Bab 55 • Dad

3.8K 224 2
                                    

Indonesia, Jakarta

Di dalam taxi menuju rumah sakit, Xavier dan Elektra bergeming, dengan mulut terkunci rapat. Xavier tidak tahu harus memulai darimana. Sedangkan Elektra, berpikir, apa yang akan ia katakan dengan Ayahnya nanti.

"Jadi, gimana selama disana?" akhirnya, Xavier memulai.

"Hm?" Elektra menoleh. "Nggak buruk."

Xavier menghela napas, "Aku nggak mau kita canggung gini, Tra. Kita sahabatan bukan satu dua tahun."

Sejujurnya, Elektra juga tidak ingin. "Aku tau. Aku—susah, Xav, setelah semua yang terjadi, tiba-tiba aja—"

"Kita mulai dari awal," Xavier memotong. Irisnya menatap Elektra dengan binar kesungguhan yang nyata. "Kita mulai semuanya dari awal lagi. Ya, Tra?"

Hening. Elektra memainkan bibirnya, berpikir. Apa keputusan yang harus dibuatnya? Apa keputusan yang akan diambilnya adalah yang terbaik?

Dia harap, keputusannya adalah yang terbaik.

Elektra mengangguk, "Iya."

✖️

"Aku tunggu diluar, ya," Xavier tersenyum, mengelus pipi Elektra sekilas.

Elektra mengangguk. Setelah menghembuskan napas pelan, Elektra membuka pintu kamar bernomor 104 tersebut. Tempat dimana Ayahnya berada.

Ayahnya tampak tertidur, dan Ayahnya tampak jauh lebih kurus, dan lebih tua. Elektra menatap sedih Ayahnya. Sebenci apapun ia dengan Ayahnya, ia sangat, sangat menyayangi Ayahnya.

"Dad," Elektra berbisik lirih. Kaki jenjangnya melangkah pelan kearah tempat sang ayah terbaring dengan mata terpejam. Setitik air mata mengalir tanpa dapat dicegahnya. "Dad."

"Aku sayang sama Dad, Dad bangun, ya? Elektra udah disini," Elektra menghapus jejak air mata dipipinya. "Elektra.., kangen sama Dad."

Jari-jari lentik Elektra menggenggam tangan sang ayah yang dingin. Mengecup lembut tangan tersebut.

"Elektra usah disini, Dad. Kapan Daddy mau bangun? Elektra nggak bisa lama-lama disi—"

"E—elekt-tra?"

Iris Ayahnya kembali terbuka. Iris itu tampak redup, dan lelah. Tapi bibirnya tersenyum lemah saat melihat sosok Elektra. Perasaan hangat menjalari kedua orang tersebut.

"Kamu datang," suara lirih Fernando terdengar. "M-maafin Daddy, Elektra. Maaf. Maaf sudah menjadi—"

Elektra menggeleng, tersenyum pada Ayahnya. "Ssst. Nggak apa-apa. Aku panggilin dokter dulu, ya?"

✖️

"Gimana, Dokter?"

Bianca, dokter yang menangani Ayah Elektra, tersenyum. "Keadaan Ayah kamu sudah mulai stabil. Mungkin dua atau tiga hari kedepan, sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap biasa."

"Thank God," Elektra berbisik lega.

Bianca menepuk punggung Elektra dengan lembut, "Saya permisi dulu, ya? Kamu sudah boleh masuk."

Elektra mengangguk. Ia menoleh kearah Xavier yang tengah menatapnya senang.

"Aku seneng kamu seneng," tutur Xavier. "Mau masuk?"

Elektra mengangguk. "Ayo."

"Aku nggak masuk," Elektra mengacak rambut Elektra dengan lembut. "Aku rasa kamu masih butuh waktu berdua buat bicara, kan?"

Elektra hanya balas dengan senyum terima kasih.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang