Dua Puluh Lima

2.9K 189 7
                                    

A/N : mungkin part ini bakal bingung kalau kalian gak perhatiin tanggalnya, karena 90% part ini kilas balik dari sisinya Kevin.

-The Other Side of Kevin(2)-

Bahwa sesekali kau harus tanyakan pada hatimu, apakah kau masih mencintainya, atau kau hanya memaksakan tetap mencintainya.
-Ayri-

September 2009

Gadis itu masih mencoba melepaskan genggaman tangan Kevin, tapi usahanya sia-sia, cengkraman Kevin begitu keras.

Kelvin bisa merasakan bahwa gadis itu tidak dalam suasana hati yang baik.
"Tadi gue ke toilet." Ucap Shilla.

Kevin mengerutkan keningnya, tak mengerti apa yang Shilla katakan.

"Dari dalam toilet, gue ngedenger beberapa orang ngegossip, lo tau apa yang mereka gossipin?"

Shilla tertawa pelan. "Mereka ngegossipin gue sama lo, mereka mikir dulu lo suka sama gue."

"Terus masalahnya dimana?" Potong Kevin.

Shilla tersenyum tipis. "Gue cuma takut Yasmin salah paham sama kayak mereka."

"Lo gak mau kan Yasmin salah paham?"tanya Shilla.

Kevin diam sejenak, kata kata Shilla membuatnya berfikir, apa yang telah dilaluinya bersama Shilla terlihat begitu berbeda.

Ada satu hal yang Kevin sadari, bahwa ia lebih mengenal Shilla dengan baik ketimbang mengenal Yasmin, bahwa mengejar Yasmin membuatnya tak berjarak dengan Shilla.

Maka mungkin saja suatu saat nanti akan ada salah faham antara hubungannya dengan shilla dimata Yasmin.

"Makanya lebih baik kita jaga jarak," ucap Shilla dengan suara parau.

Perlahan genggaman tangan Kevin di tangan Shilla mengendur. Namun yang pasti entah mengapa ia seperti terluka.

Kenyataan bahwa sekarang ia tak bisa sebebas dulu dengan Shilla seolah menyadarkannya kalau Shilla juga berharga untuknya.

Ucapan gadis itu membuatnya merasa bahwa ia telah ditinggalkan.

Kevin menatap punggung gadis itu yang tengah berbaring, ia tersenyum miris saat mengingat gadis itu membentaknya karena ia mengikuti gadis itu ke Uks, dan sekarang gadis itu memunggunginya.

"Gue bisa beliin lo bubur dikantin kalo lo mau," ucap Kevin.

Tak ada jawaban, gadis itu hanya diam, Kevin menghela nafas berat. Ia mengitari ranjang uks yang ditiduri gadis itu, membuatnya berdiri didepan gadis itu sekarang, wajah gadis itu masih pucat, dan mata gadis itu terpejam.

Ia hendak ingin menyentuk rambut gadis itu, untuk mengikat rambut gadis itu yang terurai, setidaknya mungkin dapat menghilangkan sedikit keringat gadis itu, tapi ia urungkan.

"Gue bisa minta teh anget di pentri," ucap Kevin.

Kevin berbalik arah, tapi tangannya tertarik oleh sesuatu, Shilla menarik tangannya.

Mata gadis itu terbuka. "Gak usah."

Lalu dengan cepat Shilla menghempaskan tangan pria itu. "Lo balik aja ke kelas."

Kevin berdecak kesal, lalu dengan mengabaikan ucapan gadis itu yang seolah mengusirnya Kevin duduk disamping gadis itu, dan gadis itu kembali memejamkan matanya, seakan tak mau melihat Kevin.

Selang beberapa waktu, seseorang muncul dari balik pintu Uks, Juna berdiri di ujung ranjang Uks yang gadis itu tiduri.

Kevin memukul pahanya, ia mengangguk angguk pelan. "Ya mungkin bener, gue emang harus balik ke kelas"

Tak masalah bagi Kevin, gadis itu mengusirnya, membentaknya itu bukanlah masalah yang besar.

Namun Shilla, gadis itu sakit. Dan kenyataan bahwa ia tak bisa berbuat apa apa sangat membuatnya resah.

Gadis itu melukai dirinya sendiri, tapi bagi Kevin yang melihatnya seperti itu ia hampir mati rasa.

Sejujurnya Kevin tak tahu apa apa tentang hatinya sekarang, begitu aneh jika ia fikirkan.

Memikirkan gadis itu setiap malam, merindukan gadis itu melebihi Yasmin, bukankah hal itu seharusnya tidak benar.

☆☆☆☆☆


Oktober 2009

"Ada seseorang yang gue suka," tandas Shilla, ia menatap tepat di manik mata pria itu.

Dan dalam sekali tarikan nafas, semua orang tahu kecuali Shilla, bahwa raut wajah Kevin berubah menegang.

"Siapa?" Tanya Kevin.

Gadis itu tersenyum, senyum hangat yang selalu Kevin sukai.

"Inget waktu itu gue cerita? Gue bilang kalau gue suka sama seseorang,"

Kevin mengangguk-anggukan kepala, ya ia mengingatnya, saat itu ia tengah bercakap cakap dengan Shilla di teras rumah nayla.

"Waktu itu dengan entengnya gue bilang sama lo, gue pasti bisa ngelupainnya," lanjut Shilla

Shilla menatap Kevin, ia menghela nafas, seolah mencoba menghilangkan beban di pundaknya. "Tapi nyatanya gue gak bisa."

Shilla tertawa, tapi Kevin tahu betul gadis itu menyembunyikan luka.

"Ya walaupun gue bukan tipe dia sih,"

Kevin ingin sekali bertanya mengapa, mengapa gadis itu tak bisa melupakan pria itu, mengapa gadis itu mencintai pria itu dengan sangat.

Namun Kevin tahu batasannya, batasan antara dirinya dengan Shilla, batasan antara Shilla dan dirinya yang bukan siapa siapa.

Tapi jauh didalam lubuk hati pria itu, ada suatu yang mengganjal, ada suatu hal yang memaksanya untuk memberontak, selayaknya patah hati.

Dan tepat pada saat itu, saat Kevin menatap manik mata gadis itu, ia tahu bahwa semuanya telah begitu jauh dilalui, ia tak bisa lagi kembali kebelakang, ia menyadari satu hal.

Ia begitu telat membaca hatinya sendiri, ia terlalu telat mengetahui siapa yang ia cintai.

Kenyataan bahwa Shilla lebih dari apapun baginya ketimbang Yasmin.

Ia mencintai Shilla.

After SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang