Happy Reading!
Aku menyusuri lorong kelas dengan lesu dan juga--penampilan acak-acakan. Aku bisa melihat beberapa anak memandang ke arahku dengan tatapan heran, bingung dan--ahh entahlah. Aku tahu, kalau kondisiku sekarang sudah mirip seperti zombie yang nyasar di lorong Garuda Bangsa.
Mood-ku sudah hancur lebur, dan rasanya semangat untuk memanggul tas dan pergi ke sekolah juga sama sekali tidak ada. Yang ada di pikiranku hanya tidur--dengan selimut hangat sambil meratapi nasib yang jeleknya minta ampun.
Pagi tadi, Mama, dengan mata berbinar dan keceriaan yang nampak jelas disana, mengumum 'kan tentang perjodohan Githa dengan seorang laki-laki (yang malas kusebut namanya).
Dia bilang, dengan semangat pula, aku harus pergi ke salon, melakukan beberapa perawatan, karena malam nanti akan ada acara makan malam bersama kedua pihak keluarga. Katanya, aku harus tampil bagus, agar tidak memalukan.
Aku hanya mendengus malas mendengar ocehan mama yang tidak sabar dengan acara malam nanti. Beliau nggak tahu apa, kalau anaknya ini sangat-sangat-sangat-sangat tersakiti dengan berita yang membuat semua anggota keluarga besar Benette senang sekali.
Aku memasuki kelas yang ramai. Anak-anak cowo sedang bermain di depan kelas. Joged-joged nggak jelas sambil bawa sapu dan kemoceng. Aku cukup tahu, mereka memang tidak waras dan butuh penanganan lebih lanjut.
Lavine ternyata sudah duduk manis di bangkunya. Menatapku terus yang baru memasuki kelas sampai duduk di bangku sampingnya. Huhh... jangan tatap aku dengan pandangan iba dan sedih itu.
''Are you, okay?'' tanyanya dengan mata yang terus menatapku.
Aku risih. Tentu saja.
''I'm okay,'' jawabku pendek.
Aku mulai mengeluarkan buku-buku pelajaran pertama hari ini. Lavine terdiam cukup lama. Ya, dia sudah tahu masalah perjodohan itu.
Kemarin malam dia terus mengirimi ku sms dengan isi yang selalu sama ''are you okay?'' dan aku selalu tidak membalasnya.
''Beneran?'' aku mengangguk dan pura-pura sibuk memeriksa pr Bahasa Inggris yang baru ku kerjakan pagi tadi.
Kemarin malam--jujur--aku tidak belajar. Karna apa? Mood-ku benar-benar jelek untuk berjubel ria dengan materi-materi pelajaran hari ini.
''Ace,'' panggilnya lagi dan aku hanya bergumam tidak jelas.
''Ace.''
''Ace.''
''Apaan?!'' sahutku sedikit ketus sambil menoleh ke Lavine yang sekarang sedang tersenyum kecil.
''Everythings it's will be okay,'' katanya, yang membuatku sempat terdiam sambil menatap nanar matanya yang menyejukkan.
Tess
Ah bodoh. Kenapa harus ada air mata yang keluar? Aku segera menghapus air mata yang sialnya--malah jatuh disaat aku ingin kuat di depan Lavine. Gadis itu tersenyum kecil dan menepuk bahu ku pelan.
''Gue tahu lo kuat.''
* * * * * *
Dan sekarang disini lah aku. Duduk di depan Alan yang dari tadi terus menatapku. Semangkuk bakso yang dipesankannya belum sama sekali ku sentuh.
Bodo amat. Mau basi atau dingin, aku benar-benar nggak ada selera buat makan.
Alan sibuk mengaduk-ngaduk batagor yang baru dimakannya beberapa suap saja. Sepertinya dia ikut tidak berselera makan, melihatku yang hanya mematut mangkuk bakso seperti lukisan indah yang fungsinya hanya dipajang.

KAMU SEDANG MEMBACA
you again ✔
Novela Juvenil❛❛Kita bertemu lagi. Lalu aku mulai mencintaimu seperti dulu lagi. Pada akhirnya kamu akan menyakitiku juga seperti dulu, kan? Begitu sederhana, namun dapat terpatri dengan indah di ingatanku. Kamu bukan hanya tentang masa laluku, bukan juga tent...