Bab 28 • What's Wrong?

2.8K 228 0
                                    

"Kapan kau bisa latihan?"

Elektra mencegat Dylan saat kelas bahasa Perancis selesai. Sedari tadi, mereka berdua sama sekali tidak berbicara satu sama lain, disaat pasangan yang lain sudah sibuk mencari-cari drama apa yang akan mereka tampilkan.

Dylan bahkan tidak melirik Elektra sedikitpun saat berucap, "Terserah."

Elektra tidak habis pikir dengan lelaki di hadapannya ini. "Kau kenapa, sih?" teriaknya. "Berhenti bersikap menyebalkan, Tuan Antonious."

Akhirnya, Dylan menatap Elektra. Tatapannya tajam, dingin. "Kau bisa cari partner lain."

Demi Tuhan, Elektra juga ingin mencari partner lain, jika ada. Tapi satu-satunya orang yang belum mendapat pasangan hanyalah Dylan. Lagi, Percy sudah menyerahkan nama-nama pasangan kelas ini pada Steve.

Elektra menghembuskan napasnya. "Tolong, Dylan. Kapan kau bisa latihan?"

"Kubilang, terserah."

Rasanya, Elektra ingin meledak sekarang juga. Ia sama sekali tidak mengerti dengan perubahan sikap Dylan. Terakhir mereka bertemu, lelaki itu jelas-jelas memaksanya untuk—oh, apa lelaki itu marah karena ia tidak ingin Dylan mengantarnya pulang?

Serius? Kalau memang karena itu, Dylan benar-benar childish.

"Ada apa denganmu, sih?" lagi, Elektra bertanya.

Dylan menjawab, "Tidak ada."

"Kau marah padaku karena aku tidak ingin kau mengantarku pulang waktu itu? Serius? Kau kekanak-kanakan sekali, sih, Dylan—"

Dylan mendengus. "Kau kira kau siapa sampai aku marah padamu karena kau tidak mau kuantar pulang?" ia menatap Elektra lekat-lekat.

"A—" Elektra kehilangan kata-kata sekarang.

Dylan berbalik, "Katakan saja apa yang akan kita tampilkan dan peranku, kita latihan sendiri-sendiri."

Satu, dua langkah Dylan berjalan menjauhi Elektra, dan Elektra berlari menyusul Dylan, mencegat langkah lelaki itu.

"Sebenarnya, kau kenapa, sih?" Elektra menatap kesal Dylan. "Kau sedang datang bulan, ya? Aku tidak punya salah apa-apa padamu! Tapi kau—"

"Kau sendiri yang bilang kau akan menjauhiku!" suara Dylan naik beberapa oktaf, ia baru saja berteriak, dihadapan Elektra.

Elektra mengerjapkan matanya. Masih memproses apa yang baru saja Dylan katakan. Sebelum ia sempat berkata apapun lagi, Dylan sudah meninggalkannya seorang diri di kelas.

✖️

Jadi, Dylan marah padanya karena—entah bagaimana, ia tahu kalau Elektra ingin menjauhinya. Tapi, bagaimana bisa Dylan mengetahuinya?

Atau.., jangan-jangan Dylan mendengar pembicaraan Elektra dengan Sally beberapa hari lalu?

Elektra memejamkan matanya. Entah kenapa, ia malah merasa bersalah pada Dylan. Elektra juga tidak tau kenapa, tapi ia merasa bersalah pada laki-laki itu.

Elektra mengacak-acak rambut panjangnya. Saat melihat ada kaleng bekas sebuah minuman di hadapannya, ia dengan refleks menendangnya.

"Aw!"

Elektra melotot. Kalengnya mengenai seseorang! Serius, apalagi sih, ini? Segera, Elektra berlari mendekati orang tersebut.

"Oh, yaampun, maaf, aku tidak sengaja, serius. Kau baik-baik saja?"

Saat tatapan mata mereka bertemu, si korban, yang ternyata seorang lelaki berhenti merintih.

Ia malah mengangkat satu alisnya, "Kau Elektra, ya? Elektra King?"

After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang