Bab 58 • She's Back

2.5K 182 2
                                    

"Ada masalah?"

Sally menatap Dixon. "Masalah Dylan," tuturnya.

"Dia tampak menyedihkan," Dixon membenarkan letak kaca matanya. "Aku melihatnya berkelahi kemarin malam."

"Serius?" Sally berdecak.

Dixon mengangguk, "Hm-mh. Omong-omong, kau sedang marahan dengan Elektra?"

Alis Sally terangkat, "Apa?"

"Memang, kau tidak merindukannya?"

"Kau bicara apa, sih?" Sally mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Hah? Aku melihatnya di koridor tadi."

Mata Sally melebar. "SERIUS?"

Dixon mengernyit, menjauhkan kupingnya dari Sally. "Serius."

Dengan gerakan cepat, Sally bangkit dari duduknya, tanpa mengucapkan sepatah-kata apapun lagi pada Dixon, gadis itu berlari menuju koridor.

Berharap setengah mati bahwa itu benar-benar Elektra. Bahwa Elektra kembali.

Tapi disepanjang koridor, Sally tidak menemukan gadis berambut cokelat madu dengan tinggi proposional yang sangat ia kenali itu. Sally tidak melihat Elektra dimanapun.

Sally mendesah. Apa bukan Elektra?

Dengan bahu yang turun, Sally berbalik, dan matanya kembali melebar melihat sosok yang berada di hadapannya.

Sosok Elektra. Namun, rambut cokelat madunya yang panjang kini hanya tinggal sebatas bahu saja.

"Kau!" Sally menjerit.

Elektra tersenyum kecil, "H—"

"Tidak!" Sally memandang Elektra dengan kesal. "Kau. Harus. Menjelaskan. Segalanya. Padaku!"

Saat itu, Elektra tahu bahwa sesuatu yang tidak beres terjadi.

Semuanya karena ponsel sialannya yang hilang.

✖️

Sally bersedekap, menatap tajam Elektra. Disampingnya, duduk March, yang juga menatap Elektra dengan tatapan tajam, menusuk.

Di kursinya, Elektra meringis. Ia salah, dan ia mengakui itu. Tapi, sungguh, ia tidak mengira kepergiannya selama dua minggu akan berakibat sefatal ini.

"Jelaskan," pinta Sally. "Tentang kenapa kau baru kembali, kenapa ponsel-mu mati, tentang segalanya yang terjadi di sana."

Elektra berdehem, bersiap untuk memulai cerita. Tapi yang malah keluar dari bibirnya adalah sebuah pertanyaan, "Apa Dylan baik-baik saja?"

March berdecak, "Kuberi tahu, ya, Elektra, Dylan menjadi gila sejak kau pergi."

Elektra menggigit bibirnya, perasaan bersalah segera menyelimutinya. Juga perasaan khawatir. "Aku harus mene—"

"Tidak sebelum kau menceritakan segalanya."

Elektra menghela napas, "Baiklah, jadi, begini..,"

Lalu cerita selama dua minggunya di Indonesia mengalir dari bibirnya. Tentang Ayahnya yang telah mengetahui segalanya. Tentang dirinya dan Ayahnya yang kini telah berbaikan—kurang lebih, begitulah—tentang dirinya dan Xavier, tentang ponselnya yang hilang, tentang permintaan Ayahnya, dan kepulangannya kembali ke Sydney.

Selesai mendengar cerita Elektra, March dan Sally bernapas lega.

Sally melirik March, dan March mengangguk.

Maka Sally berucap, "Kau harus menemui Dylan secepat mungkin."

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang