut dari biasanya.
Arlo mengangguk pelan, meskipun ia merasa ada perasaan canggung yang masih menguar di udara. "Lio baik, pah. Telima kasih."
Luciano mendekat, duduk di sisi tempat tidur Arlo. "Papa tahu kita belum selesai dengan semua ini. Ada banyak yang harus kita hadapi bersama," kata Luciano dengan suara berat.
Arlo menatap papa nya, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Lio tahu, pah. Lio juga ingin mempelbaiki semuanya. Lio tidak ingin hidup dalam bayang-bayang masa lalu lagi. Lio ingin maju, belsama kelualga ini."
Luciano mengangguk, wajahnya penuh penyesalan. "Papa juga ingin itu, Lio. Papa ingin kamu tahu bahwa papa bangga padamu. Meskipun papa tidak selalu menunjukkan itu, papa selalu menyayangimu."
Kata-kata itu, meskipun sederhana, terasa sangat berarti bagi Arlo. Selama bertahun-tahun, ia merasa terabaikan, bahkan terlupakan oleh orang tuanya. Namun sekarang, ia merasa sesuatu yang berbeda. Papanya akhirnya melihatnya bukan hanya sebagai anak yang lemah, tapi sebagai bagian penting dari keluarga ini.
"Lio juga bangga padamu, pah," jawab Arlo, suaranya sedikit bergetar. "Lio tahu paps belusaha sebaik mungkin untuk kita semua."
Luciano menatap Arlo dengan mata penuh kehangatan. "Kamu adalah masa depan keluarga ini, Lio. Jangan biarkan apapun menghalangimu."
Percakapan mereka berakhir dengan keheningan yang nyaman, seolah-olah beban yang selama ini ada di antara mereka perlahan menghilang. Arlo merasa lebih ringan, lebih siap untuk menghadapi apapun yang akan datang.
Di luar kamar, di ruang keluarga, Dante, Marco, dan Rico sedang berkumpul. Mereka berbicara tentang masa depan, tentang bagaimana mereka akan terus menjaga keluarga ini dan memperluas bisnis mereka. Namun, tak satu pun dari mereka yang tahu bahwa Arlo sedang duduk bersama papanya, berbicara dengan cara yang tak pernah mereka duga sebelumnya.
"Lio akan menjalani banyak ujian ke depan," kata Elias saat bergabung dengan Arlo setelah percakapan itu. "Tapi ingat, kamu tidak sendiri. Kamu selalu punya kami."
Arlo tersenyum tipis, merasakan kehangatan dari kata-kata Elias. "Lio tahu, Bang. Telima kasih."
Langit malam itu lebih terang dari sebelumnya, dan di bawah cahaya bintang, keluarga Salvatici perlahan mulai menemukan kedamaian dalam perjalanan mereka. Mereka tahu bahwa masa depan masih penuh tantangan, tetapi kali ini, mereka akan menghadapinya bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI"
ActionArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...