Pada Tuhan, aku memesankan bahagia untukmu.
Dan kini aku berharap kau tak lagi terluka.
Kau akan punya hidup manis, dengan umur yang panjang dan penuh cinta.******
Juni 2012Shilla berjalan disamping Juna, ia tak menyangka kalau dirinya punya keberanian akan itu, Shilla menatap Tasya yang berjalan disampingnya juga bersama Ridho, mencoba memberi isyarat pada Tasya agar melakukan sesuatu untuk memecah keheningan.
"Gue kemarin nonton film sama Irish, dan akhirnya sad ending," ucap Tasya.Shilla melirik Juna, pria itu sepertinya tertarik dengan ucapan Tasya.
"Oh ya?" Ucap Ridho.
Tasya mengangguk, lalu berjalan mendahului Shilla, Juna dan Ridho, lalu berjalan mundur dan menatap mereka. "Gue gak ngerti kenapa ada orang yang harus punya sad ending."
"Mungkin mereka kurang berjuang," sahut Ridho.
Shilla mengangguk pelan, ditatapnya Juna. "Kalau lo sendiri, mana yang bakal lo pilih? Happy ending atau sad ending?"
Shilla masih terus menatap Juna, pria itu diam sejenak, sebelum akhirnya menatap dengan tenang, namun begitu menusuk saat membalas tatapan Shilla. "Sad ending, mungkin."
Tasya membulatkan matanya. "Kenapa?" Jerit Tasya.
Juna mengedikan bahunya. "Gak ada yang sampai akhir bener bener happy, mereka pasti punya ending yang tragis, ditinggalkan, meninggalkan, melupakan, dilupakan, kematian, contohnya itu."
Shilla terdiam. Ia hanya bisa mendengarkan ucapan Juna.
"Kalo lo? Mana yang bakal lo pilih?" Tanya Juna.
Shilla hampir saja terlonjak kaget, saat ia mendengar Juna bertanya padanya.
Shilla tersenyum tipis. "Gak dua duanya."
Gadis itu menatap Juna. "Bittersweet ending."
Shilla menyisihkan rambutnya kebelakang telinga. "Bagi gue pribadi, gak ada didunia ini bahagia yang terus menerus, kesedihan juga begitu, ada keseimbangan antara bahagia dan kesedihan, menurut gue, apa yang lo dapet itu sebanding dengan apa yang lo korbanin."
Shilla menggeleng pelan. "Gak ada ending yang bener bener bahagia, dan gak ada juga yang bener bener penuh kesedihan. Jadi gue pilih Bittersweet ending, bahagia yang penuh sesak, bahagia yang punya kesedihan."
"Keduanya imbang."
Shilla masih menatap wajah Juna, pria itu kini menatapnya balik, dan ia suka cara Juna memandangnya.
Mata pria itu begitu sendu.
Ada luka yang masih pria itu simpan.
Shilla mengikuti Juna ketika Irish dan Ridho telah memisahkan diri kearah motor Ridho yang terparkir.
Juna memberikan helm miliknya pada Shilla. "Gue cuma bawa satu helm."
Shilla menggeleng pelan. "Kalau gitu lo aja yang pake."
Juna mengangguk pelan. "Seenggaknya gue udah basa basi buat perduli."
Shilla meringis. "Gue suka lo basa basi."
Tak ada tanggapan yang diberikan Juna, pria itu sibuk mengeluarkan motornya dari parkiran, dan mengacuhkan Shilla.
"Juna," panggil Shilla.
Shilla berdiri disamping Juna. Ditatapnya pria itu yang tengah memakai helm. "Lo tipe gue." Tandas Shilla.
Shilla tersenyum riang. "Lo tipe gue, jadi gue berharap kita bisa ketemu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
After Sunshine
Teen FictionUntuk seseorang yang mengira melupakan adalah jalan terbaik. Jawab aku. Mengapa diam diam gadis itu masih bertanya tanya mengapa dirinya terlupakan? Cover by salsabilandita