Bab 45 • Underground Street

2.7K 214 0
                                    

Sebelum sampai kelantai atas, Elektra dapat mendengar dentingan lagu La La Latch milik Pentatonix. Dahi Elektra berkerut, bingung.

Jadi, sebenarnya, Dylan akan membawanya ketempat apa?

Dylan, yang berjalan beberapa langkah didepan Elektra, meliriknya, sekilas. "Ayo."

Elektra berhenti, tangannya bersedekap. "Bisa jelaskan kita akan ketempat apa?"

Seringaian Dylan muncul. "Sedikit lagi kau akan tau, Sweet Pie. Ayolah."

Elektra memejamkan matanya, kemudian menghembuskan napas. "Baiklah."

Dylan memberikan senyumnya pada Elektra, kemudian dengan semangat melanjutkan perjalanan.

Sampai di lantai atas, hingar bingar musik terdengar lebih keras lagi. Dan disana, diruang kosong tersebut, ternyata adalah sebuah—eum, apa kata yang tepat? Basecamp? Semacam itulah.

Dinding yang belum sepenuh jadi itu di gambar dengan berbagai macam graviti. Dan tulisan-tulisan seperti, 'Underground Street', dan banyak lagi.

Underground Street.

Beberapa lelaki berkulit cokelat segera menyambut Dylan begitu melihat sosoknya, sebelum akhirnya beralih pada Elektra.

Elektra tersenyum kaku, "Eum, halo."

Elektra sendiri ragu suaranya terdengar oleh mereka. Pasalnya, lagu yang entah apa judulnya ini, mendominasi suara lain yang berada diruangan.

Dylan segera menarik Elektra mendekat, melingkarkan tangannya di pinggang Elektra.

"Bruce, Nath, ini, Elektra. Dan Elekta, ini Bruce dan Nath."

Jadi, dua lelaki berkulit hitam ini adalah Bruce dan Nathan. Elektra balas menyalami keduanya sambil berteriak, "Elektra."

Bruce tersenyum, "Pacarmu, Dylan? Cantik."

"Terima kasih," sebelum Elektra sempat menjawab, Dylan sudah lebih dulu menjawab.

Sukses, membuat pipi Elektra menghangat.

Setelah sedikit berbasa basi, Dylan membawa Elektra menjauh dari Bruce dan Nath. Lelaki itu membawa Elektra pada banyak orang lainnya yang berada dalam gedung tersebut.

Ada si kembar bernama Sean dan Dean, kemudian perempuan berambut blonde bernama Paris, lalu ada Karla, Monica, dan beberapa nama lainnya yang tidak Elektra.

Selama itu juga, setiap ada yang bertanya sesuatu seperti, 'Pacarmu, Dylan?' sambil melirik Elektra, Dylan akan menjawab, ya.

Elektra sama sekali tidak mengerti apa yang berada di dalam pikiran lelaki berambut blonde itu.

Setelah memperkenalkan pada orang terakhir, Natalie, tangan Dylan menggengam tangan Elektra, menarik perempuan itu menjauh dari hingar-bingar musik.

Dylan mengajak Elektra ke lantai atas—ralat, ke anak tangga yang menghubungkan ke lantai berikutnya. Di anak tangga ke lima, atau enam, entahlah, saat dirasanya musik sudah tidak terlalu mendominasi, Dylan berhenti

Lelaki itu berbalik, dan Elektra menatap Dylan, sambil mengangkat satu alisnya. "Jadi?"

"Well," Dylan membasahi bibirnya. "Itu teman-temanku."

"Dan?"

"Yeah, terkadang aku menggalang dana dengan mereka ini—melakukan sedikit pertunjukan tiba-tiba di mall, taman, atau jalan, lalu menyumbangkan hasilnya ke panti asuhan."

Elektra mengulum senyum, "Kau bisa menari?"

"Hei, kubilang, aku bisa segalanya," Dylan memberikan seringaian kecil. "Nah, sekarang, ayo, akan kubuktikan bahwa aku bisa segalanya."

Lagi, tangan Dylan menggenggam tangan Elektra, membawa Elektra kembali pada sekelompok orang tersebut—sebagian menari, sebagian memperhatikan, dan sebagian melakukan pemanasan ringan.

Dylan melepaskan genggaman tangannya pada Elektra, menuju pada Nash yang mengambil alih musik, membisikkan sesuatu, lalu mulai melakukan sedikit pemasan ringan.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang