Mantan Pacar

10.9K 770 24
                                    

Buat yang belum tau, gue bikin special part untuk Chasing You. Belum ada rencana bikin lanjutannya lagi;)

***
-ALI-
Pada akhirnya, gue tetep ikut pulang bareng Kak Nayla. Jadi motor gue dititipin sama Mang Didi, tukang kebun plus satpam sekolah.

"Jadi lo pulang telat gara-gara ngerjain Prilly?" Tanya Kak Nayla sambil mengendarai mobilnya dengan kecepatan stabil.

"Iya." Jawab gue sambil mengangguk singkat.

"Iseng banget sih nih bocah." Kak Nayla menggelengkan kepalanya. "Jangan-jangan lo ntar naksir sama dia."

"Naksir? Hah." Gue nggak bilang kalo gue nggak bakalan naksir sama Prilly. Karena emang gue nggak tau.

"Jangan sampe lo naksir Prilly."

"Iya-iya. Gue tau lo mau nikah sama kakaknya dia." Gue membuka hape dan menemukan sepuluh panggilan tidak terjawab dari Ghina.

Gue memutuskan untuk mengabaikannya.

Tiba-tiba, terdengar dering telepon dari hape Kak Nayla. Kakak gue mengambilnya dan melihat layar itu sebentar, kemudian meletakkannya kembali.

"Kok nggak diangkat?" Tanya gue sambil mengerutkan dahi.

"Bukan orang penting." Kak Nayla membelokkan mobilnya.

"Masa?"

"Iya." Nada bicara Kak Nayla jadi aneh. Gue curiga, Kak Nayla keliatannya nyembunyiin sesuatu.

Ponsel itu berdering lagi. Gue langsung meraihnya dan melihat siapa penelepon itu.

"Ali! Balikin!" Seru Kak Nayla sambil berusaha mengambil ponselnya dari tangan gue.

"Al?" Gue mengerutkan dahi tidak suka. "Ngapain dia nelpon-nelpon kakak?" Kata gue.

"Mana gue tau!"

"Nggak. Kak Nayla pasti tau." Kata gue dengan yakin. "Bohong kalo kakak bilang nggak tau. Mata kakak bilang hal yang sebaliknya."

Kak Nayla menghela nafas panjang.

"Al nelpon-nelpon kakak lagi, dia bilang nggak terima kalo kakak mau nikah sama Ricky." Katanya, membuatku menggeram.

"Emang apa urusannya sama dia?"

"Kakak juga nggak tau, Ali. Padahal kakak udah bilang sama Al kalo hubungan kita udah selesai," Jelas Kak Nayla sambil menatap gue sekilas. "Tapi dasar keras kepala aja dia. Dia nggak mau dengerin kakak."

"Dasar cowok sialan," Umpat gue. Udah tua kelakuan masih kayak bocah aja. Kebanyakan di manja, sih.

"Lain kali kalo dia telpon kakak lagi, kasih tau gue. Gue nggak bakalan tinggal diam kalo dia sampe macem-macem sama kakak gue." Kata gue pada Kak Nayla.

"Lp tuh sweet banget loh. Tapi kenapa lo masih jomblo, ya?" Kak Nayla mengejekku, berusaha mencairkan suasana.

"Ck. Gue nggak mau pacaran, kakakku sayang." Kata gue.

"Kenapa sih? Gara-gara Sisi?"

"Sebagian sih, iya." Kata gue dengan jujur. "Tapi pacaran bagi gue nggak begitu penting sekarang. Males gue."

"Emangnya Sisi belum balik ke Indonesia ya?" Tanya Kak Nayla.

Gue mengedikkan bahu. "Mungkin dia gak bakalan kembali. Mungkin aja dia udah lupa sama gue."

"Kasian banget adek gue. Move on, dong."

"Gue juga lagi usaha. Tapi mungkin nggak secepet itu."

To Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang