Sudah beberapa hari sejak kejadian kue kacau di dapur. Keluarga Salvatici kembali menjalani hari-hari dengan penuh tawa dan kekonyolan khas Lio. Namun, malam itu, ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang Lio rencanakan di balik kelakuannya yang tampaknya biasa saja.
---
Lio dan Keisengan Tengah Malam
Di malam yang tenang, Lio masih belum tidur. Matanya yang berbinar penuh rasa penasaran menatap langit-langit kamar yang gelap. Sesekali, dia menoleh ke arah jendela yang terbuka, mendengarkan suara angin malam yang sejuk. Tapi Lio tidak sedang berpikir tentang tidur. Malam itu, dia sudah memikirkan sesuatu yang lebih besar.
Dia menyelinap keluar dari tempat tidurnya, dengan hati-hati agar tidak membangunkan Papa Luciano atau abang-abangnya. Langkahnya ringan seperti kucing, Lio menuju ke dapur. Di sana, dia kembali mencari bahan-bahan yang sudah dikenalnya dengan baik—tepung, susu, cokelat, dan bahkan es krim yang sengaja dia ambil diam-diam dari lemari es. Kali ini, Lio tak sekedar bermain-main dengan bahan dapur. Dia berencana membuat sesuatu yang lebih besar—sebuah kejutan untuk keluarganya.
Sementara itu, di kamar lainnya, Dante dan Rico yang tidak bisa tidur merasa ada yang aneh. "Lio kok belum tidur?" tanya Rico pelan, sambil duduk di sisi tempat tidur.
"Aku nggak tahu. Mungkin lagi mikirin ide aneh lagi," jawab Dante, menguap. "Tapi kalau ada yang berisik, aku nggak segan-segan buat ngejewer dia."
Kembali ke dapur, Lio sudah mulai mengaduk bahan-bahannya dengan serius. Dia merasa seperti seorang koki profesional, walaupun terkadang adonan yang dia buat berantakan ke mana-mana. Setelah beberapa lama, hasil kerjanya sudah jadi. Lio tersenyum puas. "Besok, mereka pasti nggak bakal bisa menolak ini!" serunya sambil menyembunyikan hasil karyanya di lemari dapur.
---
Kebingungan Pagi Hari
Keesokan paginya, keluarga Salvatici berkumpul di meja makan seperti biasa. Namun, ada yang berbeda. Papa Luciano memandang dengan heran, sementara abang-abang Lio melihat ke arah dapur yang terasa sepi.
"Hei, kok dapurnya berantakan lagi? Lio ada di mana?" tanya Rico, melirik ke arah adiknya yang masih belum muncul.
"Dia pasti sedang tidur, kan? Tadi malam dia nggak kelihatan," jawab Dante sambil mengunyah roti.
Namun, tiba-tiba Lio muncul dari balik pintu dapur dengan senyum lebar. "Selamat pagi, Papa! Bang-Bang! Lio buat kejutan!" katanya dengan penuh semangat.
Papa Luciano dan abang-abang Lio saling berpandangan, khawatir dengan apa yang akan dilakukan adik mereka kali ini. Lio menepuk-nepuk tangan, dan dengan percaya diri mengangkat nampan besar yang berisi makanan... yang tampaknya sedikit lebih aneh daripada biasanya. Di atas nampan, ada semangkuk besar es krim, tebalnya seperti gunung, dengan beberapa irisan coklat, permen, dan bahkan sisa-sisa kue yang sebelumnya Lio buat.
"Lio... buat ini?" tanya Dante, sedikit bingung. "Kok kayaknya ini lebih mirip campuran semuanya daripada makanan yang bisa dimakan."
Rico tertawa, "Ya ampun, Lio, kayaknya ini lebih cocok buat eksperimen daripada sarapan!"
Lio tampak bangga dengan kreasinya. "Tapi, kan... Lio yakin ini enak! Ini kejutan spesial dari Lio buat keluarga!"
Papa Luciano akhirnya tertawa melihat semangat Lio yang tak pernah padam. "Ya sudah, kita coba, yuk," katanya. "Tapi kalau ini gagal lagi, kamu harus bersihkan semua dapur sendiri, Lio."
Semua anggota keluarga duduk dan mulai mencoba makanan hasil kreasi Lio, dengan ragu-ragu. Meskipun tampaknya aneh, mereka semua menahan tawa dan mencoba untuk menghargai usaha Lio. Ternyata, meskipun rasanya jauh dari kata sempurna, Lio berhasil membuat mereka tertawa dan merasa hangat di hati.
---
Kebersamaan yang Makin Kental
Setelah makan pagi yang penuh kekonyolan, keluarga Salvatici kembali ke rutinitas mereka. Namun kali ini, ada sesuatu yang terasa lebih hangat. Mereka semua duduk bersama, menikmati tawa dan candaan satu sama lain. Tidak ada yang merasa tertekan atau jauh, karena semua sudah merasa lebih dekat dari sebelumnya.
"Hebat, Lio. Kamu memang nggak pernah berhenti bikin kita ngakak," kata Rico sambil mengusap kepala Lio dengan penuh sayang.
"Ini baru namanya kejutan, kan?" Lio bertanya, dengan wajah penuh harapan.
"Kejutannya sih bisa bikin kita kaget," jawab Dante, "tapi kamu memang nggak pernah gagal buat keluarga ini tetap bahagia."
Papa Luciano tersenyum, menatap keempat anaknya, termasuk Lio yang selalu penuh kejutan. "Meskipun kadang hasilnya nggak sesuai harapan, yang penting kita tetap punya waktu bersama dan saling mendukung."
Lio tersenyum lebar. Meskipun kadang dia melakukannya dengan cara yang konyol, dia tahu satu hal: keluarganya selalu ada untuknya, mendukungnya dalam segala kekonyolan dan kejutan yang dia buat.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI"
ActionArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...