Setelah kejutan yang cukup besar di taman, Lio semakin bersemangat untuk membuat suasana rumah lebih meriah. Kehebohan yang dia bawa tak pernah ada habisnya, dan kali ini, dia punya ide baru yang tak kalah seru.
"Papa! Bang-bang! Lio ada ide seru lagi nih!" teriak Lio saat dia berlari memasuki ruang tamu, di mana Papa Luciano, Elias, Marco, Dante, dan Rico sedang berkumpul.
Papa Luciano menatap Lio dengan senyum lebar. "Aduh, kalau Lio sudah ngomong 'ide seru,' pasti kita bakal pusing lagi. Apa kali ini, Lio?"
Lio melompat dengan semangat. "Hari ini Lio mau bikin perayaan kecil-kecilan di rumah! Kita harus rayakan kebersamaan kita, keluarga Salvatici!"
Marco, yang sedang duduk sambil menikmati secangkir kopi, menatap Lio dengan kening berkerut. "Perayaan? Perayaan apa, Lio? Kita nggak lagi ada acara apapun."
"Tapi, Bang, kita bisa bikin acara spesial. Lio udah siapin semuanya!" jawab Lio penuh semangat. "Kita bakal makan-makan, main games, dan pokoknya semuanya seru banget!"
Rico menggelengkan kepala, terkekeh pelan. "Lio, kamu emang nggak bisa diem ya. Tapi kalau itu bikin kamu senang, ya udah lah. Kita ikut aja."
Elias yang sedang duduk di sebelah Lio, dengan senyum tipis berkata, "Lio, kamu pasti udah nyiapin kejutan lain, kan?"
Lio mengangguk dengan riang. "Tentunya! Lio udah beli banyak makanan dan Lio juga udah siapin tempat buat semua! Pokoknya, kita semua bakal punya waktu yang nggak terlupakan!"
Papa Luciano akhirnya berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Lio. "Ya sudah, kalau itu yang kamu inginkan. Tapi ingat, jangan terlalu heboh ya. Kita kan harus santai."
---
Malam yang Penuh Canda Tawa
Setelah persiapan selesai, perayaan pun dimulai. Semua anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga, dengan makanan yang berlimpah di atas meja. Ada makanan kesukaan Lio: pizza, pasta, dan tentu saja, mi instan yang dia buat dengan cara khasnya.
"Ini dia, makanan spesial dari Lio!" seru Lio, sambil mengangkat mangkuk mi instan dengan penuh percaya diri.
"Ha! Lagi mi instan?" tanya Marco sambil tertawa, "Tapi nggak apa-apa, Lio. Ini juga enak kok."
Semua tertawa bersama. Lio memang selalu membawa keceriaan dalam rumah, bahkan dengan hal-hal sederhana seperti mi instan. Lio, dengan segala kenakalannya, membuat keluarga Salvatici merasa lebih dekat dan bahagia.
Setelah makan, perayaan berlanjut dengan permainan yang sudah disiapkan Lio. Dia mengusulkan permainan papan yang seru dan penuh tawa. Awalnya, semua tampak ragu, tapi begitu permainan dimulai, semua malah terlibat dengan sangat antusias.
Lio, yang selalu menjadi pusat perhatian, memimpin permainan dengan gaya khasnya. "Lio menang! Lio selalu menang! Hahaha!"
Namun, Lio juga tak lepas dari kekonyolannya. Di tengah permainan, dia menyodorkan kartu dengan semangat tinggi, hanya untuk menyadari bahwa dia salah menyodorkan kartu yang tidak sesuai aturan. "Ups! Maaf, Bang, Lio lupa," ujarnya sambil tertawa.
Papa Luciano hanya bisa menggelengkan kepala, "Lio, kamu memang nggak pernah bosan bikin kami tertawa."
Dante yang duduk di samping Lio ikut tertawa, "Ya, kalau nggak ada Lio, rasanya rumah ini bakal sepi."
Malam itu penuh dengan tawa, canda, dan kebahagiaan yang datang dari kebersamaan mereka. Lio, dengan segala kenakalannya, berhasil mengubah malam itu menjadi perayaan yang tak terlupakan.
---
Waktu Tidur Bersama
Setelah perayaan selesai, mereka semua merasa sangat lelah, tetapi juga sangat bahagia. Lio, yang selalu ingin dekat dengan abang-abangnya, meminta izin untuk tidur bersama mereka.
"Papa, Bang-bang, Lio mau tidur bareng kalian lagi, ya?" tanya Lio dengan suara manja.
Papa Luciano tersenyum lembut dan mengangguk. "Ya sudah, Lio. Tidur aja sama abang-abangmu."
Lio langsung melompat ke tempat tidur yang sudah disiapkan. Di sisi lain, Elias, Marco, dan Rico sudah berbaring lebih dulu. Lio, yang tak sabar, bergabung dengan cepat, melompat ke atas kasur dan berbaring di tengah-tengah mereka. Dengan tubuh kecilnya, Lio terlihat seperti koala yang menggantung di tubuh abang-abangnya.
"Bang, peluk Lio dong!" Lio meminta, mengulurkan tangan ke arah Elias.
Elias, yang tak bisa menahan tawa melihat Lio yang menggemaskan, langsung memeluknya dengan lembut. "Gimana sih, Lio? Kamu ini nggak bisa diam."
"Tapi Lio senang kok kalau tidur bareng abang-abang," jawab Lio dengan senyum lebar.
Malam itu, keluarga Salvatici tidur bersama, penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan. Meskipun dengan segala kenakalannya, Lio berhasil membawa kedamaian di hati setiap anggota keluarga.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI"
ActionArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...