prolog

13.4K 570 7
                                    

"Once there was a princess who was very beautiful. She shone bright as the stars on a moonless night. But what difference did it make that she was beautiful? None. No difference."

"Why did it make no difference?" asked Abilene.

"Because," said Pellegrina,
"She was a princess who loved no one and cared nothing for love, even though there were many who loved her."

Kate DiCamillo, The Miraculous Journey of Edward Tulane

☆☆
Suara dentingan piano terdengar dari sebuah kamar berwarna ungu pastel. Suara itu bersamaan dengan suara dari jam dinding yang berada disudut kamar itu.

Seorang gadis dengan rambut tergerai tengah duduk diatas kasurnya dengan kedua tangan memegang handycam miliknya. Sesekali matanya terpejam seolah ikut terhanyut dengan suara alunan piano yang sedari tadi berasal dari rekaman di handycam itu.

Ia membuka matanya dan menatap layar handycam-nya, siluet pria berseragam abu - abu tengah memainkan piano. Pria itu menatap kearah kamera.

Sambil tersenyum pria itu terus memainkan pianonya. Tak lama layar handycam itu bergerak - gerak, seseorang meletakan handycam itu diatas piano. Masih dengan fokus kearah pria itu.

Lalu tak lama seorang perempuan dengan seragam yang sama duduk disamping pria itu.

"Haii..." sapa gadis yang berada didalam rekaman itu.

"Kevin lagi mainin kiss the rainnya yiruma nih, dia hebat loh... baru tadi pagi aku kasih denger instrumennya tapi dia udah lancar" kata gadis yang berada dalam rekaman itu.

Sementara gadis yang melihat rekaman itu hanya terdiam melihat rangkaian kejadian yang ada dalam rekaman itu.

Gadis itu menekan tombol henti dan melemparkan handycam itu ketas kasur dengan sembarangan.

Kakinya melangkah dengan malas kearah meja kecil yang berada disudut kamar itu.

Ia duduk disebuah kursi, dengan mata tertuju pada sebuah buku bersampul oranye. Perlahan ia membukan bagian akhir lembaran yang masih kosong. Di raihnya sebuah pulpen bertinta biru yang terletak disela buku itu. Perlahan demi perlahan ia mulai menggoreskan cerita pada buku itu.

Sebuah catatan harian.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Desember 2015

Dimanakah lagi dirimu kasih?
Selatan? Timur? atau bahkan barat daya?

Dulu kita bertemu dalam sebuah persimpangan.
Tidak...ini bukan sebuah kisah romantis dimana kau berjalan bergandengan denganku.

Ini hanya kisah disebuah jalan yang membuat ku bertemu denganmu.
Hanya kisah tentang aku yang menggenggam hampa dan menatapmu yang beriringan denganku.

Lalu kasih...
Sebuah persimpangan membelokan jalanmu.

Semua begitu sulit..
Ketika dulu aku berjalan dengan menatapmu.

Kini aku berjalan sendiri..
Me- reka reka...
disebuah persimpangan mana lagi kita bertemu.
Dijalan mana lagi aku bisa menatapmu.

Dimana kah sekarang dirimu kasih?
Utara ? Tenggara? Atau bahkan timur laut?

Sejauh manakah jarak kita?
Sejauh mentari atau mungkin ribuan tahun cahaya?

Kini mengertikah maksudku?
Jalan itu adalah takdir.
Kita pernah berada dalam garis yang sama. Kisah yang sama. Walau dengan cinta yang berbeda.

Lalu kapan jalan itu akan terisi kembali oleh kau dan aku?
Masihkan berjalan sendiri dengan aku yang menatapmu? Atau mungkin kau membiarkanku menggenggam erat tanganmu?

Kemanakah lagi dirimu kasih?
Aku merindukanmu

-Nona Bintang

After SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang