Bab 50 • It's Him

2.2K 183 3
                                    

Ketika Elektra sampai dirumah, yang kosong, kira-kira hampir tengah malam.

Battle dance dimenangkan, tentunya, oleh Underground Street, omong-omong. Stacy, yang sepertinya pemimpin LCD sempat seperti ingin menghancurkan camp US, tapi saat melihat Dylan ada disana, gadis itu langsung meninggalkan camp US tanpa banyak berbicara.

Elektra mendorong pintu, satu kakinya sudah berada didalam rumah, ketika suara yang sangat familiar, terdengar indera pendengarannya.

"Elektra."

Takut-takut, Elektra berbalik. Sebagian dari dirinya berharap suara tersebut hanya sebuah ilusi. Sebagian lagi berharap bahwa suasa itu nyata.

Tapi saat irisnya melihat dengan jelas lelaki yang berada digerbang pintu rumahnya itu, Elektra tau itu bukan sekedar ilusi.

Beberapa meter dihadapannya, berdiri sosok Xavier. Xavier-nya.

Iris Elektra membulat, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dadanya berdesir.

"Elektra."

Sosok Xavier berlari menghampirinya. Satu langkah sebelum tubuh Xavier sempat membekap tubuh Elektra, Elektra melangkah mundur.

Xavier menahan napas. Tatapan terluka terlihat jelas di irisnya. "Elektra."

Elektra memberikan Xavier senyum tipis, sebuah senyum formalitas. "X—xavier."

"Elektra, maaf," Xavier bergumam lirih. Suaranya bergetar. "Elektra, a—"

Elektra menggeleng. "Aku—sudah malam. Lain kali kita bicara, oke? Selamat malam, Xavier."

Dengan cepat, Elektra masuk ke dalam rumah, menutup kembali pintu, lalu menguncinya. Meninggalkan Xavier diluar sana, masih mematung.

✖️

Elektra tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini. Jam sudah menunjukkan pukul tiga kurang sepuluh menit, tapi matanya belum juga ingin terpejam.

Kedatangan Xavier begitu tiba-tiba. Kedatangan Xavier adalah sesuatu yang tidak pernah Elektra bayangkan.

Dan sekarang, Elektra tidak tahu apa yang dirasakannya. Ia merindukan Xavier. Ya. Dia memang meridukan lelaki itu. Tapi, melihat kembali dirinya, dihadapannya, menyebut namanya, menatatapnya, setelah semua yang telah terjadi.., Elektra tidak mengerti apa yang dirasakannya.

Elektra menutup matanya, menghela napas. Diraihnya ponselnya, jari-jari lentiknya menelusuri layar, dan berhenti di satu kontak dengan nama Annoying Dylan.

Entahlah, hanya saja, Elektra merasa Dylan harus tahu. Harus tahu tentang dirinya. Segalanya tentang dirinya, dari bibirnya sendiri.

Ia butuh Dylan.

Dan terima kasih pada Tuhan, di deringan keempat, Dylan menjawab telpon Elektra, dengan suara seraknya.

"Halo?"

Elektra menggigit bibirnya. "Dylan."

Elektra bahkan tidak sadar, suaranya bergetar saat memanggil nama Dylan. Disebrang sana, Dylan segera tersadar sepenuhnya.

"Elektra, what's wrong? Are you okay?"

Elektra bahkan tidak tahu, apa ia baik-baik saja, atau tidak.

"Dylan, aku—" dan Elektra menangis. Untuk sesuatu yang bahkan Elektra tidak pahami. "I just need you—"

"I'll be there in ten."

Lalu sambungan terputus.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang