Bab 48 • You Know What?

2.7K 224 4
                                    

Tadinya, Elektra duduk disamping Dylan. Bersandar di sofa, sambil mendekap bantal.

Sebelum Dylan mulai mendekat padanya di pertengahan film, sampai akhirnya tanpa sadar, Elektra sudah bersandar di dada bidang Dylan.

Baik Dylan maupun Elektra tidak melakukan apapun—tahukan, maksud melalukan disini. Mereka hanya dalam posisi tersebut, sambil memandang layar televisi yang masih terus menayangkan film Goosebumbs.

Elektra dapat menghirup dengan jelas wangi tubuh Dylan—aroma sesuatu yang entah apa Elektra tidak tau, tapi tercium begitu manis di indera penciumannya. Dalam tempatnya, senyum Elektra mengembang.

"Perempuannya cantik."

Elektra memutar kedua bola matanya. "Lelakinya tampan. Dan manis."

"Maksudmu, yang berkacamata? Atau, yang giginya agak kelebihan itu?"

Tangan kanan Elektra mencubit pinggang Dylan, membuat Dylan mengaduh.

"Apa-apaan?" Dylan berseru tidak terima. "Sakit, tau."

"Kau jahat, sih," cibir Elektra. "Biarpun begitu, tetap saja dia seorang aktor. Kau tidak ada apa-apanya dibanding dia."

Dylan bergeser menjauh, yang tanpa sadar membuat Elektra mendesah kecewa karena harus dipisahkan dengan kehangatan yang dirasakannya.

Dylan menatap Elektra, "Aku bisa jadi aktor terkenal jika aku mau."

Tipikal Dylan. Elektra, dengan gerakan refleks, menarik Dylan kembali berdekatan dengannya, lalu menyenderkan tubuhnya di tubuh Dylan.

"Jangan pergi, aku suka begini," gumam Elektra, entah, setan apa yang merasuki dirinya. "Kau hangat. And you smell really good."

Dylan mengulum senyum. Tangan kirinya dilingkarkan pada pinggul Elektra, "Aku juga suka begini."

Elektra mengulum senyum, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Dylan. Sesuatu yang manis, dan menenangkan. Elektra menyukainya.

"Dylan?"

"Hm?"

"Kau lega sekarang?"

Dylan mengangguk pelan, "Setidaknya, Sally memaafkanku, dan dia tahu yang sebenarnya. Hanya Sally, kau, dan March, dan aku rasa itu cukup."

Kali ini, Elektra melingkarkan tangannya di tubuh Dylan. Mendekap tubuh kekar Dylan, erat. "Dylan, mau tahu sesuatu?"

Entah untuk apa, tapi Dylan mati-matian menahan senyum lebarnya saat ini. Lelaki itu tidak tau kapan terakhir kali ia merasakan kehangatan sebesar ini. "Hm?"

Elektra membenamkan wajahnya di perut rata Dylan, berucap dengan lirih, "Aku menyayangimu."

Lirih, tapi Dylan masih dapat mendengarnya. Lengan kanannya yang bebas balas mendekap tubuh Elektra. "Aku lebih menyayangimu, kau tau."

Malam itu, mereka tau. Mereka tau mereka memiliki satu sama lain. Mereka tau mereka saling menyayangi. Mereka tau mereka tidak lagi sendiri.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang