Bab 7 • Dylan & Ellie

4.2K 291 0
                                    

"YaTuhan!"

Elektra memutar bola matanya malas melihat reaksi berlebihan Sally. Ia merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar Sally yang dipenuhi bintang-bintang glow in the dark. Agak mengejutkan mengetahui seseorang seperti Sally memiliki kamar yang.., sangat feminime. Teman barunya itu memang punya banyak kejutan.

"Kubilang, kan, seharusnya aku memberitahumu siapa dia," Sally berdecak. "Dia itu Dylan Antonious."

Dylan Antonious? Otak Elektra berputar, mencoba menggali pengetahuannya mengenai Dylan Antonious. Tapi, nihil. Ia sama sekali tidak tahu siapa itu Dylan Antonious. Tapi setidaknya ia memang bukan anak presiden atau apa.

"Aku tidak tau siapa itu Dylan Antonius," Elektra bergumam.

"Dylan Antonious, i-o-u-s, bukan i-u-s. Dia itu bintang sekolah kita, Asian Girl!" Sally hampir mengucapkan kalimat itu dengan berteriak. "Playboy? Double check. Trouble maker? Double check. Tampan? Double check. Pintar? Check. Kaya? Triple Check. Asshole? Jangan ditanya."

Seperti most wanted guy, ya? Elektra mengangguk mengerti. Oh. Seperti karakter utama di novel yang pernah ia baca. Tipe badboy yang digilai banyak wanita. Brengsek, tapi tetap saja digilai.

"Dia pemain football terbaik yang pernah Sidney HS miliki," terang Sally. "Sekaligus murid paling—apa, ya? Ia sering membolos. Membuat rusuh kelas, bahkan tak jarang sekolah. Pembuat onar! Benar-benar kacau."

Begitu.

"Dan kau," telunjuk Sally mengarah pada Elektra. "Baru saja membuat kesalahan fatal."

Helaan napas. "Apa dia seseorang yang patut aku takuti?"

"Kuberitahu, ya, Asian Girl, dia itu patut dijauhi. Dan aku serius."

Benar. Elektra baru kali ini melihat sosok Sally yang lain, sosoknya yang serius, bukan sosoknya yang selalu tampak konyol. "Kenapa?"

Sally menatap lurus Elektra, "Dia bisa melakukan apapun. Apapun, oke? Hal paling mengerikan apapun yang bahkan tidak pernah kau bayangkan."

Bukankah itu terlalu berlebihan? Memangnya, ia pernah membunuh orang atau apa? Atau—jangan-jangan ia memang pernah membunuh orang? Elektra bergidik sendiri dengan pemikirannya. Tidak, itu hanya khayalannya saja.

"Memangnya ia pernah membunuh?"

Sally mengangkat bahunya, "Kita tidak tahu saja, kan. Mungkin ia bahkan pernah memutilasi seseorang."

Mendengar itu, Elektra mendengus. "Kau berlebihan."

"Baiklah, aku memang berlebihan," Sally menghembuskan napas pelan. "Tapi aku punya alasan, Elektra."

Itu adalah pertama kalinya semenjak awal perkenalan mereka, Sally memanggilnya dengan nama asli. Elektra. Biasanya, Sally hanya akan menyebutnya 'Asian Girl'.

"Aku..," Elektra menggigit pipi bagian dalamnya. Sesuatu dari cara Sally menyebut namanya barusan membuatnya.., sakit perut. "Tell me why, Sally."

"Memang tidak banyak yang tahu tentang ini," Sally memulai. "Tapi aku tidak akan menutupinya darimu."

Kening Elektra berkerut, tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya yang besar.

Sally melanjutkan, "Aku punya seorang sepupu. Kakak sepupu. Tapi hanya beda beberapa bulan lebih tua dariku."

"Lalu? Kenapa kau tidak pernah mengenalkannya padaku?"

Sally mengenalkan pacarnya pada Elektra. Sally juga mengenalkan para sahabatnya, bahkan orang tuanya pada Elektra. Tapi kenapa ia tidak mengenalkan kakak sepupunya itu pada Elektra?

"Karena ia sudah meninggal."

Elektra bungkam.

"Depresi," Sally kembali melanjutkan. "Aku tidak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Ellie, sepupuku, depresi karena Dylan."

Mulut Elektra terbuka, ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian mulutnya kembali tertutup. Ia berkata, "Lanjutkan."

"Mereka sempat berpacaran," tutur Sally. "Dua bulan. Atau tiga. Entahlah. Tapi itu rekor, karena Dylan sebelumnya tidak pernah tahan hanya dengan satu perempuan lebih dari satu minggu.

Tapi kemudian mereka putus. Entah karena apa. Ellie mulai berubah. Dylan menjauhi Ellie. Dan, bum! Ellie depresi. Lalu ia bunuh diri."

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang