Selamat membaca!
***
-ALI-
Sebenernya apa yang bener-bener gue rasain, sih? Gue cinta sama Prilly, ato sama Sisi?Tapi kenapa gue cemburu waktu liat Digo ngacak-acak rambutnya Prilly? Gue merasa kayak itu seharusnya gue yang lakuin. Bukan Digo, ataupun cowok lain.
Ah, gue labil banget.
"Pagi-pagi udah ngelamun lo!" Brandon menepuk pundak gue dan duduk di atas meja gue. "Kepikiran Prilly, nih?"
"Siapa bilang." Gue mengelak.
"Halah, ngaku lo. Lo bilang enggak, mata lo bilang iya."
"Oh jadi lo sekarang belajar baca perasaan lewat mata?"
Brandon tertawa kecil. "Yoi."
"Gue nggak mikirin siapa-siapa." Kata gue sambil berdiri dan berjalan keluar. Bel masuk masih bunyi sepuluh menit lagi.
"Lo mau kemana, Li?" Tanya Brandon.
"Keluar. Suntuk gue di kelas."Gue menghela nafas panjang. Ini nggak bener. Gue bingung sendiri sama perasaan gue.
Di satu sisi, gue ngerasa gue cinta sama Prilly. Tapi di sisi lainnya, gue ngerasa perasaan gue kembali lagi, seiring kembalinya Sisi.
Gue nggak bisa dengan mudah ngelepasin Sisi gitu aja, secara.. Gue udah nungguin dia sejak lama.
Tapi Prilly...
"Woy, Ali!" Tiba-tiba saja, Sisi menepuk bahu gue. Sisi-nya Digo.
"Eh lo, Si. Apaan?" Tanya gue.
"Ngapain lo diem liatin lantai mulu? Lagi galau?" Tanyanya sambil tersenyum geli. "Mikirin Prilly?"
Gue menggeleng. "Nggak jaman galau."
Sisi tertawa kecil.
"Halah gaya lo, Li!"
Gue ikut tertawa. "Fakta."
"By the way, pagi ini lo liat Digo, gak?" Tanya Sisi.
Gue mengangguk. "Liat, tadi pagi jalan berdua sama Prilly. Emang lo ga bareng dia?"
"Jalan berdua.. Sama Prilly?" Ulangnya.
Gue mengangguk. "Jangan bilang lo.. Cemburu?"
"Keliatan banget, ya?" Sisi meringis sambil memegangi lehernya sendiri. "Padahal gue udah berusaha buat biasa aja, loh."
"Astaga," Gue menatapnya sambil geleng-geleng kepalanya. "Lo suka sama Digo?"
"Dari dulu kali. Cuman dianya aja yang nggak peka." Sisi tersenyum geli. "Mana ada cewek sama cowok yang bisa murni sahabatan?"
"Lo bener, sih." Gue mengangguk-angguk.
"Tapi keliatannya Digo naksir Prilly.." Sisi menggigit bibirnya.
"Gue juga nggak tau. Tapi lo tetep usaha aja. Nggak mungkin Digo gak mau sama cewek kayak lo." Kata gue.
"Cewek kayak gue? Cantik, gitu?"
"Ya begitulah."
"Waaaa! Gue dibilang cantik sama Ali!" Seru Sisi kegirangan seperti anak kecil. Gue nggak bisa menahan tawa.
"Dasar, mirip bocah amat lo."
"Biarin." Sisi menjulurkan lidahnya.
"Terserah lo deh,"
"Kalo gue ngomong sama lo, gue ngerasa kayak punya kakak cowok tau gak." Kata Sisi. "Lo cocok jadi kakak gue."
"Oh? Gue tersanjung. Silahkan anggep gue kakak lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be With You
General Fiction"Karena jatuh cinta padamu adalah hal terindah di dalam hidupku." Hidup bersama dua orang kakak laki-laki yang overprotektif bukanlah sebuah hal yang menyenangkan bagi Prilly. Padahal cewek itu ingin sekali merasakan jatuh cinta. Semua cowok yang m...