Nggak Waras

12.1K 923 23
                                    

CEK PROFILE GUE YUK! GUE BARUSAN BIKIN CERPEN BARU. JUDULNYA 'KENANGAN'. DI BACA YAA!

***
-PRILLY-
"Kak," Panggilku saat kita sedang di dalam mobil menuju ke rumah. "Maaf."

"Maaf buat apa, Prill?" Tanya Kak Ricky.

Aku menggigit bibirku. Rasa tidak enak menyelimutiku.

"Tadi udah nggak sopan di depan Kak Nayla, Kak Kaia dan cunguk itu." Kataku-- masih tidak rela menyebut namanya walaupun kita sudah baikan -- sambil menundukkan kepala.

Aku tidak bisa melihat ekspresi Kak Ricky sekarang karena di mobil gelap. Nggak mungkin juga kan aku pake senter ponselku dan ngarahin ke mukanya Kak Ricky.

Bisa-bisa dia makin ngamuk sama aku.

"Gapapa Prill," Kata Kak Ricky. "Kakak tau kok."

"Tapi itukan nggak sopan, kak. Harusnya aku bisa nahan diri... Nggak kayak tadi. Main pergi gitu aja."

"Yaudah. Lain kali nggak usah kayak gitu lagi, ya."

Aku mengangguk. "Iya kak."

Kadang-kadang, dalam hidup aku nggak semestinya ngomel terus. Karena banyak banget hal yang bisa aku syukuri. Contohnya, kedua kakakku.

***
"Ran! Randy!"

Keesokan paginya, aku berlari mengejar Randy yang sedang berjalan masuk ke dalam kelasnya.

Cowok itu berhenti dan menoleh ke arahku.

"Hah.. Hah.." Nafasku tersengal-sengal. "Lo nggak marah kan sama gue?"

Randy menggeleng. "Nggak. Kenapa gue harus marah sama lo?"

"Ya.. Gara-gara kakak gue.. Lo pasti di introgasi macem-macem sama mereka, kan?"

Cowok itu tertawa. "Iya. Tapi gak masalah. Toh lo sama gue juga nggak pacaran, kan?"

Nggak pacaran. Ha-ha. Emang bener sih.

Aku tertawa kikuk. "Iya juga sih. Yaudah deh. Gue ke kelas dulu, ya." Aku melambaikan tanganku sekilas pada Randy dan berjalan menuju ke kelasku sendiri.

Aku sempat menoleh kebelakang dan melihat seorang cewek yang langsung mengamitkan lengannya pada Randy.

Itu Cassie, anak bahasa.

Aku mengedikkan bahuku dan berjalan naik ke kelas. Kukira dulu Randy menyukaiku. Mungkin dia dulu memang menyukaiku.

Tapi karena ya-kalian-tau-lah, dia pasti mundur teratur.

Apa mungkin sekali-kali aku harus buat sayembara barangsiapa bisa menghadapi introgasi dari kedua kakakku, dia akan langsung kunikahi?

Pikiran bodoh.

Aku merasa seseorang memegang sikuku.

"Kalo jalan nggak usah sambil ngelamun."

Aku menoleh kebelakang. "Eh?"

Ternyata Ali. Dia masih memegangi sikuku. "Tuh liat depan lo."

Ternyata di depanku ada tembok. Yaampun, pikiranku terlalu kalut sampe nggak nyadar kalo di depan ada tembok.

"Oon." Gumamnya.

"Bego! Lo kok nyari ribut lagi sih?" Sungutku sambil berkacak pinggang.

Ali tertawa kecil dan menyentil dahiku pelan, lalu pergi gitu aja.

Ini emang bukan pertama kalinya seseorang nyentil dahiku. Tapi.. Tapi..

AH LUPAKAN! AKU MULAI GILA!

To Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang