part 12

94.9K 4.4K 18
                                    

Happy Reading!

"Hai penguntit!" katanya sambil menaik-naikkan sebelah alis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai penguntit!" katanya sambil menaik-naikkan sebelah alis.

''Apaan sih?!''

''Akhirnya kita ketemu lagi ya hehehe,'' ia terkekeh.

''Seneng banget deh kayaknya ketemu sama gue,'' aku mengibasken rambut ikalku dengan sebelah tangan. Lalu menampilkan senyum angkuh yang membuat laki-laki aneh ini terkekeh, lagi.

''Gue yang seneng, atau lo?''

''Gue? Oh no, no,'' aku menggelengkan kepala, diikuti dengan gerakan jari telunjuk yang seakan mempertegas ucapanku tadi.

''Gimana?''

''Gimana apanya?''

''Hubungan lo sama dia?'' aku tidak langsung menjawab dan membiarkan dia menatapku dengan pandangan yang bertanya.

''Seperti yang gue bilang—"aku memberi jeda sedikit.

''Gue gak suka sama dia, dan ini bukan urusan lo!"

''Tukang boong!"

Aku menggelengkan kepala mencoba menghilangkan potongan percakapan tadi dengan laki-laki aneh di Mama's Bakery (yang sialnya ternyata sepupu Kak Ethan) yang terus menghantuiku dalam perjalanan ke rumah Kakek.

Aku heran kenapa ada laki-laki seaneh dan sekepo dia. Kalau saja dia bukan sepupu Kak Ethan, aku mungkin akan menyiram wajah tampannya dengan secangkir teh panas. Atau sesuatu apa saja itu yang bisa membuat kadar ketampanannya berkurang.

Taxi yang ku tumpangi berhenti di depan rumah dengan cat gading yang tak lain adalah rumah Kakek. Aku turun setelah membayar ongkos taxi. Lalu berjalan ringan ke dalam, menanti teriakan keras dari sepupu tersayangku, Githa.

''Ace!" dan yeah, aku mendapatkan teriakan itu.

''Paan?'' aku melempar tas ransel ke sofa yang kemudian disusul oleh bokongku.

Githa, gadis itu memilih duduk di sofa single yang berhadapan dengan sofa yang ku duduki.

''Ce, gue mau na...."

''Buatin gue minum gih. Haus banget,'' potongku sambil mengibas-ngibaskan tangan ke wajah.

Aku mengintip sedikit dan mendapati Githa tengah memandangku dengan jengkel. Pada akhirnya, dengan kaki yang sengaja dihentak-hentakkan, ia berjalan ke arah dapur dengan bibir yang maju.

Tukkk

Segelas sirup melon tersaji di depanku, diikuti dengan bunyi hempasan Githa yang duduk kembali di sofanya. Aku melirik bergantian ke arahnya dan sirup melon itu. Gadis itu mengangkat alisnya, dan menatapku sedikit jengkel.

''Apaan?'' tanyanya terdengar sewot.

''Lo gak ngasi racun di minuman gue, kan?'' selanjutnya wajah jengkel itupun memerah, dan Githa sepertinya benar-benar jengkel sekarang.

you again ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang