Happy Reading!
''GUE MAU JADI PACAR LO, LAN!" aku langsung memeluk Alan.
Alan menegang di tempatnya, terkejut dengan apa yang baru ku katakan tadi. Namun tak lama, ia mulai membalas pelukanku.
Jangan tanya kenapa aku bisa melakukan semua ini, aku pun tidak tahu. Aku spontan melakukannya.
Alan lalu melerai pelukan kami. Kini dia memegang kedua lenganku dengan jarak wajah kami yang sangat dekat--bahkan hidungku hampir menyentuh hidungnya.
Jika orang lain melihatnya, mereka akan mengira kalau kami berciuman. Alan menatapku dalam, seakan bertanya apa maksud kalimat yang baru ku ucapkan tadi.
''So--sorry gu--gue--'' aku belum selesai berbicara dan seseorang sudah memanggil kami.
''Ace! Alan!'' itu suara Githa yang sontak membuat kami saling menjauh.
Githa sedang berada di pintu dengan senyum kakunya, memanggil kami agar segera masuk.
Aku dan Alan berjalan beriringan menuju ruang tengah dimana keluarga kami sedang menonton film bersama. Aku terdiam sambil menundukkan kepala, malu mengingat hal bodoh yang ku lakukan tadi. Dan Alan, dia terlihat biasa-biasa saja seakan-akan tadi tidak terjadi apa-apa di taman belakang.
Kami datang diikuti dengan sorak-sorai orang-orang. Aku mengangkat kepala dan menatap mereka satu persatu dengan bingung. Bagas datang ke arahku dengan cengiran lebar yang membuatku muak.
''Wuih selamat ya! Yang tadi pada berduaan di taman belakang dan malah jadian heuheu,'' sontak ucapan Bagas membuat aku terkejut.
Ia menepuk bahuku dan Alan bergantian. Orang-orang di ruang tengah juga mulai mengucapkan selamat pada kami diikuti dengan tawa.
''Iya, makasi,'' balas Alan. Ia lalu menuntunku untuk duduk di sofa samping Kak Joa yang kosong.
Dua laki-laki dingin itu tersenyum dikulum setelah kami duduk di samping mereka.
''Baru aja gue mau ngelamar Ace, udah keduluan sama lo, Lan. Selamat ya, longlast,'' aku membalas uluran tangan Kak Azka dan berucap terimakasih.
Kak Joa sibuk dengan cangkir kopinya, ia lalu menatapku sambil tersenyum lebar--yang jarang diperlihatkannya.
''Selamat ya! Longlast buat lo berdua,'' aku mengangguk.
Ya Tuhan... ini kenapa bisa kaya gini sih? Tadi aku cuman keceplosan bilang kaya gitu. Kenapa semua orang malah ngira kami pacaran? Argh...
Ace lo dalam masalah besar!
Ya, aku dalam masalah besar, ketika Tante Celisa menghampiri ku dan berkata sangat senang karena aku menjadi pacar dari putra keduanya.
''Aduh, Tante seneng banget Ace pacaran sama Alan hehehe,'' katanya sambil mengelus rambutku dengan sayang.
Aku mengangguk kikuk sambil tersenyum tipis.
''Kalau bisa kalian yang langgeng, sampai nikah. Tante pengen deh punya mantu kaya Ace,'' aku terkekeh palsu ketika orang-orang tertawa mendengar ucapan Tante Celisa tadi.
''Alan, kamu harus jagain Ace baik-baik. Jangan bikin dia nangis, okay?'' Arrghh ini kenapa Papa juga ikut nimbrung, sih.
''Iya Om, saya bakal jagain Ace dengan baik.''
Kok rada gimana gt L
Kaya udah mau nikah aja
Lalu sisa malam ini dihabiskan dengan obrolan-obrolan ringan. Alan sibuk mengobrol dengan Kak Joa juga Azka. Entah apa yang mereka bicarakan, aku sama sekali tidak tertarik ikut nimbrung bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
you again ✔
Ficção Adolescente❛❛Kita bertemu lagi. Lalu aku mulai mencintaimu seperti dulu lagi. Pada akhirnya kamu akan menyakitiku juga seperti dulu, kan? Begitu sederhana, namun dapat terpatri dengan indah di ingatanku. Kamu bukan hanya tentang masa laluku, bukan juga tent...