part 20

81.8K 4.1K 317
                                    

Happy Reading!



I will give you all my heart so we can start it all over again

* * * * * *


Kantin tampak ramai seperti biasa. Bel istirahat sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu. Aku duduk manis di meja paling sudut, berteman dengan semangkuk bakso dan es teh yang sama sekali belum kusentuh. Aku sedang menunggu Lavine dan Alan yang masih berjubel dengan antrian panjang anak-anak lain yang ingin membeli batagor.

Dari sini aku bisa melihat mereka berdua--berdesak-desakkan dengan wajah masam karena beberapa anak main nyerobot saja. Aku terkikik geli saat mereka datang sambil masing-masing membawa piring batagor juga es teh.

''Ihh kzl gue! Anak-anak main nyerobot aja dih,'' gerutu Lavine sambil duduk di sampingku.

Aku menatapnya sambil tersenyum geli.

''Itu tuh yang gak tahu budaya antri! Bagaimana Indonesia mau maju? Kalau generasinya mudanya disuruh antri aja kaga mau!'' lanjut Alan dengan tangan yang siap menyuap sesendok batagor.

Aku hanya bisa terkikik geli melihat keduanya yang saling menggerutu tidak jelas disela-sela kunyahan batagornya. Aku mulai memakan baksoku yang sedikit mendingin--ya pastinya karena sempat nganggur.

''Eh Kak Ethan udah jarang kumpul sama kita, ya?'' tanya Lavine memecahkan keheningan diantara kami bertiga.

Aku mengedikkan bahu acuh sambil meraih gelas es tehku.

''Ya 'kan biasa anak kelas XII udah pada mulai sibuk,'' jawabku.

Alan yang masih berkutat dengan piring batagornya mengangguk setuju. ''Iya betul!''

''Tapi 'kan kasihan lo, jadi jarang bisa kumpul sama dia,'' goda Lavine sambil menubruk bahuku pelan.

Anak ini gemar sekali deh nubruk-nubruk bahu orang.

''Paan sih?!'' kataku dengan ketus.

Lavine dan Alan membalasnya dengan terkekeh geli.

''Ish ish ada yang marah ni wkwkwk,'' Alan menaik-naikkan alis sambil tersenyum lebar.

Aku mendengus melihat wajah bodohnya.

''Udah Lan, udah. Nanti mood-nya Ace malah jelek gara-gara elo,'' bela Lavine.

Eh--tumbenan anak ini baik, biasanya 'kan dia bakal ikut-ikutan nimbrung bareng Alan.

''Nah bener! Mending sekarang kita balik ke kelas,'' aku bangkit dari dudukku diikuti dengan Lavine dan Alan.

Kami kembali ke kelas masing-masing dengan tawa menggelegar Alan sepanjang jalan karena berhasil menggoda adik-adik kelas.

''Cih, calon playboy lo, Lan,'' sindirku sebelum dia masuk ke kelasnya.

''Gak lah! Gue 'kan setianya sama elo,'' aku menatapnya horror.

Laki-laki itu lalu mengacak rambutku dan masuk ke kelasnya sambil tertawa setan. Lavine tertawa cekikikkan di sampingku, aku segera menoleh ke arahnya, memasang wajah sejutek-juteknya.

''Idiww selo dong mukanya mbak.''

''Ngeselin banget sumpah si banci jablay!'' ketusku sambil membenahi rambut yang acak-acak 'kan karena si banci itu merusaknya.

''Ngeselin-ngeselin nanti jadi cinta hayooo...'' aku mendengus kesal mendengar ucapannya.

Basi banget tau gak, sih?! Dari benci jadi cinta? Helo.... gak mungkin banget aku jatuh cinta sama banci jablay itu.

you again ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang