Selamat membaca!
***
-PRILLY-
Siapa bilang LDR itu enak? Siapa bilang cuman bisa liat wajah orang yang kamu sayangi lewat ponsel itu cukup?Nyesek, tau.
Tapi kini semua itu aku alami. Aku dan Ali. Pagi hari berharap ada notifications dari Ali. Datang ke sekolah dan mengulang kelas sebelas lagi tanpa bisa melihat wajah cowok itu.
"Diem mulu daritadi, kenapa sih? Masih mikirin Kak Ali?" Ucapan Gritte membuat lamunanku buyar seketika.
Karena terlalu memikirkan Ali, sampai-sampai bakso favoritku aku anggurin gitu aja.
"Iya, Tte.." Gumamku.
Gritte menghela nafas panjang. "Prill, jangan sedih dong. Gue kan ikutan sedih juga," Katanya. "Gue kehilangan sahabat gue yang paling cerewet, dan paling nggak bisa diem."
Aku tersenyum samar.
Maafin gue, Tte. Tapi gue kehilangan senyum gue..
"Semangat, Prill. Lo mau bikin Ali bangga sama lo gak?" Tanyanya, membuatku otomatis mengangguk.
"Nah, lo harus sekolah yang giat. Belajar jangan asal-asalan. Jadi, waktu Ali balik ke Indonesia nanti, dia bisa ngeliat calon pacarnya udah kuliah di universitas paling top se-Jakarta."
Bagaimanapun, aku tetap sayang Gritte. Dia selalu ngertiin aku.
"Makasih, Tte.." Ucapku sambil berusaha tersenyum dan mulai melanjutkan kegiatan makan bakso yang sempat tertunda.
Ali, lo tunggu gue juga. Lo pasti bakalan bangga liat gue kuliah di kampus paling top nantinya.
***
"Gimana kuliahnya di sana? Asik?" Tanyaku ketika aku bervideo call dengan Ali malam ini."Asik banget gila! Gue ketemu banyak orang yang pro, dan gue bisa belajar dari mereka," Aku tersenyum saat mendengar penuturan Ali. Itu dunianya.. Dan dia bahagia berada di sana. Aku nggak boleh egois.
"Sekolah lo sendiri gimana, Prill?"
Aku menghela nafas. "Aku harus ulangin kelas sebelas gara-gara koma waktu itu."
"Semangat ya, Prilly nya Ali."
Hatiku menghangat ketika mendengar Ali menyebutkan kata-kata itu.
Prilly nya Ali.
Ya. Aku emang punyanya Ali, bukan cowok lain. Dan aku bangga akan hal itu.
"Makasih, Ali nya Prilly." Balasku.
"Ciee, so sweet deh," Ali tersenyum lebar. "Eh omong-omong pipi lo makin tembem ya?"
Refleks, aku langsung memegang pipiku sendiri. "Ah, masa sih?" Tanyaku. "Berarti gue makin gendut, dong?"
"Mungkin ya,"
"Ali ih! Serius, gue makin gendut ya?"
"Mau gendut juga gak masalah kok, Mbem."
"Mbem?!" Seruku.
"Iya, lo kan tembem."
"Ngeselin banget sih lo?! Kebangetan deh Ali!" Dengusku sambil menatap ke layar ponsel.
Kalo aja Ali ada di sini, pasti sudah kucubit lengannya. Dasar. Masa aku dikatain tembem? Yakali. Huh.
"Coba kalo lo di sini, udah gur cubitin pipi lo itu." Katanya.
Aku mencibir. "Makanya sini balik ke Indonesia. Masa lo gak kangen sama gue?" Kataku.
"Ya kangen lah, masa sama calon pacar sendiri ga kangen."
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be With You
General Fiction"Karena jatuh cinta padamu adalah hal terindah di dalam hidupku." Hidup bersama dua orang kakak laki-laki yang overprotektif bukanlah sebuah hal yang menyenangkan bagi Prilly. Padahal cewek itu ingin sekali merasakan jatuh cinta. Semua cowok yang m...