Pagi itu di mansion Salvatici dimulai dengan tawa dan kekacauan kecil. Lio sudah bangun lebih awal dari biasanya, dan itu pertanda hari yang ramai bagi semua penghuni rumah. Anak kecil itu punya energi yang luar biasa, dan pagi ini ia punya rencana—yang tentu saja, melibatkan sedikit kenakalan.
“Bang Malco! Lio mau maen pesawat tebang!” seru Lio sambil menyeret Marco yang masih setengah mengantuk ke ruang tengah.
“Pesawat terbang? Dari mana lagi idemu kali ini, Lio?” tanya Marco sambil menguap, membiarkan adiknya menarik lengannya.
“Lio punya ide! Bang Malco angkat Lio, terus kita tebang kayak burung!” katanya dengan suara penuh semangat.
Marco menghela napas sambil mengusap wajahnya. “Aduh, pagi-pagi udah bikin olahraga aja, Lio.”
Namun, Marco tetap mengangkat Lio dengan kedua tangan, melambungkannya ke udara sambil pura-pura membuat suara pesawat. “Niiiuuuummm! Pesawat Lio terbang ke awan!”
Lio tertawa terbahak-bahak, tangannya terentang seperti sayap burung. Tapi suasana damai itu tidak berlangsung lama, karena Rico masuk ke ruang tengah sambil membawa cangkir kopi.
“Marco, kamu gendong Lio kayak pesawat lagi? Serius?” Rico mengangkat alis sambil menggelengkan kepala. “Anak itu bakal jadi raja manja kalau kita terus begini.”
Lio menoleh dengan cepat ke arah Rico. “Bang Lico, jangan cembulu! Mau Lio jadi pilot abang Lico juga?”
Rico hampir tersedak kopinya. “Apa? Pilot? Oh, tidak, aku terlalu tua untuk permainan itu.”
Namun, sebelum Rico sempat protes lebih jauh, Lio sudah melompat dari pelukan Marco dan berlari ke arahnya. Anak itu memanjat Rico seperti koala, memeluk lehernya dengan erat. “Bang Lico, tebangin Lio jugaaa!”
“Lio! Berat! Aku lagi pegang kopi, tahu!” seru Rico sambil berusaha menjaga keseimbangan.
Sementara itu, Dante baru saja turun dari tangga dengan wajah tenang seperti biasanya. Tapi pemandangan Rico yang hampir terjungkal dengan Lio di punggungnya membuatnya tidak bisa menahan tawa kecil.
“Ada apa lagi pagi-pagi ribut begini?” tanyanya, berjalan ke arah sofa dan duduk santai.
Marco menjawab sambil tertawa. “Kamu tahu kan, Dante, pagi di rumah ini nggak pernah tenang kalau Lio bangun duluan.”
“Bang Dante juga ikut tebangin Lio!” seru Lio, melompat turun dari punggung Rico dan berlari ke arah abang tertuanya.
Dante mengangkat tangan, menolak dengan halus. “Nggak, Lio. Aku lebih cocok jadi kontrol menara daripada pesawat.”
Lio merengek kecil, lalu beralih pandangan ke Elias yang sedang duduk di ujung ruangan sambil membaca buku. “Bang Elias! Tebangin Lio kayak abang-abang lain!”
Elias mendongak, tersenyum kecil. “Lio, abang ini bukan Marco atau Rico. Aku nggak sekuat mereka.”
“Bang Elias pelit!” protes Lio sambil mengembungkan pipinya.
Tapi sebelum Elias sempat membalas, Marco sudah menepuk punggung Lio. “Sudahlah, Lio. Kamu tahu Bang Elias lebih cocok jadi penumpang pesawat daripada pilot, kan?”
Ruangan itu kembali dipenuhi tawa.
---
Malam Harinya
Setelah seharian berlari-lari dan membuat kekacauan kecil di rumah, Lio akhirnya kelelahan dan tertidur lebih cepat dari biasanya. Rico, Marco, dan Dante duduk di ruang keluarga sambil membicarakan kenakalan adik mereka yang satu itu.
“Kadang aku nggak percaya, anak sekecil itu bisa bikin kita semua sibuk,” ujar Rico sambil menyeruput kopi malamnya.
“Setuju,” tambah Marco sambil meregangkan badan. “Tapi ya... kalau nggak ada dia, rumah ini pasti terasa sepi.”
Dante mengangguk sambil tersenyum kecil. “Dia memang merepotkan, tapi dia juga yang bikin kita sadar kalau keluarga ini penting.”
Elias, yang baru saja selesai memastikan Lio sudah tertidur pulas, bergabung dengan mereka. “Lio itu lebih dari sekadar adik. Dia alasan kenapa kita bisa jadi lebih dekat.”
Malam itu, para abang menghabiskan waktu berbincang, merasa bersyukur atas kehadiran si bungsu yang ceria dan penuh semangat.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI"
ActionArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...