Bab 6 • Annoying Monday and Guy

4.3K 296 0
                                    

Coffee yang lelaki itu bawa tumpah. Mengotori kemeja putih yang Elektra kenakan, dan juga baju V neck hitam yang lelaki itu kenakan.

Rasa panas menjalari bagian tubuh Elektra yang terkena kopi tersebut.

Ini baru pukul enam lewat empat puluh lima, dan ia sudah mendapat kesialan. Hari Senin mungkin memang bukan hari keberuntungannya. Ugh, hari Senin memang hari sial bagi semua orang, kan? Setidaknya itu yang ada dipikiran Elektra, dan hampir tidak pernah berubah.

"Kau bodoh, ya?"

Ketika Elektra mendongak, yang pertama kali dilihatnya adalah sepasang mata jernih dengan iris biru. Untuk beberapa detik, Elektra terpesona pada mata indah itu. Tapi detik selanjutnya, ia kembali tersadar. Matanya menajam. "Kau menumpahkan kopi super panasmu ke kemeja putihku."

"Dan itu karena kebodohanmu," lelaki itu balas menatap Elektra dengan tajam.

"Aku—"

"Hey, Asian Girl! Aku mencarimu kemana-mana dan—eh," Sally berhenti, menatap Elektra dan lelaki itu secara bergantian. "Apa aku—yaampun, kenapa dengan kemejamu?!"

Elektra menghela napas. Menghadiahi tatapan tajam terakhir kali pada lelaki itu, Elektra menarik tangan Sally menjauh dari lelaki itu.

"Aku punya baju ganti di lokerku, mau aku ambilkan?"

Elektra menutup keran, menatap pantulan dirinya dari kaca. Bajunya kotor, benar-benar kotor. Ia menghela napas. "Tidak merepotkanmu?"

Sally menatap Elektra dengan malas, "Kau kaku sekali, Asian Girl."

Elektra mengangkat bahunya.

"Akan aku ambilkan. Tunggu disini, oke?"

Elektra mengangguk. Ia menyenderkan tubuhnya disalah satu bilik kamar mandi yang rusak, tidak terpakai. Ia mendengus sebal mengingat lelaki tadi.

Menyebalkan, batinnya menggerutu.

Lelaki itu memang tampan, bukannya Elektra tidak menyadari itu. Tapi, kelakuan menyebalkannya membuat wajah tampannya menjadi jelek dimata Elektra. Serius.

"Kau tau tidak, sih, siapa yang menabrakmu tadi?"

Entah sejak kapan Sally sudah kembali dari lokernya. Ia melempar kaos putih bertuliskan 'I am a Rock Star' kepada Elektra. Dengan sigap, Elektra menangkapnya.

"Tidak," Elektra masuk ke bilik kamar mandi. "Dan aku tidak mau tau."

Dari dalam, Elektra masih dapat mendengar dengan samar dengusan Sally. "Serius? Kau lihat matanya yang indah itu, kan? Yakin kau tidak mau tau siapa dia?"

Oke. Elektra tau iris lelaki itu indah. Iris lelaki itu sejernih dan sebiru laut. Jika saja lelaki itu tidak menyebalkan.

Elektra keluar dari bilik dengan kemeja putih yang tersampir di bahu kanannya. "Serius."

Baju Sally terlihat.., sedikit ketat di tubuh Elektra. Membuat setiap lekuk tubuhnya yang indah itu terlihat. Sally mengejap. Elektra lebih sering memakai kaos longgar atau sweater longgar atau kemeja longgar saat sekolah. Baru kali ini, Sally melihat teman barunya itu memakai sesuatu yang dengan jelas memperlihatkan bentuk tubuhnya.

"Wow. You look.., sexy."

Mengabaikan Sally, Elektra berjalan menuju cermin dan mematut dirinya. Benar. Ia terlihat—ugh. Ia terlihat seperti Evelyn—si ketua tim pemandu sorak yang sering memakai baju super ketat dan rok super mini. Beruntung, Elektra memakai jeans panjang.

"Bajumu terlalu sempit," Elektra bergumam sambil memasukkan kemejanya ke dalam tas.

"Tidak. Baju itu terlihat sangaat pas untukmu, Asian Girl! Serius."

Memanggul tasnya. Menyelipkan rambutnya yang panjang kebelakang telinga, memandang Sally. "Mau tetap disini atau pergi ke kelas Biologi sebelum terlambat?"

"Aku masih ingin hidup!"

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang