Three days ago...
Aaron berjalan tenang dengan tubuh gadis ringkih digendongannya. Arah matanya lurus kedepan, detak jantungnya berdetak kencang dikala gadis itu terus menatapnya dengan pandangan sayu.
Pria itu tak bisa, gadis ini benar-benar terus memandanginya. Membuat insting kewarasannya terkikis perlahan-lahan, dia lalu berhenti sebentar dan ditatapnya gadis itu dingin.
"Gadis kecil, siapa namamu ?"
Gadis itu menerjap polos. "Raina, namaku raina tuan."
Aaron mengangguk pelan. "Baik, rain berhenti menatapku."
Raina kebingungan, dia tidak tau kenapa pria ini menolongnya. Sedari tadi dia berpikir bahwa apa yang akan dilakukannya nanti setelah melepaskan diri dari damian, kakaknya. Sehingga matanya tidak pernah lepas untuk memandang laki-laki yang sudah menyelamatkannya itu.
"Namaku raina, bukan rain tuan." Ralat gadis itu takut-takut, dia dapat melihat wajah itu menatapnya tajam.
Laki-laki itu mendengus. "Kau mau kubanting dari atas sini ?" Ancam Aaron sambil melirik tanah dengan kemiringan empat meter itu, jika saja pria itu membantingnya sudah pasti tulangnya akan patah semua, raina merinding dengan ancaman pria itu.
"Tidak, tidak." dia berkata dengan gelengan kuat.
"Kalau begitu jangan membantah, terserahku mau memanggilmu dengan sebutan apa."
Atau bisakah raina meralat kalimatnya saja, dia—tidak terlihat seperti malaikat sekarang, ini hanya bentuk pria rupawan yang entah menginginkan hal apa darinya. Dia bahkan menukarkan pengantinnya dengan dirinya, dan sekarang raina tidak tau apa yang akan dilakukan pria ini padanya.
Aaron melanjutkan langkahnya, memeluk gadis itu semakin kuat dipelukannya. Arah matanya sesekali menyusuri tubuh gadis itu—penuh luka sayatan. Ada luka pukul dan luka sayatan benda tajam, luka yang masih baru dan luka yang sudah lama terjadi.
"Jangan menatapku begitu, aku tau aku terlihat sangat menjijikkan." Gadis itu menunduk dalam, menghindari mata Aaron yang selalu menatapnya.
"Kau sangat cantik." Katanya cepat, "Bahkan dengan semua luka itu, tidak mengurangi kecantikanmu sama sekali, kau—benar-benar cantik."
Raina menatapnya heran, dadanya berdesir kuat, laki-laki itu memujinya. Selama ini hanya damian yang terus-terusan memuji dan juga memakinya tapi dia tidak pernah menemukan dirinya tersipu dengan manis seperti ini. Lain, ketika dia berhadapan dengan pria ini.
Raina berdehem pelan. "Tuan, siapa namamu ?"
"Apa itu terlihat sangat penting ?" Tanya Aaron pelan. "Aku tidak pernah mengijinkan siapapun untuk tau identitasku, apalagi itu orang asing sepertimu."
"Maksudku—kau sudah bertanya mengenai diriku, lantas apa aku tidak boleh bertanya tentangmu ?"
"Tentu saja tidak." Aaron berkata tegas pada kalimatnya, tidak mau dibantah. "Seperti yang kukatakan tadi, kau hanya orang asing. Jadi berhenti bertanya-tanya mengenaiku sekarang."
Laki-laki itu dapat melihat kesedihan didalam kepala raina yang tertunduk, dia sedikit menyesal dengan kalimat yang keluar dari mulut kasarnya. Sekarang dia menyesali ketika gadis itu hanya diam dan tidak bicara lagi.
"Apa yang sudah dia lakukan padamu ?"
Raina memandanginya. "Dia kakakku, hanya seorang kakak kandung yang jatuh cinta pada adiknya, kisah kami hanya sesederhanya itu." Dilihat aaron dengan sabar menunggunya, dia lanjut bercerita. "Aku membencinya, karna damian membunuh chrish hanya untuk menuntaskan perasaannya padaku, dia membunuh saudara kami karna kecemburuannya itu. Ibu mengusir kami karna kesalahannya, ayah bukan hanya membenci damian tapi juga membenciku karna menjadi alasan atas terbunuhnya chrish waktu itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry Lia
Genç KurguAska terobsesi pada adik angkatnya, cinta tidak biasa hadir diantara mereka. Allesia tidak menyadarinya, menganggap bahwa semua pukulan itu sebuah kebencian, padahal tanpa gadis itu sadari, itu hanya sangkalan betapa kerasnya hati aska menolak peras...