Perasaan Aneh

9.2K 721 27
                                    

Selamat membaca!

***
-PRILLY-
Aku menghela nafas panjang sambil duduk di depan pintu. Harusnya aku bisa mengerti keadaan Ali. Harusnya aku nggak perlu sampe kayak gini...

Aku meletakkan tangan ke atas dadaku.

Sakit.

Bodoh, ngapain lo mikirin hal yang lain? Masih ada hal yang lebih penting daripada masalah lo sama Ali.

Sebelumnya, aku nggak pernah dibentak sebegini kasarnya. Paling-paling cuman kedua kakakku aja yang marah. Tapi mereka nggak pernah sampe ngebentak.

Tapi Ali...

Aku menggelengkan kepala. Udah lah, Prill. Palingan Ali juga lagi tertekan.

Aku harus bisa ngertiin keadaan Ali. Harus.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan Kaia keluar dari dalam sana. Wajahnya kusut sekali.

"Prill..?"

Aku segera berdiri. "Gimana keadaan lo? Udah baikkan?" Tanyaku sambil menatap wajahnya.

Kaia mengangguk. "Lumayan. Makasih ya,"

"Sama-sama. Lo belum makan, kan? Gue tadi udah beli makanan. Ada di meja makan," Kataku. "Gue nggak maksa lo buat makan."

Kaia mengerutkan dahi bingung.

"Gue mau makan, kok." Katanya.

"Oh, yaudah." Aku mengangguk singkat.

Kaia meninggalkanku untuk turun ke bawah dan makan. Aku masih malas bertemu dengan Ali karena masalah tadi. Sebaiknya aku masuk ke dalam kamar Kaia dan beristirahat di sana.

Nanti malam akan jadi malam yang panjang....

***
Tepat jam sebelas, aku serta kedua kakakku, Ali dan Kaia berangkat menggunakan mobil. Kaia ikut di mobil Kak Ricky, sementara Kak Kevin di mobil Ali.

Dan semenjak sore tadi, aku dan Ali tidak saling bicara satu sama lain.

"Duh, Rick. Semoga Kak Nayla baik-baik aja, ya." Kata Kaia yang berada di jok sebelah Kak Ricky.

"Tenang aja. Gue yakin Al nggak seberani itu buat macem-macem sama Nayla." Kata Kak Ricky mantap. Aku yang duduk di belakang turut mendoakan keselamatan Kak Nayla.

Ini seperti sebuah misi penyelamatan yang kerap kali kulihat di film-film.

"Tapi tetep aja gue khawatir, Rick." Kaia menggigit bibir bawahnya.

"Berdoa aja. Kalo gue yakin Nayla pasti baik-baik aja."

Satu hal yang agak aneh dari kakakku; dia nggak seperti kebanyakan cowok yang kehilangan pacarnya pada umumnya.

Bayangkan-- Kak Ricky memang panik, tapi dia bisa dengan mudah menenangkan dirinya. Kalo aku jadi dia, pasti aku udah mencak-mencak.

Aku menguap. Tiba-tiba mataku menjadi sangat berat. Aku melirik ponselku yang sama sekali tidak ada notifications yang terpampang di sana.

Ali..

Apa dia sama sekali nggak peduli sama aku? Kenapa dia nggak minta maaf atau semacamnya?

Yah. Aku nggak gengsi, tapi aku ingin dia yang memulai percakapan duluan. Apa aku salah?

"Prill, lo kalo mau tidur, tidur aja dulu." Kata Kak Ricky sambil melirikku lewat kaca di depan.

Aku hanya mengangguk sambil tetap melihat layar ponselku. Jariku bergerak untuk menyalakan nada dering.

To Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang