Happy Reading!
Sometimes you just have to accept that some people can only be in your heart, not in your life
* * * * * *
Sudah tiga hari lamanya dan Kak Ethan benar-benar menjauhi ku juga Alan. Dia aneh. Dia berubah. Dan benar-benar tidak seperti Kak Ethan yang ku kenal.
Jika kami tidak sengaja bertemu, dia akan langsung berjalan tanpa repot-repot senyum padaku, bahkan melirik saja pun tidak. Pernah juga suatu saat aku tidak sengaja menyenggolnya, dan dia tidak melirik ku sama sekali. Langsung berjalan begitu saja.
Apa aku perlu mengganti judul film ''Ada Apa Dengan Cinta'', menjadi ''Ada Apa Dengan Ethan'' ? Ah ya, aku tahu itu garing sekali.
Kenapa Kak Ethan berubah? Apa aku benar-benar telah berbuat salah padanya? Tapi, apa yang aku perbuat? Apa dia marah karena aku dan Alan.... Hei! Tidak mungkin sekali itu penyebabnya.
Aku menghembuskan nafas pelan dan mengambil binderku saat Lavine sudah berteriak tidak sabaran di luar kelas. Kami akan ke perpustakaan, meminjam beberapa buku untuk tugas sejarah yang benar-benar menyiksa setengah mati.
''Lama amat lo ah!'' gerutunya saat kami berjalan bersisian menuju perpustakaan yang letaknya lumayan jauh dari kelas.
''Kartu perpustakaan gue tadi nggak ada,'' jawabku berbohong.
Lavine mengangguk dan untungnya dia percaya. Aku memandang lurus ke depan dengan Lavine yang sibuk membalas sapaan anak-anak. Mood-ku sejak tiga hari yang lalu memang buruk, sangat buruk.
Aku tidak semangat seperti biasanya, jarang tersenyum dan tidak seheboh biasanya juga. Teman-teman banyak yang mengatakan itu padaku, termasuk Papa dan Mama yang merasa jika aku juga sedikit berubah.
Perpustakaan, entah kenapa muncul sebersit harapan kalau aku bisa bertemu dengan Kak Ethan disana.
Lavine mendorong pintu kayu perpustakaan. Hawa dingin khas AC menguar keluar menusuk-nusuk kulit, membuatku sedikit menggigil. Aku bisa mencium aroma therapi khas perpustakaan, yang entah kenapa selalu membuat ku merasa nyaman dan tenang berada disini.
Aku dan Lavine berjalan ke arah rak buku sejarah. Mencari buku-buku yang kami perlukan diantara buku-buku tebal lainnya yang dihiasi sarang laba-laba juga debu. Tentu saja, karena peminat buku sejarah tidak banyak. Aku yang notabene hobi membaca juga sama sekali tidak tertarik membaca satu halaman pun dari buku-buku yang nampaknya membosankan ini.
Lavine mengarah ke ujung kanan rak buku, dan aku menyisiri ujung lainnya dengan mata memandang malas ke tumpukkan buku yang sesekali membuatku ingin bersin. Terlalu banyak debu, ya begitulah.
''Ce, udah dapet nih gue!'' seru Lavine menghampiriku sambil mengangkat satu buku tebal di tangan kanannya--yang bahkan sangat berdebu.
''Oh yaudah.''
''Yok cari tempat duduk!'' Lavine menarik lenganku, membawaku ke meja kayu panjang yang terletak di tengah-tengah perpustakaan.
Lumayan ramai, dan hanya tinggal 5 kursi yang tersisa dari 12 kursi yang ada.
Aku menemukannya. Kak Ethan dengan laptop menyala di depan dan duduk paling ujung. Saat Lavine sudah duduk dengan anteng di kursinya, aku masih berdiri, memandang laki-laki yang tiba-tiba menoleh ke arahku.
Sedetik kemudian dia berdiri, mengemasi semua barang-barangnya dan keluar dari perpustakaan dengan sedikit tergesa.
Aku menghela nafas berat, sedih rasanya ketika Kak Ethan menghindari ku belakangan ini. Aku duduk di samping Lavine--dan sepertinya dia tidak sadar kalau tadi Kak Ethan ada di meja yang sama. Dia tampak sibuk mencari-cari jawaban dari tugas kelompok sejarah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
you again ✔
Teen Fiction❛❛Kita bertemu lagi. Lalu aku mulai mencintaimu seperti dulu lagi. Pada akhirnya kamu akan menyakitiku juga seperti dulu, kan? Begitu sederhana, namun dapat terpatri dengan indah di ingatanku. Kamu bukan hanya tentang masa laluku, bukan juga tent...