EXTRA PART

4.3K 235 22
                                    

Hari itu, salju mulai turun. Musim dingin entah yang keberapa kalinya yang mereka berdua habiskan bersama.

Tapi, kala itu, berbeda. Mereka tidak lagi menghabiskan musim dingin di apartment sang gadis yang tidak begitu luas, atau apartment si lelaki yang sangat berantakan.

Kali ini, mereka menghabiskan musim dingin di rumah mereka. Rumah mereka. Setelah tiga bulan menikah dan tinggal dikediaman orang tua Dylan, akhirnya Dylan dapat memberi rumah sendiri untuk mereka berdua-dan tentunya, anak-anaknya kelak.

Rumah yang Dylan beli memang bukan rumah yang besar-tidak seperti mansion milik keluarga Antonious. Rumah yang Dylan beli cenderung sederhana-tetapi nyaman, dan terasa hangat.

Dan Elektra menyukainya. Gadis itu membenamkan wajahnya didada bidang Dylan, selalu menyukai kehangatan yang Dylan miliki. "Kau hangat, aku suka."

Dylan terkekeh kecil, melingkarkan lengannya pada pinggul Elektra. "Truth is, kau jauh lebih hangat, Sweet Pie."

"Kau memanggilku apa tadi?"

"Sweet Pie."

Rasanya sudah lama sekali semenjak Dylan memanggilnya dengan sebutan itu. Dylan tidak pernah memanggilnya sweet pie lagi, lelaki itu lebih senang memangil Elektra dengan queen, atau princess, atau hottie hampir setelah Elektra memotong rambutnya kala itu.

Elektra tersenyum dalam dekapan Dylan. "Aku kira kau tidak akan memanggilku dengan sebutan itu lagi."

"Ya, aku sedikit bernostalgia," tutur Dylan. "Saat-saat sulit."

"Jangan bahas itu," Elektra merengut tidak suka. "Aku tidak suka."

"Masih merasa bersalah, eh?"

Elektra menjauhkan dirinya dari Dylan, memandang suaminya itu dengan sebal. "Shut up, Tuan Menyebalkan."

Dylan memberikan Elektra senyum menyebalkannya, lalu menarik tubuh Elektra mendekat. Terlalu dekat, malah. "Apa yang terjadi saat di Indonesia, Elektra? Kau dan Xavier. What exactly happened."

"Kau tau, aku-"

"Kau memilih aku," Dylan menghirup dalam-dalam wangi tubuh Elektra. "Kenapa?"

"Karena," Elektra melingkarkan tangannya dileher Dylan. Irisnya menatap Dylan lekat-lekat. "Kau adalah Dylan Antonious."

Dylan terkekeh, mengecup kilat bibir Elektra. "Aku bosan mendengarmu menjawab dengan kalimat itu setiap kali aku bertanya."

"Jadi, siap mendengarkan jawaban sebenarnya?" alis Elektra terangkat.

Dylan balas mengangkat satu alisnya, "Try me."

"Karena," Elektra menyandarkan kepalanya di dada Dylan. "Aku punya lebih dari sejuta alasan untuk memilihmu. Kau tau, aku menyukai senyum menyebalkanmu. Alis tebalmu. Suara serakmu. Wangi tubuhmu. Aku-"

Dylan memotong ucapan Elektra dengan mencium bibir Elektra, lama.

"Ya, aku juga mencintaimu, Elektra."

---------------------------------------------

A/N

Hai! Aku mau numpang promosi cerita baru aku ya muehehehehehe

Check this out ->

When She Looked Away
Sinopsis: But what if he stares at you everytime you look away?

The Bucket List
Sinopsis: Bucket list is a list of things to do before you die. And Alicia Abrianna has her own bucket list.

Iya sinopsis-nya emang pendek-pendek banget. Tapi udah ada prologue-nya kok! Terus sekalian sih, mau nanya nih, terusin When Shee Looked Away dulu, atau The Bucket List? Makasih!

Anyway. Kemarin ada yang bilang "buat sequel after rain dong". Seque anak Dylan sama Elektra, gitu? Jujur sih gapernah ada niat buat sequel lagi setelah After Rain. Tapi liat nanti ya.

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang