Pagi itu, Lio terbangun lebih awal dari biasanya. Udara di luar jendela terlihat cerah, dan sinar matahari pagi menembus masuk melalui celah tirai kamar. Lio membuka matanya dan langsung mencari-cari abang-abangnya. Dengan langkah kecil, ia bergegas keluar dari kamarnya menuju ruang keluarga.
Di ruang makan, terlihat Dante, Marco, Rico, dan Elias sedang duduk bersama di meja makan, saling berbincang sambil menikmati sarapan mereka. Lio tersenyum lebar dan langsung melompat ke kursi kosong di antara Elias dan Rico.
"Bang, aku lapar!" seru Lio dengan suara manja sambil menarik perhatian mereka.
Elias, yang duduk di samping Lio, tersenyum dan langsung menuangkan susu ke dalam gelas besar. "Ayo makan, Lio. Sarapan dulu baru main."
"Sarapan enak nih," kata Marco sambil menyuapkan sepotong roti bakar ke mulutnya, lalu menoleh ke Lio. "Nanti kalau udah makan, kita main bola di halaman belakang, ya."
Lio langsung menyodorkan sendoknya ke arah Elias. "Bang, gendong aku! Aku mau duduk di pangkuan abang!" pinta Lio dengan wajah menggemaskan.
Elias tertawa kecil, lalu mengangkat Lio ke pangkuannya. "Udah-udah, Lio. Makan dulu biar nanti main bola lebih seru."
Di sisi lain, Dante dan Marco saling melirik dan tertawa melihat tingkah laku Lio yang tidak pernah berubah, selalu manja dan menginginkan perhatian dari abang-abangnya.
"Anak ini nggak bisa jauh dari kita ya," kata Marco, sambil menggelengkan kepala dengan senyum tipis.
"Iya, dia memang begitu," tambah Dante, "tapi kita semua senang kan dia bisa merasa nyaman dan bahagia."
Lio, yang sudah duduk dengan tenang di pangkuan Elias, melanjutkan makannya. Wajahnya terlihat puas dan penuh senyum, menikmati perhatian dari abang-abangnya yang selalu memanjakannya. Tidak ada yang lebih ia inginkan selain berada di antara keluarga yang penuh kasih sayang ini.
---
Waktu Bermain di Halaman Belakang
Setelah sarapan selesai, keluarga Salvatici pun bersiap untuk bermain di halaman belakang. Lio sudah tidak sabar untuk bermain bola dengan abang-abangnya, meskipun ia tahu bahwa kemampuan bermain bolanya jauh dari abang-abangnya yang sudah sangat mahir.
"Bang, aku juga mau ikut main bola!" Lio berkata dengan suara lantang, mencoba membuat abang-abangnya mendengarkan.
"Tapi Lio belum bisa main bola yang bener," kata Rico sambil tertawa.
"Ya, nggak apa-apa! Aku cuma mau ikut aja!" jawab Lio sambil melompat-lompat kegirangan.
Dengan senyum, Elias mengangkat bola dan melemparkannya ke Lio, "Yaudah, Lio. Coba tangkap bola ini, ya."
Lio mencoba menangkap bola dengan kedua tangannya, tapi seperti yang diprediksi, bola itu jatuh ke tanah. Lio langsung tertawa geli, lalu berusaha lagi dengan lebih semangat. Semua abang-abangnya tertawa melihat usaha Lio yang lucu.
"Semangat, Lio!" teriak Dante dari sisi lapangan.
Lio melanjutkan permainannya dengan penuh semangat meskipun ia tahu dirinya belum ahli. Momen seperti ini—dimana mereka bisa tertawa bersama, saling menggoda, dan bermain dengan riang—adalah salah satu hal yang membuat Lio merasa sangat berharga dalam keluarga ini.
---
Waktu Istirahat di Ruang Keluarga
Setelah bermain bola selama beberapa jam, Lio dan abang-abangnya mulai merasa lelah. Mereka pun bergegas ke ruang keluarga dan duduk bersama di sofa besar, menikmati makanan ringan yang sudah disiapkan oleh pembantu keluarga.
"Capek banget ya main bola, Bang!" kata Lio, sambil merebahkan dirinya di pangkuan Elias, yang sudah duduk dengan tenang.
"Iya, capek sih, tapi seru!" jawab Elias, sambil mengelus rambut Lio. "Sekarang istirahat dulu, ya."
Dante duduk di samping Marco, sambil melirik Lio yang tampak sangat manja. "Gimana Lio, puas nggak main bola?"
"Puas banget, Bang! Aku mau main lagi nanti!" jawab Lio dengan penuh semangat, walaupun matanya mulai mengantuk.
"Yaudah, nanti main lagi," kata Rico, sambil menyendokkan makanan ringan ke mulutnya. "Sekarang istirahat dulu, kita nikmati waktu bareng-bareng."
Selama istirahat, mereka semua bercerita tentang berbagai hal. Lio mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali menggoda Elias atau abang-abangnya. Rasanya seperti tidak ada masalah di dunia ini. Semua terasa sempurna saat mereka bersama.
---
Sore yang Penuh Kasih Sayang
Malam pun tiba, dan keluarga Salvatici duduk bersama di ruang keluarga. Mereka menikmati makan malam dengan penuh kebersamaan, sambil berbincang ringan tentang kegiatan hari itu. Lio duduk di tengah-tengah abang-abangnya, menikmati perhatian mereka yang tidak pernah habis.
"Besok kita mau ngapain, Bang?" tanya Lio dengan suara manja.
"Kalau kamu mau, kita bisa pergi ke taman lagi, atau main game di rumah," jawab Marco, sambil menatap Lio dengan senyum.
"Aku mau main di rumah aja, Bang. Tapi aku mau tidur bareng abang!" jawab Lio dengan polos, sambil menggandeng tangan Marco dan Elias.
"Ya, tidur bareng abang lagi," kata Elias sambil tertawa, mengelus rambut Lio dengan penuh kasih. "Pokoknya, selama kamu bahagia, kita juga senang."
Sambil tertidur di tengah pelukan abang-abangnya, Lio merasa dunia ini adalah tempat yang aman dan penuh kasih sayang. Tidak ada yang lebih ia inginkan selain berada di tengah keluarga yang selalu memanjakannya, memberikan perhatian penuh, dan membuatnya merasa dicintai tanpa syarat.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
"ARLO SALVATICI"
ActionArlo Salvatici, anak bungsu keluarga mafia ternama, lahir di tengah tragedi yang merenggut nyawa mamanya. Namun, kehadirannya justru dianggap sebagai kutukan. Dibenci oleh papa dan Abang-abangnya, Arlo tumbuh dalam cemoohan, tamparan, dan perlakuan...