Gadis dengan rambut cokelat madu itu berjalan sambil membawa satu koper besar di tangan kanan, dan passport serta iPhone di tangan kiri. Matanya yang sering berpendar dingin itu kini tertutupi kaca mata hitam. Dari balik kaca mata hitamnya, matanya sibuk mengedarkan pandangan, mencari-cari dua orang yang sudah lama sekali tak ia jumpa.
Ketika akhirnya matanya menangkap dua sosok yang di carinya, senyum kecil merekah di bibir mungilnya. Sambil menyeret koper besarnya, gadis itu berjalan cepat menuju dua orang itu-perempuan dan laki-laki yang rambutnya sudah mulai memutih-Kakek dan Neneknya. Adam dan Sheine, orang tua dari Ibunya, Isabelle.
"Grandma, Grandpa-i miss you," gadis itu memeluk erat secara bergantian Kakek dan Neneknya itu.
Kakek dan Neneknya itu balas memeluk erat cucu satu-satunya itu. "Grandma dan Grandpa kangen kamu juga, Elektra."
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Gadis itu menatap kamar barunya yang baru lekat-lekat. Kamar itu lebih kecil dari kamarnya yang dulu di Indonesia-jauh lebih kecil. Hanya ada satu tempat tidur berukuran kecil di pojok kamar, meja belajar kayu polos, meja rias sederhana, dan lemari berukuran sedang. Kamar itu sangat sederhana dan sangat kecil jika di bandingkan dengan kamarnya yang dulu. Tapi, sungguh, gadis itu merasa jauh lebih menyukai kamarnya yang sekarang di banding kamarnya yang dulu. Di sini, ia lebih merasa hangat-hangat yang sudah lama ia tidak dapatkan semenjak Ibunya-Isabelle-meninggal.
Gadis itu tersenyum tipis sambil melihat pantulan dirinya di cemin. Lantas berucap, "Sekarang, gue bukan Elektra yang dulu lagi. Gue Elektra yang baru. Elektra King."
Dan di dalam hatinya, ia benar-benar menancapkan kalimat itu. Ia bersungguh-sungguh akan menjadi sosok yang baru. Meninggalkan segala rasa sakit yang dulu pernah ia rasakan. Ia, Elektra King, sosok yang baru.
Tidak ada lagi Elektra yang hanya bisa menangis.
Di sini, ia akan memulai awal baru. Dan ia, akan mendapatkan kebahagiaannya.
