Bab 16 • The Deal

3.7K 255 0
                                    

Suara Grandma membangunkan Elektra yang tengah terlelap. Tadi itu, ia langsung tertidur lagi setelah mematikan ponselnya.

Mengerjap beberapa kali, dengan mata setengah terbuka setengah menutup, ia membuka pintu kamarnya.

"Ya?" suara khas bangun tidur keluar dari bibirnya.

"Temanmu datang lagi," Grandma menjawab, tersenyum. "Cepat mandi, oke? Ia menunggumu."

Mata Elektra terbuka sempurna. Ia melirik jam diding, pukul setengah sepuluh. Elektra yakin bukan Sally yang datang, karena temannya itu mengatakan kalau ia ada janji dengan Dixon siang ini. Lalu, siapa? Oh. Oh, oh, oh. Siapa lagi?

Dylan.

Elektra menggigit bibir bawahnya. "Grandma, aku masih lelah," tuturnya. "Bolehkah Grandm—"

"Sayang, dia bilang dia sudah minta maaf padamu, benar? Ia bilang dia ingin menebus kesalahannya," Grandma memotong ucapan Elektra. "Sekarang, mandilah. Tidak baik terlalu lama bermarahan dengan kekasih."

Apa?

Mata bulat Elektra membola tidak percaya. Apa, katanya? Kekasih? Dylan? Dia dan Dylan? Yang benar saja!

"Grandma, ka—"

Grandma malah-malah terkekeh geli dan berucap, "Tidak apa-apa. Cepat mandi." sebelum meninggalkan Elekta.

Elektra menghembuskan napasnya dengan berat. Ini buruk. Benar-benar buruk. Serius.

✖️

"Kau tampak cantik."

Itu adalah kalimat pertama yang Dylan ucapkan setelah berada didalam mobil selama dua puluh tiga menit tujuh detik.

Elektra tidak peduli dengan 'pujian' itu. Ia masih ingin mengabaikan lelaki itu, ingat? Ia memang selalu malas berbicara dengan Dylan juga, sih.

Tapi, omong-omong, Dylan benar saat mengatakan Elektra tampak cantik. Salahkan Grandma yang memaksanya untuk memakai summer dress berwarna putih-pink tanpa lengan ini. Elektra sebenarnya sudah menolak, karena, untuk apa ia memakai dress? Tadinya ia sudah siap dengan hotpants dan sweater andalannya, tapi Grandma melarang keras ia memakai itu. Jadi, yeah, disinilah ia sekarang dengan summer dress-nya.

"Masih belum memaafkanku?"

Elektra masih diam saja, enggan menjawab pertanyaan Dylan. Masih betah menganggap Dylan tidak ada dimobil ini.

Mobil berhenti di sebuah gedung tinggi yang entah tempat apa. Tempat ini cukup sepi. Dylan tidak akan bermuat macam-macam padanya, kan?

"Dimana ini?"

"Apartment milikku," Dylan tersenyum. "Kau sudah mau berbicara padaku."

Apartment milik Dylan? Dylan akan membawanya ke apartment milik Dylan. Dia. Dan Dylan. Berdua? Ia menoleh, menatap Dylan dengan tatapan tajamnya. "Apa yang ingin kau lakukan?"

Mendengar nada was-was di kalimat Elektra, Dylan tertawa. "Aku tidak akan berbuat apa-apa padamu, Sweet Pie. Belum."

Elektra mendelik. "Aku mau pulang."

"Kita bahkan belum turun dari mobil," Dylan membalas. "Ayo, turun."

"Tidak."

"Kau akan menyesal jika tidak turun."

Dengan tatapan menantang, Elektra membalas, "Oh, benarkah?"

Dylan terkekeh kecil, "Baiklah. Begini, kau turun, ikuti aku, dan jika kau memutuskan untuk mengatakan 'ya aku menyesal' berarti aku menang. Kau harus memaafkanku, dan menuruti tiga permintaanku."

"Dan jika tidak menyesal?"

"Aku tidak akan mengganggumu lagi."

Ide bagus. Elektra tersenyum senang, "Deal!"

Dylan menganggukkan kepalanya. "Kau harus bermain jujur, deal?"

Tanpa berpikir lagi, Elektra menjabat tangan Dylan. "Deal!"

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang