Dilla Milikku

2.1K 83 1
                                    

Rasanya tak ada hal yang lebih indah lagi dari apa yang kudapat hari ini. Sekarang, aku tak lagi sendiri, hatiku sudah berpenghuni. Aku berharap semoga Dilla tak pernah pindah ke lain hati, karena aku pun berniat seperti itu.
Sejak saat itu, wallpaper di handphoneku bukan lagi band-band favoritku, tapi sekarang wajah cantik Dilla yang mengisi layar handphoneku. Nama Dilla sudah kuganti di kontak handphoneku, kutulis dengan nama "Sayang."
Sebenarnya, hal itu sudah kulakukan sebelum aku dan Dilla resmi berpacaran.
Malam harinya, aku mulai memanggil Dilla dengan panggilan "Sayang". Tapi, pada saat itu Dilla meminta untuk membuat nama panggilan yang beda dari yang lain. Hal seperti itu sudah menjadi tradisi bagi orang-orang yang baru saja resmi berpacaran. Aku ikuti saja kemauannya, bagiku, nama panggilan tak terlalu penting. yang penting, aku menyayangi Dilla. Saat itu Dilla mengajakku untuk bertukar pikiran dalam menentukan nama panggilan, tapi aku menyerah, aku serahkan semuanua pada Dilla.
Akhirnya, Dilla sudah menentukan nama panggilanku dan Dilla. Dilla memanggilku "Kubep", sedangkan aku memanggil Dilla dengan sebutan "Kibep". Bagi orang lain, mungkin terdengar sangat aneh. Tapi, bagiku itu sangat terdengar manis. Apapun yang Dilla lakukan, meskipun konyol, selalu indah dimataku.
Sebelum tidur, aku tak lupa untuk mengucapkan "Selamat tidur Kibep sayang." Dilla juga melakukan hal yang sama. Malam ini menjadi tidur pertamaku setelah berstatus pacar Dilla. Aku merasa tak perlu mimpi indah, karena kehidupan nyataku sudah lebih dari sekedar indah, berkat Dilla.
Pagi hari, saat terbangun dari tidur, aku tak merasa ada di Bumi. Jika memang ini si Bumi, rasanya Bumi tak pernah seindah ini. Disambut cahaya mentari yang menyelinap masuk lewat jendela kamarku, juga ucapan "Selamat pagi Kubep."
Pagi itu, sahabatku Rey menelponku untuk mengajakku ke warnet tempat biasa aku main game online. Tapi aku menolaknya, dengan alasan kondisi badanku tak baik. Sejak saat itu, aku merasa tak tergoda lagi untuk main game online. Game online memang menyenangkan, selalu membuatku ceria, tapi sejak kemarin, alasan dibalik keceriaanku hanyalah Dilla.
Pagi itu aku merasa sangat malas untuk beranjak dari tempat tidur. Aku masih tiduran di tempat tidurku, dengan handphone di genggaman tanganku. Aku mengunduh semua foto dari facebook Dilla. Setelah itu, aku mandi lalu pergi ke studio foto untuk mencetak beberapa foto Dilla yang kuambil dari facebook Dilla tanpa sepengetahuannya. Foto-foto Dilla selalu kulihat sebelum aku tidur, lalu kusimpan dibawah bantalku. Sejak saat itulah Dilla selalu singgah di mimpiku. Di dunia nyata, Dilla ada. Di dunia mimpi, Dilla juga ada. Seperti tak ada tempat yang bisa membuatku terpisah dari Dilla. Suatu hari, aku bangun lebih siang. Saat Ibuku membangunkanku, aku langsung pergi ke kamar mandi tanpa membereskan tempat tidurku terlebih dahulu. Saat aku kembali ke kamar, aku melihat tempat tidurku sudah rapi, karena Ibuku membereskannya. Saat itu aku melihat Ibu yang masih duduk di atas tempat tidurku, Ibu sedang melihat beberapa foto sambil senyum-senyum sendiri. Aku menghampiri Ibu. Dan ternyata foto-foto itu adalah foto Dilla. Ibu menemukan foto Dilla yang kusembunyikan di bawah bantal saat Ibu membereskannya. Aku langsung mengambilnya dari tangan Ibuku.
"Anak Ibu udah punya pacar ternyata." Kata Ibu tertawa.
"Berisik Ibuuu." Kataku sambil menyimpan foto-foto Dilla di laci. Aku merasa malu dan kesal.
"Awas kalo ninggalin pelajaran, Ibu nggak izinin kamu pacaran." Kata Ibu.
"Nggak akan Bu, dia itu semangatku." Kataku tersenyum malu.
"Bagus deh kalau gitu."
Kata Ibu lalu keluar dari kamarku. Aku tak menjawab. Lagipula, mana mungkin aku meninggalkan pelajaran, justru adanya Dilla membuatku lebih semangat melakukan apapun.
Saat Ibu keluar dari kamarku, aku mengeluarkan foto-foto Dilla dari laciku, lalu aku tiduran lagi di atas tempat tidur sambil menatap foto-foto Dilla. Tak lupa aku mengunci pintu kamarku, agar Ibu tidak masuk secara tiba-tiba.
Aku senyum, menatap foto-foto Dilla. Dilla itu wanita yang tak terlalu tinggi, dia cabi, rambutnya panjang, senyumnya manis. Pokoknya aku tak akan setuju jika ada yang bilang bahwa Dilla tidaklah lucu. Tak aneh jika di Sekolah banyak sekali yang mendekati Dilla, dan aku juga tahu Dilla punya cukup banyak mantan di Sekolah, salah satunya adalah Agus, musuh bebuyutanku. Aku tahu itu.
Tapi aku sangat berterimakasih pada Tuhan, karena telah mempersatukan aku dengan Dilla. Aku juga ingin berterimakasih pada Ibu, tanpa Ibu, aku tak akan ada di Dunia, dan tentu saja tak akan jumpa dengan Dilla. Aku juga berterimakasih pada guru bahasa sundaku, karena itu yang menjadi awal dekatnya aku dengan Dilla. Aku juga berterimakasih pada hatiku sendiri, karena tak salah memilih siapa yang pantas kucintai. Dan terimakasih Dilla, atas ruang kecil yang kamu beri untukku, takkan kusia-siakan. Aku berjanji akan menjagamu semampuku. Selebihnya, Tuhan pasti bantu.
Aku dan Dilla memasang status berpacaran di facebook. Teman-temanku sudah tahu bahwa aku pacarnya Dilla. Ada tetanggaku bernama Didan yang berkomentar tentang Dilla.
"Yang di facebook itu pacar kamu Van? Cantik deh. Kalau kamu putus, kasih buat aku ya?" Kata Didan tertawa. Didan melihat foto Dilla di facebook.
"Iya, dia pacarku. Aku tak akan pernah putus dengannya. Dan aku tak akan biarkan siapapun merebutnya dariku, kecuali ada orang yang siap kehilangan satu giginya." Kataku tertawa.
Aku bangga memiliki Dilla. Bukan karena banyak yang bilang bahwa dia itu cantik, lucu, atau apapun itu. Tapi karena aku bisa memiliki orang yang memang sangat kusayangi, jadi aku tak perlu repot membohongi perasaan sendiri. Jika ada yang bertanya siapa Dilla, aku akan terus menjawab dengan kalimat yang sama. "Dia pacarku, wanita yang paling kusayangi setelah Ibu, dia milikku."

KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang