Bab 26 • Stay Away

3.1K 237 0
                                    

"Kau tidak perlu menungguku," sebelun keluar dari mobil Dylan, Elektra berucap. "Aku akan pulang sendiri."

Tadi, Grandma meminta Dylan untuk mengantarkan Elektra pulang juga. Grandma-nya itu memang tidak main-main.

"Aku akan menunggumu."

Elektra memutar kedua bola matanya. Tuan Diktator kembali lagi. "Aku bisa pulang sendiri, oke?"

Dylan menggeleng, "Grandma-mu menyuruhku untuk mengantarkanmu pulang, dan itu mutlak."

"Bisa, tidak, sih, berhenti memaksa orang lain?" Elektra menatap tajam Dylan. "Kubilang, aku akan pulang sendiri."

"Apa susahnya pulang denganku?" alis Dylan terangkat naik.

Dia tidak mengerti. Disaat gadis lain mengantri untuk diantar pulang dengannya, Elektra justru tidak ingin diantar oleh dirinya. Menarik. Itu, yang membuat Dylan selama ini selalu betah untuk berdekatan dengan Elektra.

"Aku tidak mau pulang denganmu," sungut Elektra. "Sudah lama sejak aku menghabiskan waktu berdua dengan Sally."

Sally. Oh, sahabat Elektra yang berambut biru elektrik itu. Sepertinya, ia sudah tidak asing dengan gadis itu. Tapi, dia siapa, ya? Dylan mengetuk-etukan jarinya di stir mobil.

Sally. Rambut biru elektrik. Itu.., oh. Dylan ingat. Gadis itu, saudara.., Ellie.

"Aku turun."

Dylan tidak mencoba untuk mencegah Elektra keluar dari mobilnya. Tiba-tiba saja pikirannya berkelana pada masa lalu, pada saat-saat ia bersama perempuan itu.

Ellie.

"Sialan," Dylan memejamkan matanya.

Kenapa tiba-tiba ia memikirkan gadis itu lagi?

✖️

Sally dan Elektra berada di perpustakaan, sibuk dengan buku mereka masing-masing. Akan ada test, lagi, hari ini. Dan mereka sedang belajar. Anak rajin, ya?

"Aku menyerah," Sally mengangkat kedua tangannya. "Masa bodoh dengan nilaiku."

Elektra terkekeh. Tapi tidak berkomentar. Ia memilih untuk tetap membaca baris demi baris rumus yang berada di bukunya.

"Yang kulihat, kau bertambah akrab dengan Dylan."

Perhatian Elektra langsung tersita sepenuhnya. Ia menatap Sally. "Aku—"

"Yeah, sekali berurusan dengan dia, itu akan menjadi urusan yang panjang. Aku tidak menyalahkanmu."

Elektra menjadi merasa bersalah sekarang. Bukannya ia tidak mendengarkan Sally. Tapi, ada saja hal-hal yang membuatnya berhubungan dengan Dylan. Dan Dylan, tau sendiri, kan, memiliki gen diktator mutlak. Susah rasanya menjauh dari Dylan.

"Aku minta maaf."

Sally terkekeh. "Hei, tidak apa-apa. Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu denganmu."

Elektra mengangguk mengerti. Sepertinya, mulai sekarang, ia harus menjauh dari Dylan. Maksudnya, benar-benar menjauh.

"Dylan sudah mengatakan tiga permintaan," Elektra mencoret-coret asal di buku catatannya. "Kurasa aku sudah tidak ada urusan lagi dengannya. Serius, aku akan menjauhinya mulai sekarang."

"Bagus," Sally mengangguk-anggukkan kepalanya. "Nah, sekarang, ayo kita menuju neraka."

Elektra terkekeh mendengar Sally menyebut kelas matematika sebagai neraka.

Ia tidak sadar, sedari tadi, seseorang mendengar dengan jelas pembicaraannya dengan Sally.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang