Hari itu, setelah kejutan masakan Lio, suasana keluarga Salvatici terasa semakin hangat. Lio yang biasanya konyol dan penuh tingkah, kali ini tampak lebih tenang dan merasa lebih diterima. Namun, seperti biasa, kedamaian itu hanya bertahan sebentar sebelum keisengan mulai muncul lagi.
---
Rencana Petualangan Kecil
Pagi itu, Lio bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat yang masih membara setelah masakannya diterima dengan baik, dia sudah merencanakan sesuatu. "Hari ini, kita semua harus pergi berpetualang!" serunya dengan antusias, sambil melompat-lompat di sekitar rumah.
Abang-abangnya, yang sedang duduk di ruang tamu, hanya saling bertukar pandang. Dante yang lebih tenang dan cenderung menghindari keributan mengernyitkan dahi. "Petualangan lagi? Lio, kamu tahu nggak kalau kita harus serius juga kadang-kadang?"
Lio melompat-lompat di depan mereka, tak peduli. "Nggak masalah! Kita harus pergi ke tempat yang baru! Semua keluarga harus ikut!"
Papa Luciano yang mendengar keributan di ruang tamu mendekat. "Ada apa ini? Kenapa kalian semua kelihatan bingung?" tanyanya dengan senyum di wajahnya.
"Papa! Kita harus pergi berpetualang! Nggak ada yang bisa menghentikan kita!" Lio berkata sambil mengangkat tangan dengan penuh semangat.
Papa Luciano tertawa. "Kalau begitu, ayo kita pergi! Tapi jangan lupa, tetap jaga keselamatan."
---
Kisah Perjalanan yang Tak Terduga
Dengan semangat tinggi, keluarga Salvatici mulai bersiap untuk perjalanan mereka. Dante, yang biasanya lebih suka diam di rumah, akhirnya setuju untuk ikut. "Oke deh, kita coba. Tapi jangan terlalu konyol, Lio," katanya sambil menggulung lengan bajunya.
Rico sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan santai. "Aku bawa makanan, pasti Lio lapar nanti," katanya sambil memasukkan beberapa kotak makan ke dalam tas.
Sementara itu, Lio sudah siap dengan segala macam ide ceria yang ingin dicoba. "Kita pergi ke taman! Kita bisa main di sana, lari-lari, dan ambil foto!" serunya.
Bang Marco yang lebih pendiam mendekat dengan senyum kecil. "Kamu tahu, Lio, kalau ini petualangan, kita harus siap untuk menghadapi apapun yang datang," ujarnya sambil menyarungkan jaket.
Bang Elias, yang mendengar obrolan tersebut dari ruang makan, ikut bergabung. "Aku ikut juga, biar seru. Bisa jadi, ini jadi kesempatan bagus buat Lio belajar tentang apa artinya petualangan yang sebenarnya," katanya sambil menatap Lio dengan penuh perhatian.
Papa Luciano memastikan semuanya siap sebelum berangkat. "Ayo, anak-anak. Jangan sampai ada yang ketinggalan."
---
Momen Lucu di Taman
Setelah beberapa waktu, mereka akhirnya tiba di taman yang cukup jauh dari rumah. Taman itu luas, penuh dengan pepohonan rindang, dan di sana-sini tampak beberapa keluarga yang sedang menikmati waktu bersama.
Lio langsung berlari menuju lapangan terbuka, disusul oleh Rico, Dante, Marco, dan Elias yang dengan malas-malasan mengikuti. Papa Luciano mengamati mereka sambil tersenyum.
Tiba-tiba, Lio berlari terlalu cepat dan tersandung akar pohon. Dia terjatuh ke tanah dengan suara keras. "Aduh!" teriaknya, sambil tertawa terbahak-bahak meskipun tampak sedikit kesakitan.
"Ya ampun, Lio!" kata Dante sambil menghampirinya. "Kalau mau lari, hati-hati dong!"
Bang Marco mengulurkan tangannya untuk membantu Lio bangkit. "Kamu harus hati-hati, Lio. Jangan terburu-buru," katanya dengan suara lembut.
Rico, yang sejak awal tampak santai, ikut tertawa. "Sama saja kayak biasanya, Lio. Terjatuh dulu baru ketawa."
Bang Elias, yang tidak bisa menahan senyumnya, menambahkan. "Lio memang nggak pernah ganti, ya. Tapi itu yang bikin kita selalu ketawa."
Lio mengangkat wajahnya, sambil tetap tertawa. "Gak apa-apa! Yang penting kita seru-seruan!"
Papa Luciano yang menyaksikan kejadian itu ikut tertawa. "Lio memang selalu punya cara untuk membuat suasana jadi hidup," ujarnya, senang melihat kebersamaan mereka.
---
Kejutan Kecil Lio
Setelah berlarian dan bermain seharian, saatnya untuk istirahat. Mereka duduk di bawah pohon besar, menikmati makanan yang dibawa Rico. Tiba-tiba, Lio mengeluarkan sebuah benda dari tasnya. "Tada! Aku bawa sesuatu yang spesial!" katanya dengan bangga.
Dia mengeluarkan seikat balon warna-warni yang sudah dia beli di jalan. "Lihat! Kita bisa terbangin balon ini ke langit!"
Abang-abangnya terkejut dan tertawa. "Lio, kamu selalu punya ide-ide yang nggak biasa," kata Dante sambil memegang balon yang dipegang Lio.
Bang Marco tertawa kecil, "Tapi seru juga sih. Ayo kita buat banyak balon!"
Bang Elias menambahkan, "Aku juga ikut, Lio. Gimana kalau kita buat lomba balon terbang paling tinggi?"
Lio memegang salah satu balon dan melepaskannya ke udara. "Aku pengen lihat balon ini melayang tinggi, kayak impian kita," kata Lio sambil menatap balon yang terbang.
---
Pulang dengan Kenangan Manis
Saat matahari mulai terbenam, mereka semua merasa puas dan senang dengan petualangan hari itu. Walaupun terkadang ada kekonyolan dan kejadian tak terduga, semuanya tetap berjalan lancar berkat kebersamaan mereka.
Papa Luciano memandang anak-anaknya dengan senyum kebanggaan. "Aku senang kalian bisa menikmati waktu bersama. Ini yang terpenting."
Lio tersenyum lebar, merasa semakin diterima dalam keluarga. "Kita harus sering-sering gini, kan? Supaya keluarga ini selalu ceria!"
Dante, meskipun sedikit lelah, mengangguk. "Iya, Lio. Kadang-kadang, kita butuh petualangan kayak gini."
Rico menambahkan, "Dan jangan lupa, kita selalu ada buat satu sama lain."
Bang Marco tersenyum, "Ini baru seru. Aku senang bisa ikut."
Bang Elias menepuk bahu Lio dengan penuh sayang. "Kamu memang selalu tahu cara bikin semuanya lebih menyenangkan, Lio."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI"
AçãoArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...