part 17

85.5K 4K 210
                                    

Happy Reading!


Aku mengetuk-ngetukkan jariku di meja dengan malas.

06.15

Masih sangat pagi. Aku melirik bangku di sebelahku yang kosong. Tas ransel Lavine sudah ada di mejanya. Tapi, aku sama sekali belum melihat anak itu dari tadi.

Kata anak-anak lain sih, setelah menaruh tasnya, Lavine keluar begitu saja entah kemana. Mungkin dia sedang sarapan di kantin atau ada kumpul klub photography ya?

Suara cekikan dan tawa keras terdengar dari luar jendela. Sontak aku menoleh ke jendela di sampingku. Ada Lavine dan Alan yang berjalan beriringan menuju kelas. Ekor mataku terus memperhatikan mereka yang sekarang berjalan menuju ke arahku.

''Eh, udah dateng lo?'' tanya Lavine sambil duduk di bangkunya. Alan memilih duduk di bangku depanku.

''Udah, kalian dari mana?''

''Biasa, kantin. Sarapan dulu,'' jawab Alan sambil meminum air mineral yang dibawanya. Aku hanya mengangguk.

''Eciee yang kemarin kepergok berduaan sama doi hkm hkm,'' goda Lavine sambil mendorong-dorong bahuku dengan bahunya.

Aku hanya menggeleng sambil menahan pipiku yang sebentar lagi pasti akan memerah.

''Iya iya! Kemarin kepergok berduaan, untung kita pada dateng ya? Kalau gak, gua gak tahu apa yang akan terjadi,'' Alan mulai merocokiku.

Mereka tertawa keras-keras, membuat anak-anak lain menoleh ke arah kami. Aku hanya bisa menutup wajahku dengan kedua tangan. Ck, mereka sudah merusak pagiku yang tentram.

''Lo berdua cepet jadian yak! Nanti inget PJ-lah hahaha.''

''Pokoknya gue setuju banget kalo lo sama Ethan jadian! Setuju banget!'' Alan bertos ria dengan Lavine.

Mereka pasti sangat senang karena bisa mengerjaiku pagi-pagi begini. Untung saja mereka temanku, kalau tidak, aku pasti sudah menyembelih mereka sekarang juga.

''Kalian seneng banget sih ngerecokin gue pagi-pagi,'' ujarku jengkel.

''Udah lah, bilang aja lo seneng banget 'kan karna dikasi kalung angsa sama doi?'' Alan memainkan alisnya sambil menatapku dengan jahil. Aku langsung memukulnya keras-keras. Laki-laki itu pun mengaduh sambil mengusap-ngusap lengannya.

''Banyak bacot lo!''

''Cewe menye pukulannya mantep juga ya? Gue kira lo gak ada tenaganya,'' tanganku terangkat ingin memukul Alan untuk kedua kalinya

. Tapi, terhenti oleh ketukan dari jendela di sampingku. Aku menoleh, begitu juga dengan Lavine dan Alan. Kak Ethan ternyata ada di balik jendela sambil tersenyum.

''Hai,'' sapanya tanpa suara dengan tangan yang melambai ke arahku. Aku membalasnya dengan senyum malu.

''Hai kak.''

Ia lalu mengangkat tangan kirinya yang sedang menggenggam ponsel dan menunjuknya. Aku sama sekali tidak mengerti dengan maksudnya.

Tapi, belum sempat aku bertanya. Bel masuk sudah berbunyi. Kak Ethan melambaikan tangannya dan segera berlari menuju kelasnya yang lumayan jauh dari kelasku.

Drtt drtt

Ponsel yang ku letakkan di saku rok bergetar, menandakan ada pesan yang masuk. Aku segera merogohnya dan menemukan satu notif pesan masuk.

From: Kak Ethan

Istirahat nanti. Makan siang bareng?

Aku membelalakkan mata dengan sempurna. Ini aku mimpi atau gimana? Kak Ethan ngajak aku makan bareng? Yakin? Gak salah?

you again ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang