EKSTRA PART

121 3 1
                                    

Hujan gerimis di pagi hari, serta kabut yang turun sedikit mengurangi jarak pandang orang-orang yang akan beraktivitas.

Seorang lelaki dengan setelan kemeja yang di balut dengan jaket anti air berjalan dengan menggunakan payung, tak lupa menenteng bunga segar yang baru saja ia beli.

Lelaki itu sudah sampai di tempat tujuannya. Matanya menyipit, memperhatikan sesuatu, karna memang kabut membuat jarak pandang nya berkurang.

Lelaki itu bingung, memperhatikan seseorang yang sedang duduk di sebuah makam. Ya, makam. Makam yang sudah 4 tahun ini selalu ia kunjungi setelah kepergian seseorang yang sudah berjasa besar untuk bundanya. Dia Ajiee.

Dahinya mengernyit, masih memperhatikan gerak-gerik orang itu yang sebentar lagi akan beranjak dari makam.

Ajie berlari menuju orang itu. Tapi sayang, orang itu sudah masuk kedalam mobilnya dan meninggalkan area makam dengan dia yang masih bertanya-tanya. Siapakah orang itu?.

Ajie menghembuskan nafasnya, perlahan mendekati makam sesuai dengan tujuan awal nya. Dia berziarah ke makam Tiwi, orang yang berjasa besar pada bundanya.

Ajie mengambil bunga yang ia bawa, kemudian meletakkannya di dekat nisan yang bertuliskan nama wanita itu. " Maaf, Ajie baru bisa datang sekarang, maaf juga bunda masih belum bisa kesini karena bunda lagi nggak enak badan".  Ucap nya pada makam itu.

Setelah melafalkan doa, Ajie mengusap nisan dengan perasaan campur aduk,helaan nafas tak henti keluar dari lelaki tampan yang sudah beranjak dewasa itu.

" Nata nggak ada kabar Tan, Ajie bingung harus gimana".
" Ajie mau memperjuangkan dia, Ajie mau memperbaiki semuanya ". Ujar nya.

" Ajie izin ya Tan". Lelaki itu lagi-lagi menghela nafasnya. " Ajie mau susul Nata ke Belanda ". Ucapnya kemudian tersenyum.

" Ajie pulang dulu ya, Nanti Ajie kesini lagi sama Bunda, sekali lagi terimakasih banyak untuk semua jasa tante Tiwi buat keluarga ku".  Ajie tersenyum kemudian beranjak. " Ajie pulang dulu ya Tan, Assalamualaikum ".

Setelah menimang nimang keputusannya, dan juga sudah mendapatkan izin dari bundanya, Ajie bertekad untuk menyusul Nata, gadis yang sekarang ini selalu menjadi bagian dari mimpinya.

" Kamu yakin mau nyusul Nata?". Ucap wanita yang sudah memiliki beberapa uban itu.

Ajie yang sedang mengemasi barangnya tersenyum kepada sang bunda . " Iya bund, Ajie udah janji bakal perjuangin dia lagi, ini salah satu perjuangan aku". Ucapnya, sementara itu Hera hanya bisa tersenyum simpul pada sang buah hati. " Ya sudah, hati-hati, jangan lupa izin sama om Andra".

Ajie mengangguk. " Iya, sekalian mau cari barang buat Nata ". Ucap nya agak malu kepada sang bunda.

Mobil nya berhenti tepat di sebuah rumah berlantai dua yang cukup elegan itu. Tujuannya tak lain dak tak bukan adalah untuk menemui pemilik rumah itu, Andra.

Ajie memasuki pekarangan rumah, rasa deg-degan masih menghantuinya, walaupun hubungan nya dengan Andra sudah membaik, tapi tetap saja dia merasa gugup jika berbicara pada lelaki itu.

Halamannya sepi? Tumben. Batin nya.

Saat ingin mengetuk pintu, hampir saja ketukan yang seharusnya mengenai pintu rumah, malah terkena jidat seseorang.

JIEENATA [ END ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang