Tak terasa, hubunganku dengan Dilla sudah berjalan lebih dari satu bulan. Rasa sayangku untuk Dilla terus bertambah setiap harinya, aku semakin nyaman dengan Dilla, aku semakin takut kehilangan Dilla. Karena Dilla sudah menjadi bagian penting di hidupku. Aku berharap Dilla merasakan hal yang sama. Aku pernah bertukar nomor telepon dengan Dilla untuk beberapa hari. Banyak sekali SMS dari lelaki yang mencoba mendekati Dilla, dengan berani ku balas setiap SMS itu. "Maaf, ini pacarnya Dilla." Aku tak merasa risih jika banyak yang mendekati Dilla, selama Dilla tak merespon orang-orang itu. Justru aku bangga, dari banyak orang yang mendekati Dilla, Dilla memilihku. Aku tak akan pernah sia-siakan Dilla, dan aku takkan pernah membiarkan siapapun merebutnya dariku.
Aku pernah menghadiahi Dilla sebuah baju couple dan beberapa fotoku. Dilla meminta fotoku karena aku bercerita pada Dilla bahwa aku punya beberapa fotonya yang sudah dicetak. Jadi Dilla juga meminta fotoku, meskipun aku sangat tak pandai bergaya di depan kamera. Tapi tetap aku lakukan demi Dilla.
Suatu hari, temanku Dita berulang tahun. Aku berniat memberinya kado, karena Dita adalah salah satu teman terbaikku.
Aku pergi ke sebuah toko boneka bersama temanku, Radea. Aku membeli boneka babi yang lucu sebagai hadiah ulang tahun untuk Dita. Aku tak hanya membeli satu boneka, aku membeli dua boneka. Karena kupikir, aku juga harus membelikan satu untuk Dilla agar asa sesuatu yang bisa membuat Dilla selalu ingat padaku. Juga agar Dilla tak berpikir aneh-aneh tentang niatku memberi hadiah ulang tahun untuk Dita. Setelah selesai membungkus kadonya, aku langsung menuju ke rumah Dilla, aku memang berniat menitipkannya lewat Dilla.
Aku mengirim SMS pada Dilla, untuk memberitahu Dilla bahwa aku ada di depan rumahnya. Tak lama, Dillapun keluar sambil memegang sebuah buku yang sedang Dilla baca.
"Aku mau nitip ini buat Dita." Kataku menyerahkan satu kado pada Dilla.
"Iya." Kata Dilla mengambilnya.
"Yang ini buat kamu." Kataku menyerahkan kado yang satunya lagi.
"Aku kan nggak ulang tahun." Kata Dilla.
"Iya tahu, pengen beliin aja buat kamu." Kataku.
"Iya deh, makasih ya."
"Iya sama-sama. Aku langsung pulang ya." Kataku pamit.
"Iya, hati-hati di jalan." Kata Dilla.
Aku pun pulang karena merasa lelah. Setibanya di rumah, aku menerima SMS dari Dilla.
"Kado buat Dita isinya apa?"
"Boneka juga."
"Sama kaya yang kamu kasih ke aku?"
"Beda Bep."
"Bagusan yang mana? Gede yang mana?"
"Nggak beda jauh, kenapa nanya gitu? Kamu jangan khawatir, rasa sayang aku cuma buat kamu, nggak aku bagi ke yang lain."
"Hmm, iya deh. Makasih yaa Kubep sayang."
Aku bahagia jika Dilla bahagia, apalagi jika alasan dibalik bahagianya Dilla adalah aku.
Beberapa hari kemudian, aku mengajak Dilla untuk jalan-jalan dan nonton. Dilla menerima ajakanku. Aku dan Dilla pergi ke tempat yang sama saat masa pendekatan dulu.
Aku dan Dilla pergi ke bioskop.
Saat berjalan menuju bioskop, aku mengenggam tangan Dilla. Itu pertama kalinya setelah lebih dari satu bulan pacaran. Nyaman sekali rasanya bisa mengenggam orang yang sangat kusayangi. Seolah aku tak ingin melepaskan genggaman tangan itu. Kali ini, aku dan Dilla memilih film animasi yang bisa ditonton oleh semua umur. Bukan lagi film dewasa. Jadi aku tak perlu gugup lagi nanti. Selama menonton film, aku tak melepas genggaman tangan Dilla. Aku dan Dilla tertawa bersama saat menonton film. Kini, aku tak lagi bisu saat jalan berdua dengan Dilla. Akh mulai bisa terbuka di hadapan Dilla, aku bisa tertawa lepas dan tak terlalu pendiam seperti dulu. Dan hari itu adalah hari yang tak akan pernah kulupakan, sampai kapanpun.
Hari-hari berikutnya, aku merasa semakin lengket dengan Dilla. Seolah aku berani menantang siapapun yang mampu merusak hubunganku.
Hubunganku dengan Dilla berjalan cukup baik. Aku sudah melewati bulan pertama, dan aku akan berusaha melewati bulan kedua, ketiga, dan seterusnya. Sampai aku tak mampu lagi menghitungnya.
Aku dan Dilla juga pernah ke tempat wisaga di Lembang lagi, tapi kali ini hanya berdua. Tanpa Adit, Ega, Dita ataupun Icha. Di tempat itulah pertama kalinya aku memegang kepala Dilla dan menyandarkannya di bahuku. Suasana saat itu sepi, aku jadi lebih leluasa dan tak merasa malu untuk bisa lebih mesra pada Dilla. Dunia seakan hanya milikku dan Dilla.
Lembang itu terkenal dengan suhunya yang dingin. Tapi dengan adanya Dilla di sampingku, aku akan selalu merasakan kehangatan.
Di perjalanan pulang dari Lembang, Dilla tak melepaskan pelukannya dariku. Dilla selalu memberiku kenyamanan lebih dari yang kuharapkan.
Mungkin bagi sebagian orang, cerita cintaku selama satu bulan ini masih biasa. Ya, memang belum ada cerita seru yang aku dan Dilla lalui. Tapi bagiku, detik menit hidupku di Dunia sangatlah seru dan indah selama ada Dilla di dalamnya.
"Dilla, tetaplah disini, jangan pernah pergi. Kita sudah lewati satu bulan lebih. Mari kita menghitung bersama untuk lalui bulan hingga tahun berikutnya. Sampai kita tak lagi ingat sudah berapa lama kita bersama. Tapi tak apa, karena yang penting aku dan kamu tetap bersama sampai nanti kita berbeda dunia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Karma
RomanceBeberapa part terakhir di private. "Karena sekuat apapun cinta terakhirmu, kamu takkan pernah benar-benar bisa lupa pada cinta pertamamu." Ya, aku setuju dengan kalimat itu. Sampai sekarang aku tak bisa lupakan Dilla, yang dulu pernah kuperjuangkan...