Happy Reading!
Aku menselonjorkan kedua kaki yang terasa sangat pegal setelah pemanasan lari 5 kali keliling lapangan. Ya, hari ini aku mendapatkan jam olahraga dan untungnya tidak terlambat.
Aku meraih botol air mineral dan meminum isinya sampai tandas. Lalu, membuang botolnya yang kosong ke bak sampah yang tak jauh dari kursi yang kududuki.
Shoot
Botol masuk ke tempatnya dengan sempurna. Aku membenarkan ikatan rambut yang sedikit longgar sambil menonton permainan basket anak kelas XII.
Tepatnya, aku sedang menonton seorang laki-laki ber-jersey dengan nomor punggung 11. Ia tertawa bahagia bersama teman-temannya, ketika bola yang digiringnya masuk dengan sempurna ke ring.
Aku ikut tersenyum tipis, entah kenapa setiap melihat ia tertawa aku juga ikut bahagia. Lesung pipitnya. Aku sangat menyukai itu. Sehari saja aku tidak melihat senyum itu, rasanya seperti ada yang hilang saja.
Kak Ethan menggiring bolanya lagi dengan gesit. Melewati tiap lawannya yang ingin merebut bola itu. Hebat, aku mengakui kalau dia memang hebat. Dan tidak ada yang meragukan permainan basketnya, tentu saja.
Tiba-tiba kepala itu menoleh ke arah ku. Aku gelagapan, ketahuan melihatnya dengan tatapan terpesona. Oh Tuhan, tolong sembunyikan aku dimana saja asal dia tidak melihat wajah bodohku tadi. Ia tersenyum padaku sambil melambaikan tangan.
Manis
Aku membalas lambaian tangannya dan memberi senyum terbaikku. Aku harap itu bukan senyum bodoh yang memuakkan untuknya.
Kak Ethan melanjutkan permainannya setelah menyapaku sebentar. Aku masih asyik menontonnya. Jam olahraga belum dimulai, karena beberapa siswa belum menyelesaikan pemanasan.
Iya, si Lavine. Sahabatku itu tidak pandai berlari, larinya sangat lambat, bahkan bisa disamakan seperti orang berjalan biasa. Sangat tidak cocok dengan penampilannya yang tomboy.
Aku menelisik barisan anak-anak yang masih berlari di sekitar lapangan. Mencari Lavine ku tersayang yang ku duga berada di posisi paling belakang.
Gotcha!
Aku menemukannya, tentunya di barisan paling belakang dari anak-anak bersama---eh siapa itu? Ahh ternyata Gio, laki-laki yang akhir-akhir ini sedang dekat dengan Lavine.
Kalau ku ingat-ingat lagi curhatan Lavine beberapa hari ini, sepertinya dia menyukai Gio—sial sekali karena laki-laki itu ternyata sahabatnya Alan.
Ngomong-ngomong soal Alan, laki-laki itu sekarang sedang berjalan ke arahku dengan tampang sok gantengnya. Aku mendengus melihatnya yang tebar pesona pada siswi-siswi yang juga sedang duduk selonjor seperti ku.
''Oey Ce!'' sapanya setelah duduk di sampingku. Ia meneguk air mineralnya, lalu menaruh botolnya di ujung kaki yang ditekuk.
''Habis lari kaki gak boleh ditekuk kali,'' aku mencoba memperingatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
you again ✔
Teen Fiction❛❛Kita bertemu lagi. Lalu aku mulai mencintaimu seperti dulu lagi. Pada akhirnya kamu akan menyakitiku juga seperti dulu, kan? Begitu sederhana, namun dapat terpatri dengan indah di ingatanku. Kamu bukan hanya tentang masa laluku, bukan juga tent...