Lio duduk manis di sofa ruang keluarga, kakinya yang kecil menggantung tanpa menyentuh lantai. Marco ada di sebelahnya, sibuk dengan tablet di tangan, sementara Dante berdiri di dekat jendela sambil menelepon seseorang. Suasana pagi itu terasa hangat, tapi ada sedikit ketegangan yang belum Lio pahami.
“Papa mana, Bang Malco?” tanya Lio dengan suara cadelnya, memiringkan kepala ke arah Marco.
Marco menoleh sebentar, tersenyum kecil. “Papa lagi siap-siap. Kita tunggu sebentar lagi, ya?”
Tidak lama kemudian, Papa Luciano masuk ke ruang keluarga, diikuti oleh Rico yang membawa dokumen di tangannya. Elias berjalan paling belakang, terlihat agak gugup. Papa Luciano berdiri di tengah ruangan, memberi isyarat agar semua anaknya memperhatikan.
“Papa punya pengumuman penting hari ini,” ujar Papa Luciano dengan suara tegas namun penuh kehangatan.
Lio menatap Papa Luciano dengan mata berbinar, penasaran. Marco meletakkan tabletnya, sementara Rico dan Dante sudah mengambil posisi di dekat sofa. Elias tetap berdiri di belakang, jelas terlihat kurang nyaman dengan perhatian yang tertuju padanya.
Papa Luciano tersenyum ke arah Elias sebelum melanjutkan, “Mulai hari ini, Papa memutuskan untuk mengangkat Elias sebagai anak Papa. Dia resmi menjadi bagian dari keluarga Salvatici, dengan nama Elias Salvatici.”
Lio langsung melompat dari sofa, berlari kecil menuju Elias dengan ekspresi ceria. “Bang Elias jadi abang Lio sungguhan?” tanyanya sambil menatap Elias dengan penuh harap.
Elias berlutut, sejajar dengan Lio, dan tersenyum kecil. “Iya, Lio. Mulai sekarang, Bang Elias jadi abang kamu sungguhan.”
Tanpa ragu, Lio memeluk Elias erat-erat. “Lio sayang abang Elias! Bang Elias nggak boleh pergi lagi, ya!”
Melihat itu, Marco tertawa kecil dan berdiri mendekati mereka. “Selamat datang di keluarga, Elias. Tapi siap-siap aja, Lio itu posesif banget. Kamu bakal sibuk nanti.”
Rico mengangkat bahu dengan ekspresi bercanda. “Bukan cuma Lio. Kamu juga harus siap rebutan perhatian dengan kami bertiga.”
Dante menambahkan sambil tersenyum, “Selamat, Elias. Kamu sudah jadi bagian dari kita. Dan percaya sama aku, keluarga ini bakal selalu mendukung kamu.”
Papa Luciano mendekat, menepuk bahu Elias sebelum memeluknya erat. “Kamu sudah lama sendiri, Elias. Sekarang kamu nggak perlu khawatir lagi. Keluarga ini adalah tempat kamu.”
Elias tidak bisa menahan air matanya. Untuk pertama kalinya, ia merasa diterima sepenuhnya.
---
Malam Hari
Setelah pengumuman itu, Lio bersikeras Elias harus tidur di kamarnya. Marco dan Rico mengalah kali ini, membiarkan Lio dan Elias menikmati waktu mereka bersama.
“Bang Elias udah jadi abang Lio beneran, ya?” tanya Lio pelan sambil membenarkan posisi selimutnya.
Elias tersenyum lembut, mengusap kepala Lio. “Iya, Lio. Mulai sekarang, abang di sini buat kamu.”
“Jangan tinggalin Lio lagi, ya?”
Elias memeluk Lio dengan erat. “Nggak akan. Abang janji.”
Malam itu, untuk pertama kalinya, Elias merasa mansion Salvatici adalah rumah yang penuh kasih sayang.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI"
ActionArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...