Datang Lagi

8.9K 734 18
                                    

Selamat mrmbaca!

***
-ALI-
"Halo. Ini siapa ya?" Tanya gue langsung begitu orang di seberang sana berbicara.

"S-sisi.."

"Hah?"

"Anggita Sisiliana."

Gue nggak salah denger, kan? Anggita Sisiliana. Nama panjang Sisi temen gue dulu. Sisi yang udah nulis di gitar gue.

"Sisi?"

"Ali.. Ini gue."

"Lo beneran Sisi, kan? Lo nggak ngada-ngada, kan?" Sulit bagi gue untuk mempercayainya. Secara, sudag hampir sepuluh tahun gue nggak pernah denger tentang Sisi lagi. Dan baru sekarang.

Setelah gue merasa gue jatuh cinta sama Prilly.

"Nggak, Li. Ini gue.. Gue barusan balik dari Hongkong.."

"Lo di mana? Gue kesana sekarang."

"Tapi ini udah malem.."

"Gue pengen ketemu lo, Si. Please.."

"Gue di rumah yang lama."

"Oke. Sepuluh menit lagi gue sampe." Tanpa pikir panjang, gue langsung turun ke bawah dan mengambil kunci motor.

Nggak pake pamit, gue pergi ke rumah Sisi.

Sepanjang perjalanan, gue nggak bisa nggak mikirin dia. Gue masih belum bisa percaya.. Kalo dia balik ke Indonesia. Gue udah hilang harapan, dan tiba-tiba dia muncul.. Gitu aja.

Gue masih hafal betul jalan ke rumah Sisi. Seakan-akan udah di luar kepala. Tapi omong-omong, rumah Sisi deket sama rumah Prilly.

Gue sampe di depan rumah bercat abu-abu. Rumah itu kelihatan sepi tanpa penghuni. Dan kelihatan kosong.

"A..li?"

Suara itu membuat gue menoleh ke samping. Dan benar saja. Sisi ada di sana. Gue.. Entahlah. Gue speechless.

"Sisi.." Astaga, gue membeku di tempat.

Sis berlari dan langsung menubruk gue. Dia memeluk gue dengan erat. Sisi nangis.

"Si.. Lo kenapa?" Tanya gue sambil balas memeluknya. Tubuhnya terasa rapuh. "Kenapa lo nangis?"

"G-gue kangen banget sama lo, Ali.."

Gue menghela nafas. Gue lebih dari kangen, Si. Gue kehilangan lo.

"Lo jangan nangis, ya? Gue sekarang ada di sini. Gue yang adalah kepunyaan lo, Si."

Sisi melepaskan pelukannya dan menatap gue dengan matanya yang berair. "Lo.. Punya gue.."

"Iya. Gue punya lo." Gue kembali memeluknya dengan erat. Oh Tuhan. Gue beneran kangen sama Sisi.

Gue membiarkan Sisi menangis selama beberapa saat. Setelah tangisannya reda, gue baru bertanya padanya.

"Om sama tante di mana?" Tanya gue.

"O-oh.. Mama sama Papa lagi cari makanan di luar.." Katanya.

"Oh.." Gumam gue pelan. "Lo.. Udah sembuh, Si?"

Sisi diam, dia tidak berbicara apapun. Gue menunggu sampai dia mau membuka suara.

"Gue baik-baik aja, kok.."

"Itu bukan jawaban untuk pertanyaan gue, Sisiliana."

Sisi tau, kalo gue udah nyebut nama panjangnya, gue bener-bener serius.

To Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang