Epilog

194K 5.4K 1.3K
                                        

Happy Reading!

''Hai penguntit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Hai penguntit.'' Sapaan itu berhasil membuat senyum tipis terbit di wajahnya yang sempat mendung. Alan menghembuskan nafas pelan, lalu terdengarlah kekehan kecil yang berdentang merdu di telinganya.

''Hai yang lagi ulang tahun.'' Kekehan kecil itu berubah menjadi tawa yang menghangatkan hatinya. Bunyi derit kursi yang ditarik terdengar, seseorang yang kini baru duduk di hadapannya membuat senyum Alan merekah sempurna.

''Ini kue buat gue?'' Alan mengangguk, menatap lembut perempuan di depannya.

''AAAA THANK YOU ALAN!'' Ace memekik kegirangan, membuat tawa Alan seketika meledak.

''Sama-sama, Ce.'' Alan berucap pelan, mengacak singkat rambut perempuan di depannya.

Kalau dulu tiap kali Alan mengacak rambut Ace, perempuan itu pasti bersungut jengkel karena takut berantakan. Tapi sekarang, Ace malah tersenyum senang tanpa raut jengkel yang bisa Alan lihat di wajahnya.

Mereka berdua terdiam untuk 5 menit, yang bagi Alan sudah seperti setahun lamanya. Laki-laki itu sibuk memandangi wajah Ace yang berbinar ceria, melihat kue tart coklat di depannya.

''Ce?'' Ace lalu mendongak dengan kedua alis terangkat bertanya.

Alan diam. Menatap mata hitam di depannya dengan dalam. Masih seperti dulu, dia sangat suka menyelami mata hitam bulat milik Ace.

''Gua sayang banget sama lo.'' Lirih Alan pelan. Tangannya lalu tergerak meraih tangan Ace, menggenggamnya erat, seakan-akan tidak ingin membiarkan perempuan itu pergi.

''Jangan tinggalin gue ya?''

Belum ada jawaban, Ace menatapnya lama dan Alan berusaha menunggu dengan sabar untuk dua menit diamnya perempuan itu.

''Iya.''

Tingg

Bunyi lonceng di sudut Mama's Bakery terdengar, membuyarkan lamunan Alan. Laki-laki itu tersenyum miris, menyadari bahwa semua itu hanya khayalannya. Ace tidak akan pernah datang. Menarik kursi ataupun duduk di depannya sambil menatap kue tart coklat dengan mata berbinar.

Karena dia sudah pergi dua tahun yang lalu.

Alan menghembuskan nafas berat. Dadanya terasa sesak, seperti ada berton-ton batu yang menekannya. Nafasnya tercekat, berusaha sekuat tenaga menahan tangis yang sudah ada di ujung lidahnya. Memalukan sekali rasanya jika dia menangis disini. Apa kata pengunjung yang lain? Apa kata para pelayan yang berlalu-lalang? Yang terpenting...

Apa kata Ace, yang menginginkannya bahagia sebelum perempuan itu pergi?

Alan melirik ke arah kue tart di depannya. Rangkaian tulisan diatasnya mampu membuat hatinya terkoyak lagi.

Happy Birthday Ace

Lilin yang berbentuk angka 19 itu pun masih menyala, dengan lelehannya yang sudah mengering di atas kue. Bahkan sampai dia menunggu lilin itu habis dilelehkan bara api, Ace tidak akan meniupnya, kan?

Dengan air mata yang mendesak di pelupuk matanya. Alan meniup lilin itu dengan mata terpejam, telinganya pun seakan-akan tidak mendengar ricuhnya Mama's Bakery. Hembusan angin dari pintu yang terbuka menyapa kulitnya pelan, saat dia meniup kedua lilin yang hanya tinggal setengah bagian itu.

Terasa seolah-olah Ace ikut meniupnya.

Api itu padam. Beserta dengan keteguhan yang berusaha dikuatkannya. Satu tetes air mata berhasil lolos dari mata yang kini dipejamkannya kuat-kuat.

Alan takut akan kenyataan, bahwa ketika dia membuka mata, Ace tidak ada di depannya. Setahun yang lalu juga begitu, ketika dia meniup lilin dan berharap perempuan itu ada di depannya. Nyatanya dia tidak ada. Kosong. Kursi di depannya akan kosong.

Alan sadar, seberapa lama pun dia memejamkan matanya. Memohon pada Tuhan kalau perempuan itu bisa dihadirkan di depannya sekarang. Tidak mungkin. Tuhan tidak akan mengabulkan doanya itu.

''Happy Birthday, Ce.'' Alan berseru lirih dan hembusan angin lain menyapanya lagi, seperti sebuah ucapan ''terimakasih'' dari perempuan yang dia cintai.

'' Alan berseru lirih dan hembusan angin lain menyapanya lagi, seperti sebuah ucapan ''terimakasih'' dari perempuan yang dia cintai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ini epilog tergajee parah wkwkwk. Btw baca cerita gue yg lain jg yap 😭👍

you again ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang