Bab 43 • Truth

2.9K 215 0
                                    

Hari itu, sepulang sekolah, Elektra segera mencegat Sally. Sally segera menatap Elektra malas.

"Apa lagi?"

Hembusan napas dari Elektra, "Sally, Dylan ingin berbicara padamu."

Saat ini, Dylan berada tidak jauh dari mereka berdua—menunggu di depan kelas, bersandar di dinding, sambil mencoba mendengar percakapan antara Elektra dan Sally.

Satu alis Sally terangkat, dan detik berikutnya gadis itu mendengus. "I don't need more bullshit, Elektra."

Bibir Elektra terbuka, akan mengatakan sesuatu, sebelum Dylan tiba-tiba saja memasuki ruangan.

Rahang lelaki itu mengeras, menatap tajam Sally, yang balas menatapnya tajam, tampak muak.

"I love her, Sally. I love Ellie. I won't kill her," Dylan berucap lamat-lamat. "Demi Tuhan, aku mencintainya. Jika aku bisa mengulang waktu, akan kulakukan—untuk mengembalikannya."

Sally bergeming. Hal yang sama dilakukan oleh Elektra. Elektra bisa melihat dari sorot mata Dylan, lelaki itu sangat mencintai Ellie. Dan Elektra tidak tau kenapa, ada satu sisinya yang terasa..., terusik.

Suara serak Dylan kembali terdengar, "Aku tau aku salah," lirihnya. "Aku—pantas dihukum. Tidak apa-apa. Kau pantas membenciku. Aku bahkan membenci diriku untuk menyakitinya," Dylan tertawa.

Tawa yang terdengar hampa, dan menyakitkan ditelinga Elektra.

Dylan menatap Sally, "Aku minta maaf, Sally. Aku—setidaknya kau tau."

Dengan itu, Dylan berbalik, meninggalkan Elektra dan Sally.

Elektra melirik Sally, "Jika kau ingin mendengar yang sebenarnya, aku selalu ada untuk menceritakannya."

Lalu Elektra menyusul Dylan. Gadis itu berlari kecil, berharap bisa menyusul langkah besar Dylan. Lelaki itu terlihat tengah berada di ujung koridor, entah akan kemana.

"Dylan!"

Saat itu, tubuh Dylan berhenti berjalan. Tapi lelaki itu tidak berbalik. Ia tetap di tempatnya, bergeming.

Elektra berlari, menghampiri Dylan. Sampai tepat di belakang Dylan, entah apa yang merasuki Elektra, gadis itu memeluk tubuh Dylan.

Dylan masih tetap bergeming. Dekapan tubuh Elektra terasa hangat. Entah, kapan terakhir kali ia merasakan kehangatan seperti ini.

✖️

Elektra sudah hampir tertidur saat pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Jelas, Elektra mengira yang mengetuk pintu adalah Grandma atau, Grandpa.

Maka, saat ia membuka pintu kamarnya dan menemukan Sally yang berada disana, matanya segera melebar, jelas-jelas terkejut.

"Sally?!"

Di hadapannya, berdiri sosok Sally dengan sweater kebesaran dan celana pendek. Gadis itu menatap Elektra, dan jika tidak salah, itu adalah tatapan.., bersalah?

"Eum, hai."

Elektra bergeser, "Ayo, masuk."

Sally memasuki kamar Elektra, lalu Elektra menutup pintu kamarnya.

"Ada apa?" Elektra bertanya, walaupun kemungkinan besar ia tau apa yang Sally lakukan dikamarnya.

Sally mengusap tengkuknya. "Ekhm, aku.., aku—"

Elektra tersenyum tipis, mengangguk mengerti. "Kau ingin aku menceritakannya?"

Sally mengangguk mantap sebagai jawaban.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang