empat puluh satu

101 11 3
                                    


Aska tersenyum, sorot matanya tersenyum sangat lebar—menatap Aaron yang bahkan nyaris membuat reyner dan alan mati. Tubuh dan wajah mereka dipenuhi darah, bukan kemungkinan, Aaron memang petarung yang sangat tangguh.

Aska bahkan rela untuk menuruni tiga lantai dengan kakinya yang lelah, demi melihat kesenangan dihadapannya, sudah sangat lama dia tidak melihat Aaron menggila, hanya demi seorang tikus kecil tidak berguna seperti raina.

Bugh!

Aaron memukul alan sekali lagi dengan pukulan dalam. Alan sudah tidak mengenakan baju, hanya celana panjang dengan banyak luka lebam biru disepanjang tubuhnya, dia terbatuk lalu mengeluarkan darah, masih menatap remeh kearah Aaron.

"Kau juga seorang kacung, untuk apa kau memukul orang yang sama statusnya denganmu, tuan aska mengirimkan kami wanita, artinya kita harus berbagi—" ucapnya terputus, dia mendapat satu pukulan keras dirahangnya berkali-kali.

"Sialan kau, brengsek!" Aaron berkata dengan kekuatan penuh memukuli wajah remeh itu membabi buta.

Reyner berdiri dengan kayu panjang ditangannya, aska disana hanya melihat, dia tidak bergerak untuk memberikan aba-aba pada Aaron sama sekali. Aaron yang hanya terfokuskan untuk membunuh alan tidak melihat kayu panjang yang segera menghantam kepalanya dengan keras.

Bugh!

Berdarah, Aaron terduduk dalam sakitnya—keningnya mengeluarkan darah segar, mengalir dengan deras, rasa pusing kian melandanya, membuat penglihatannya kabur sepersekian detik. Kemudian dia rasakan ada sosok yang akan memukulnya sekali lagi, reflek—dia tendang dengan sekuat tenaga tubuh itu, lalu dia memaksakan tubuhnya berdiri dan membalas pukulan itu berkali-kali lipat.

Dalam pertarungan Aaron tidak pernah kalah, sepuluh lawan satupun dia tidak pernah kalah.

Bugh!

"Pria bernafsu binatang sepertimu hanya pantas mati, sialan. Ingin menyentuh wanitaku, langkahi dulu mayatku! "

Mata reyner terbuka lebar, menerima semua pukulan itu dengan kaget, dia tidak pernah tau gadis manis itu milik Aaron. Dia ingin memaksa bertarung juga akan kalah kuat, reyner tau Aaron tidak akan selesai sampai amarahnya turun, tidak—sampai dirasakannya tubuhnya tidak dapat merespon rasa sakit lagi. Aaron benar-benar gila, apa dia berpikir untuk membunuhnya sekarang. Reyner melirik keraina dengan pandangan sayu, gadis itu meringkuk ketakutan diujung ruangan.

Aaron mengikuti arah matanya, raina meringkuk dengan tubuh polos tanpa atasan, hanya rok panjang yang tersisa ditubuhnya—gadis itu tertunduk dan meringkuk untuk menutupi tubuh telanjangnya, melihat itu amarah Aaron naik kembali.

"Tidak boleh, kau tidak diijinkan untuk menatapnya, sialan. Lakukan sekali lagi, akan kucongkel matamu dan kuberikan pada anjing kesayangan aska sekarang juga! "

"Demi seorang gadis kau akan membunuhku seperti ini Aaron, sialan sekali kau !"

Reyner menutup matanya, Aaron sudah benar-benar gila.

Cukup puas, Aaron bergerak melepaskannya, mereka belum mati tapi sudah cukup, dia tidak berniat untuk membunuh kedua temannya. Langkahnya bergerak keujung ruangan, mendekati raina yang meringkuk tanpa mau menatapnya, menangis dengan kesedihannya. Laki-laki itu melepaskan kemejanya, dia pakaikan ketubuh raina tanpa menatap tubuh polosnya—arah matanya menelusuri bercak air mata raina, sudut bibirnya berdarah, sudah dapat dipastikan bahwa reyner dan alan setidaknya menampar wajah cantik itu dengan keras tadi.

"Aku—tidak melakukan apapun, tidak ada yang terjadi, tuan tolong jangan benci padaku, jangan membuangku." Raina tersedu dalam tangisannya, takut jika hal ini membuat Aaron menjadi jijik padanya.

Jemari besarnya pindah kewajah cantik itu, mengelusnya dengan lembut, "Aku tidak perduli bahkan jika mereka atau damian pernah menyentuhmu, aku tidak perduli rain. Bagiku kau gadis paling suci didalam hidupku, aku tidak bisa berpaling atau bahkan menatap siapapun setelah dirimu."

Raina terpaku, matanya berkaca-kaca.

"Aku tidak ingin kembali pada damian, aku hanya menginginkanmu."

Aaron mengangguk. "Aku tidak akan pernah melepaskanmu rain, kau akan bersamaku, kau milikku."

Raina menatapnya, dia menatap Aaron dengan pandangan memuja. "Kita pergi saja, tolong—bawa aku bersamamu, ketempat yang bahkan siapapun tidak lagi menemukan kita, tempat ini sangat menyeramkan tuan, aku takut."

Aaron terdiam, dia belum menjawab, raina merasa ada yang salah, dia menunggu Aaron menyetujui permintaanya.

"Aku tidak bisa. Bagaimanapun, aku tidak akan pernah pergi meninggalkan aska, meski wanita yang kucintai yang memintanya, aku tidak akan pernah bisa rain." Dia menggenggam kedua tangan itu dengan tangannya. "Ada suatu hal yang tidak akan pernah bisa aku lupakan, aska salah satunya. Meskipun dia akan membunuhku aku akan menerimanya, tapi meninggalkannya, itu tidak akan pernah terjadi."

Raina menatapnya dengan pandangan bertanya, dia dilecehkan. Dan semua itu terjadi salah satunya karna ulah aska, tapi bahkan Aaron tak menyentuhnya sama sekali, meski Aaron sungkan jika itu tuan mereka, dia dapat merasakan amarah prianya yang terpendam. Sekilas dia menatap aska diujung sana, yang malah menatap sinis kepadanya, tanpa mau bergerak, laki-laki itu hanya menonton sedari tadi.

"Kenapa—kau tidak bisa meninggalkannya ?"

"Rain, sepuluh tahun lalu aku hampir mati karna kelaparan, tidak ada yang mengurusku, aku dibuang oleh keluargaku karna aku aib bagi mereka." Ucapannya terputus, dia menarik nafas lagi, kemudian melanjutkan. "Aku lahir dari dua orang yang tidak saling mencintai, mereka menikah lalu tidak bahagia, kemudian aku dibuang saat umurku baru lima tahun, aku berjuang dijalanan, memakan sampah yang sudah orang-orang buang dijalan, jika sudah tidak ada yang bisa kumakan aku akan memilih untuk menarik uang atau benda berharga milik orang lain, tanpa mereka ketahui, aku mencurinya rain."

Raina masih menatapnya, memintanya untuk melanjutkan.

"Kemudian, aku bisa makan dengan uang itu, makanan yang sekiranya bisa diterima diperutku dan tidak membuatku sakit lagi." Aaron mengusap air mata raina dengan kasih sayang. "Suatu hari aku ketahuan, mereka memukuliku. Hari itu aku masih sangat lemah dan tidak dapat berontak sama sekali, aku hampir mati. Saat kurasakan nyawaku sudah diujung kesadaran, satu sosok menolongku, dia membuat mereka berhenti dengan uang yang dimilikinya, lalu mengulurkan tangannya untukku."

Mata raina terbuka lebar, "Jangan katakan kalau itu—"

"Tebakanmu benar, orang itu adalah aska."

Raina merasakan tubuhnya melemah, aska memastikan bahwa semua orang yang berada disisinya harus mengapdi kepadanya sampai mati. Dan hal ini sangat dia sayangkan, aska menjebak siapapun untuk menurutinya bukan dengan paksaan tapi karna hati terbuka mereka. Raina melihat aska yang menyeringai puas padanya, dia tau Aaron tidak akan pernah menurutinya, baginya perintah aska adalah mutlak dan tanpa bisa dia ganggu gugat.

Aaron mengelus surai panjang itu lembut. "Aku akan menemukan allesia, akan menyelamatkannya. Aska sudah berjanji tidak akan membunuhmu dan dia akan menepatinya. Akan kubawa wanita itu pulang dan aku akan memastikanmu untuk baik-baik saja."

Aaron mengecup kening itu lembut.

"Aku mencintaimu rain, setelah aku menemukan allesia, aska mungkin akan mengijinkan kita untuk menikah, aku berjanji akan menemukannya dan kita akan berbahagia setelahnya."

Raina terdiam, menunduk belum menerimanya, Aaron paham dan bergegas menggendongnya. Dia tampak menyeramkan dengan darah yang menghiasi kepalanya, raina bersender dipelukannya. Aaron melirik aska sepintas, lalu pergi dengan langkah tegapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sorry LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang