Kemarin, saat idul fitri, aku mengucapkan permintaan maaf pada Dilla. Dan Dilla juga meminta maaf padaku. Tapi entah mengapa saat itu aku mulai merasa bahwa sudah tak ada lagi sedikitpun ruang di hatinya. Seperti sudah tak ada cara lagi agar aku bisa kembali dengannya. Sebenarnya aku tak mau untuk putus asa. Tapi aku benar-benar buta tentang bagaimana cara melangkah agar bisa dekat lagi dengan Dilla.
Suatu hari, handphoneku dipinjam temanku, Mira. Mira adalah temanku yang sering juga curhat padaku. Aku juga jadi sering curhat padanya.
Setelah selesai meminjam handphoneku, Mira mengembalikannya padaku. Tapi saat itu aku tak bisa membuka handphoneku, karena polanya diganti. Aku melihat Mira tertawa. Handphoneku bergetar, banyak pesan masuk. Aku mulai tak enak hati, karena aku yakin bahwa Mira membajak status di BBMku.
"Ini buka ih?" Pintaku pada Mira.
"Nanti ya, dua puluh menit, ini pembalasan kemarin." Kata Mira tertawa. Kemarin aku menjahilinya dengan cara yang sama.
Setelah dua puluh menit, akhirnya Mira membuka kunci handphoneku. Aku langsung membuka BBMku. Benar saja perkiraanku. Nama BBMku diganti jadi "Esa" nama yang sering Dilla panggil untukku, Mira juga mencantumkan tanggal jadianku dengannya di tahun 2010. Selain itu, Mira juga mengirimkan pesan pada Dilla.
"Aku sayang kamu Dilla."
Aku langsung menghapus semua itu. Aku menulis status bahwa handphoneku baru saja dibajak, dan aku meminta maaf pada Dilla. Saat itu Dilla hanya membaca pesanku, Dilla tak membalasnya.
Aku cukup kesal pada Mira, tapi tak mungkin aku menamparnya seperti yang kulakukan pada Deni kemarin.
Aku merasa Dilla terganggu. Karena tak lama setelah itu, Dilla menghapus kontakku.
Beberapa saat kemudian, Fikri mengundang BBMku. Aku sudah tahu apa yang akan dibicarakannya.
"Ini maksudnya apa?" Tanya Fikri lalu mengirim gambar screenshot.
"Baca status aku, kan dibajak." Kataku.
"Bukan apa-apa, Dillanya ngerasa risih." Kata Fikri.
"Iya udah bilangin aja maaf. Yang bajak temen aku, kalau mau ketemu sama temen aku silakan, aku angkat tangan, nggak akan ikut campur." Kataku.
"Nggak, aku santai aja kok." Kata Fikri.
"Iya udah kalau gitu. Bilangin aja maaf."
"Iya, nanti aku sampaikan." Kata Fikri.
Aku langsung bicara pada Mira yang saat itu ada disebelahku.
"Tuh kan, liat cowoknya jadi marah ke aku." Kataku kesal.
"Kenapa? Kamu takut?" Tanya Mira.
"Bukannya takut, aku janji sama Dilla nggak akan nyari masalah sama cowok ini." Kataku.
"Iya udah biar cowoknya aja temuin sama aku." Kata Mira. Mira itu adalah tipe wanita yang ngeyel, susah dikasih tahu, nantang terus.
"Udahlah, biarin aja." Kataku.
Tak lama setelah itu, Fikri menghapus kontakku lagi. Aku merasa pintu untuk kembali pada Dilla sudah tertutup rapat. Kini kehadiranku hanya membuatnya risih. Kini aku bukan lagi penyemangat di hidupnya, bukan lagi orang yang bisa membuatnya tersenyum, tertawa, atau bahkan menangis. Kini kehadiranku tak lebih dari seorang pengganggu, aku sudah seperti hama yang seharusnya di basmi dari kehidupan Dilla. Aku kesal, mengapa harus ada Fikri di kehidupan Dilla? Dia merebut Dilla dariku, dia merebut segala kebahagiaanku. Andai saja tak pernah ada Fikri di kehidupan Dilla, mungkin aku sedang bahagia bersama Dilla. Saat itu, aku menyalin nomor PIN Fikri, lalu aku mengundangnya menggunakan nama orang lain. Aku ingin menguji sampai mana dia mampu setia. Setelah melakukan itu, aku mempunyai kesimpulan bahwa Fikri masih bisa tergoda pada wanita yang dia pikir lebih dari Dilla. Tapi aku tak berniat memberitahukannya pada Dilla, aku tak mau merusak hubungan mereka, karena aku menyayangi Dilla. Biarlah waktu yang membuat Dilla tahu siapa yang tulus dan mampu setia padanya.
Sejak saat itu, aku hanya bisa mencari kabar tentang Dilla lewat Azzuri. Aku meminta Azzuri untuk mengirim foto yang baru saja dijadikan foto profil oleh Dilla. Dan aku meminta agar Azzuri memberitahuku status apa saja yang Dilla tulis di BBMnya."Dilla, maaf jika kehadiranku membuatmu terganggu. Aku tak pernah punya niat sejahat itu, karena aku tulus menyayangimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma
RomantizmBeberapa part terakhir di private. "Karena sekuat apapun cinta terakhirmu, kamu takkan pernah benar-benar bisa lupa pada cinta pertamamu." Ya, aku setuju dengan kalimat itu. Sampai sekarang aku tak bisa lupakan Dilla, yang dulu pernah kuperjuangkan...