Pertempuran di luar semakin sengit. Suara tembakan, ledakan, dan teriakan menggema di seluruh mansion Salvatici. Arlo berdiri tegak di tengah medan, matanya terfokus pada pasukan Moretti yang semakin mendekat. Meskipun tubuhnya lebih kecil dibandingkan para anggota keluarga Salvatici lainnya, tekadnya lebih besar dari apapun yang pernah ia rasakan sebelumnya.
Elias, yang selalu berada di sisi Arlo, menepuk pundaknya dengan keras. "Kau siap, Lio?"
Arlo mengangguk, meski hatinya berdebar keras. "Lio halus melindungi meleka. Lio tak bisa membialkan apa yang teljadi pada mama dulu telulang lagi."
Teriakan Marco dan Rico terdengar di belakang, memerintahkan pasukan mereka untuk maju. Dalam sekejap, mereka bertiga terjun ke dalam pertempuran, meski tahu bahwa pertempuran kali ini akan jauh lebih berat daripada sebelumnya.
Di sisi lain, Luciano, papa Arlo, terlihat memimpin pasukannya dengan penuh kewaspadaan. Wajahnya sudah lelah, namun matanya tetap penuh tekad. Keluarga Moretti telah mengancam mereka sejak lama, dan sekarang saatnya untuk bertindak. Saat ia mendekati titik pertempuran yang lebih kritis, ia bertemu dengan Vittorio Moretti di tengah-tengah lapangan.
"Kami tidak akan pernah menyerah, Luciano," kata Vittorio dengan suara dingin, senyum licik menghiasi wajahnya. "Keluarga Salvatici telah lama menyinggung harga diri keluarga kami. Hari ini, semuanya berakhir."
Luciano menatap Vittorio dengan tatapan tajam. "Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan keluargaku, Vittorio. Ini bukan hanya tentang kekuasaan. Ini tentang perlindungan—untuk mereka yang kucintai."
Perang kata-kata itu berlangsung sesaat, tapi Luciano tahu bahwa pertempuran ini tidak akan selesai dengan ucapan. Mereka harus bertarung sampai akhir.
Sementara itu, di tengah kekacauan, Arlo merasa ketegangan semakin mencekam. Di balik semua ini, ia menyadari sesuatu yang lebih dalam: pertarungan ini bukan hanya tentang bertahan hidup, melainkan juga tentang melepaskan diri dari bayang-bayang masa lalu yang menghantuinya—tentang melepaskan rasa takut dan kesalahannya, serta menemukan kekuatan dalam dirinya yang selama ini tersembunyi.
Elias menatapnya, seolah memahami apa yang sedang dipikirkan Arlo. "Lio, kita tidak bisa menang jika hanya bertarung dengan amarah dan rasa takut. Kamu harus percaya pada keluargamu—pada dirimu sendiri."
Kata-kata Elias meresap dalam hati Arlo. Dia sadar bahwa pertempuran ini bukan hanya soal bertahan dari ancaman fisik, tapi tentang menghancurkan batasan dalam dirinya, tentang membuktikan kepada diri sendiri bahwa ia bukan lagi kelemahan yang dianggap oleh keluarga Moretti dan bahkan keluarganya sendiri.
Tiba-tiba, teriakan keras terdengar dari arah luar. Arlo berlari ke luar, matanya membidik pasukan keluarga Moretti yang semakin maju. Ia merasakan kekuatan yang tak terlihat mengalir dalam dirinya. Dalam sekejap, Arlo melompat, dengan gerakan yang lebih gesit dari sebelumnya, menebas salah satu pasukan musuh yang terlalu dekat dengan posisi keluarganya.
Dari jauh, Luciano melihat anak bungsunya beraksi. Ada sesuatu yang berbeda pada Arlo, sesuatu yang membuatnya tersentak. Untuk pertama kalinya, ia melihat keberanian dalam diri Arlo, keberanian yang selama ini ia coba matikan karena rasa takut kehilangan.
"Lio..." bisik Luciano dalam hati, seolah merasa ada sesuatu yang besar sedang tumbuh dalam diri anaknya.
Dengan tekad yang baru, Arlo berlari ke medan perang, berhadapan langsung dengan anggota keluarga Moretti yang lebih berbahaya. Setiap gerakan Arlo kini lebih tenang, lebih terarah, seolah ia telah menemukan arah dan tujuan dalam hidupnya. Ia tahu, tidak hanya keluarganya yang perlu dilindungi—tapi dirinya sendiri.
Sementara itu, Vittorio, yang telah mendekati posisi keluarga Salvatici, merasa semakin kesulitan untuk mendekat. Tiba-tiba, ia merasakan ancaman dari arah lain. Sebuah granat meledak tepat di dekatnya, memaksa pasukannya mundur sejenak. Arlo, yang melihat kesempatan itu, segera mengambil langkah maju, menebas beberapa anggota keluarga Moretti yang mencoba menghalangi jalan.
"Kita akan menang, kali ini," kata Arlo dengan penuh keyakinan, meski tubuhnya sudah lelah. "Lio tak akan membialkan meleka menang."
Namun, pertempuran ini belum selesai. Masih ada banyak hal yang harus mereka hadapi sebelum akhirnya mendapatkan kemenangan sejati. Apa yang Arlo tidak tahu adalah bahwa musuh yang lebih besar mungkin masih menunggu di balik bayang-bayang.
Di tengah kekacauan, Arlo hanya bisa fokus pada satu hal: ia akan melindungi keluarganya, dan ia akan memastikan bahwa keluarga Moretti tidak akan menghancurkan segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI"
حركة (أكشن)Arlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...