Bab 15 • Apologize

3.6K 265 1
                                    

Mata Elektra sembab, ditambah dengan kantung mata yang terlihat sangat jelas. Ia terlihat berantakan.

"Selamat pag—kau baik-baik saja, Sayang?"

Tidak. "Mm, aku—insomnia. Tidak apa-apa," Elektra menyunggingkan senyum tipis.

Grandma mengelus lembut punggung Elektra. "Kau bisa bolos hari ini jika kau mau, Sayang. Kau tampak.., berantakan."

Elektra mengangguk. Ia sadar bahwa dirinya benar-benar berantakan saat ini. Ia masih butuh tidur. Ia butuh mengkompres matanya. Ia butuh menjernihkan pikirannya. "Aku—akan naik keatas. Terima kasih, Grandma."

Elektra membenamkan wajahnya dibantal, memejamkan mata, mencoba mengenyahkan yang terjadi kemarin. Ia sudah berjanji akan berubah, ingat? Seharusnya ia selalu mengingat kalimat 'let past is in the past' dikepala dan, mungkin, hatinya.

Ponselnya bergetar, satu pesan masuk. Dahinya mengerut saat melihat pesan yang masuk tersebut dikirim dari nomor yang tidak ia kenal. Siapa?

Penasaran, Elektra cepat-cepat membuka pesan tersebut. Isinya singkat, padat, dan jelas sekali. Begini:

Maaf.

Satu kata. Empat huruf. Dua huruf vokal, dua huruf konsonan. Satu tanda baca. Maaf.

Hanya satu kata itu, tapi Elektra sepertinya sudah tau siapa yang mengirim pesan tersebut. Siapa lagi? Dylan. Tapi, serius? Ia sangsi seorang Dylan, Dylan Antonious, mau mengatakan sebuah kata 'maaf'. Apalagi, kepada dirinya.

Tapi, jika bukan Dylan, siapa lagi?

Satu pesan kembali masuk.

Kali itu, dari Sally. Isinya:

Apa dylan mengirim pesan? Tadi dia mendesak ku untuk memberikan nomormu. Ak tidak punya pilihan. U ok?

Jadi. Jadi, benar, itu dari Dylan. Elektra sedikit terkesan. Tapi—ia masih tidak ingin memaafkan Dylan. Bukan masih tidak ingin, sih. Ia masih ingin mengabaikan lelaki itu. Jadi, ia mengabaikan pesan Dylan, dan membalas pesan Sally, mengatakan bahwa dia tidak apa-apa.

Sekitar beberapa detik kemudian, satu pesan kembali masuk. Ia pikir, itu Sally. Tapi tidak. Itu dari nomor yang tidak dikenal, lagi, dan itu nomor Dylan.

Maaf. Kujemput setengah jam lagi, kau harus siap.

Apa-apaan? Elektra mendengus. Ia tidak habis pikir dengan Dylan. Ia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran seorang Dylan Antonious. Lelaki itu baru saja meminta maaf padanya, lalu dengan seenak jidat menyuruh-nyuruhnya.

Diktator menyebalkan.

Dengan kesal, Elektra menjawab:

Jangan harap aku ingin bertemu denganmu.

Tidak sampai sepuluh detik, Dylan membalas.

Aku sudah minta maaf, ok? Turuti saja apa yang kuperintahkan.

Elektra melotot tidak percaya. Serius? Bahkan setelah segala apa yang ia lalukan, ia tetap memerintah Elektra. Tolong bold, ya, memerintah. Tidak bisa dipecaya.

Kau diktator gila yang menyebalkan. Jangan sekali-sekalinya memerintahku. Dan aku, belum memaafkanmu.

Setelah mengirim balasan kepada Dylan, Elektra mematikan ponselnya dengan sengaja. Biarkan. Ia tidak ingin menerima pesan lagi dari si Diktator Menyebalkan.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang