part 6

118K 5.6K 121
                                        

Happy Reading!

"Hai gue boleh duduk disinikan?" aku mendongak dari mangkuk bakso di depanku dan mendapati Kak Ethan sedang berdiri di depanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai gue boleh duduk disinikan?" aku mendongak dari mangkuk bakso di depanku dan mendapati Kak Ethan sedang berdiri di depanku.

Tersenyum manis, dengan semangkuk soto ayam yang masih mengepulkan uap di tangannya.

"Boleh, boleh kak," aku menjawabnya dengan sopan, Kak Ethan langsung mengambil duduk di depanku.

Lavine sedang memesan mie ayam, jadi hanya ada aku dan Kak Ethan yang duduk di bangku pojok kantin ini.

Ace kan sukanya mojok-mojok

"Eh ada Kak Ethan," Lavine datang dengan semangkuk mie ayam, lalu duduk di sampingku dengan cengiran lebar yang membuat matanya nampak tenggelam.

"Hai Vine!" sapa Kak Ethan.

Kemudian, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu diantara kami bertiga. HIngga akhirnya, Lavine membuka pembicaraan diantara kami.

''Kemarin kok gue nggak liat lo, kak? Gak masuk?" Aku merasa Lavine sedang melirikku dengan ujung matanya. Emm... seperti memberi kode, ya?

"Gue kemarin izin gak sekolah, ada acara keluarga," aku menganggukkan kepala dan meraih gelas jus semangkaku.

"Lah pantes gak keliatan. Kemarin dicariin Ace tau!''

Heh?!

Aku tersedak minumanku sendiri, tepat saat Lavine menyelesaikan ucapannya yang benar-benar mengada-ngada.

Sahabat macam apa yang memfitnah sekejam itu?! Fitnah lebih kejam daripada PHP! Setuju?!

Eh gak deng

PHP lebih kejam euy

"Ati-ati dong minumnya, Ce," Lavine menepuk-nepuk punggungku, dan berani taruhan, sekarang dia sedang tersenyum evil di belakangku.

"Masa sih?'' aku mendengar suara kekehan Kak Pram, lalu diikuti dengan tawa Lavine yang menderai setelahnya.

Ye, si EDAN!

Aku hanya bisa tersenyum kecut setelah keduanya berhenti tertawa.

"Hahaha sorry Ce!" Lavine menepuk tanganku yang berada diatas meja, dan aku membalasnya dengan senyum tidak ikhlas.

"Udah selow aja, gue tahu Lavine bercanda," Kak Ethan tersenyum, memperlihatkan lesung pipitnya yang benar-benar menggoda. Aku menggangguk dan berusaha terlihat biasa saja di depannya.

Salting tahu

Lesung pipinya bikin dd meleleh

"Iya."

Kami bertiga lalu mengobrol, membincangkan banyak hal. Mulai dari adik-adik kelas, film-film terbaru, lagu, novel, pelajaran, pertandingan basket antar sekolah dan masih banyak hal lainnya.

Yang dominan bercerita adalah Kak Ethan, lalu Lavine dan terakhir adalah aku yang hanya bisa menggangguk, tersenyum dan tertawa saat keduanya bercerita.

Mungkin hanya sepatah, dua patah kata yang kuucapkan. Seperti misalnya, saat keduanya bertanya padaku tentang suatu hal, hanya jawaban "Iya" atau "tidak" yang kuberikan.

''Ce, lo kenal Sanjes si adik kelas songong itu gak?" tanya Lavine tiba-tiba padaku.

"Kenal kok," jawabku singkat.

"Nah! Itu tuh kak yang punya banyak masalah sama kakak kelas. Sumpah deh! Sanjes itu songongnya keterlaluan banget. Masa main lewat sana-sini di gedung kelas XI, macem dia lewatin kelas angkatannya. Gak ada sopan santun banget! Jibang gue punya adik kelas kaya gitu,'' ujar Lavine dengan emosi yang meluap-luap.

"Gue penasaran banget sama orangnya," gurau Kak Ethan sambil memainkan pipet di gelas teh manisnya yang sudah kosong.

"Jangan kak! Lo gak boleh ketemu sama Sanjes, pokoknya jangan!"

Vine, lo siapanya Kak Ethan?

"Hahaha, lagian gua gak bakal naksir sama Sanjes tau," Kak Ethan sedikit melirikku dengan ekor matanya.

"Bener kak?" entah kenapa, gurauan Lavine ini terasa sedikit merujuk pada seseorang yang tengah duduk di sampingnya.

"Iya Vine. Gak akan," untuk kedua kalinya, lirikan ujung mata Kak Ethan adalah tanda tanya besar yang terbentuk di kepalaku.

* * * * * *

''Ace!'' Githa datang dengan hebohnya tepat saat aku baru duduk di sofa ruang tengah.

Ia datang dengan wajah berbinar-binar, sambil  berloncat-loncat ria yang  membuatku sedikit ragu dengan kewarasannya.

"Kenape lo?" aku menatapnya horor,  ketika badannya yang asyik bergoyang itik menutupi layar tv.

"Gue ketemu sama dia, Ce!" Githa berlari mendekatiku, lalu menghempaskan dirinya di sofa yang sama.

"OMG! Gue udah kenalan sama dia!" ucapnya sambil menggoyang-goyangkan tubuhku.

Weh pusing eeq

"Udah-udah, gue pusing tau!" ia menyelesaikan aksinya menggoyang-goyangkan tubuhku, lalu cengiran lebar nan menggemaskan itu pun muncul di wajah cantiknya.

"Ce!! Pokoknya gue seneng pake banget hari ini. Udah kenalan sama dia, ngobrol terus tukeran pin bb! Gue mimpi apa kemarin?!!''  lalu ocehannya pun berlanjut seperti dongeng yang selalu dibacakan seorang Ibu pada anaknya sebelum tidur.

Tidak lupa sesekali Githa meremas bantal di pangkuannya saking gemas dengan ceritanya sendiri, lalu berteriak-teriak heboh yang membuat Dara yang sedang asyik membaca di dekat sana menegurnya supaya diam.

Dan beberapa kali juga, lenganku menjadi sasaran untuk dipukul olehnya. Benar-benar seorang gadis yang sedang kasmaran.

"Pokoknya Ce, besok dia bilang mau ke toko lagi dan ngobrol bareng gue yes!" Githa berteriak kegirangan lagi, dan membuatku memutar mata malas.

"Hmmm..." aku bergumam dan beralih ke layar tv yang terasingkan selama 30 menit, karena mendengarkan ocehan tidak bermutu Githa.

Menghiraukan semua kelakuan Githa yang benar-benar memusingkan kepala. Sepertinya dia memang harus dibawa ke rumah sakit jiwa.

Setidaknya untuk diperiksakan saja, dan kalau benar ia sudah tidak waras, mudah bagiku memberikan alasan pada Om Bram dan Tante Tari kenapa anaknya ada di rumah sakit jiwa.

''AL GANTENG MUAH!'' teriakan Githa itu membuatku langsung menutup telinga dan menatapnya dengan jengkel.

Bagaimana tidak? Masa iya dia berteriak tepat di kupingku, sangat MENYEBALKAN bukan? Terlebih lagi, setelah itu dia langsung berlari menuju dapur dengan tawa setan yang membahana.

"GITHA SIALAN!" aku balas berteriak, sambil melempar bantal ke arahnya, yang pastinya tidak kena. Dan setelahnya, tawa setan itu lagi-lagi terdengar (bahkan lebih keras), disertai teriakan dara yang menyuruh Githa  diam. 

Bersambung

you again ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang