Dua Puluh Enam

3.5K 242 17
                                    

Dan pada akhirnya, hati tahu kemana ia akan pulang, siapa yang ia jadikan sebagai rumahnya.

Oktober 2009

Kevin menatap kotak bekal kosong yang tadinya berisi sekotak penuh salad buatannya. Ia tersenyum tipis, setidaknya ia tahu bahwa Shilla tak kelaparan.

Satu satunya hal yang beberapa hari terakhir yang ia lakukan adalah menjaga gadis itu, menjaganya agar baik baik saja.

Kevin memasukan kotak bekal itu kedalam tasnya, lalu berjalan cepat menuju ruang musik dengan sebuah payung yang sedari tadi ia genggam.

Yang harus ia lakukan hanya memberikan payung ini kepada Shilla, dan memastikan gadis itu pulang dengan aman.

Kevin baru saja sampai didepan ruangan tempat dimana Shilla berada, namun pandangannya beralih pada sosok yang tengah menerobos hujan.

Shilla, gadis itu berlari dibawah hujan, dengan cepat Kevin mengejar gadis itu dan berdiri didepannya.

Kevin tahu gadis itu tak menduga apa yang ia lakukan, namun ia tak peduli, ia menutupi kepala gadis itu dengan payung dan menarik tangan gadis itu agar dia memegang gagangnya.

"Gue pingin nganterin lo pulang, tapi gue gak punya jas hujan," tandas Kevin.

Padahal gue pingin banget nganterin lo.

"Gue juga gak bisa ngegoncengin lo kalau lo megang payung, terlalu bahaya,"

Kevin mengacak acak rambut gadis itu."Jangan sampe kena hujan, lo bisa sakit kalau hujan hujanan."

"Jangan sampe sakit," tekannya lagi.

Dan ia membiarkan gadis itu pergi.

Ada satu hal yang baru ia sadari, bahwa selama ini mungkin ia hanya mencintai Shilla, ia tak pernah mencintai Yasmin.

Dan ia merasa ia adalah orang yang paling bodoh, tak bisa membedakan dan mengenali cintanya.

Saat bersama Yasmin, yang Kevin tahu hanyalah, ia harus memiliki gadis itu, ia setengah mati mengejarnya. Mengejarnya hingga ia bisa mendapatkan Yasmin.

Tapi untuk Shilla, ia mencintai gadis itu, menjaganya, berusaha membuatnya baik baik saja, menyukai cara gadis itu tersenyum, merindukannya, ia mencintai gadis itu dengan cara yang sederhana.

Sesederhana hingga ia begitu telat menyadari.

Dan sampai detik ini, ia tak mempunyai alasan untuk memaksa gadis itu bersamanya, ia tak mengejar gadis itu, ia hanya mencintainya.

☆☆☆☆☆


November 2009

Shilla melirik jam di dinding kamarnya yang menujukan pukul delapan malam, ia menghapus air matanya, sepertinya5 matanya terlalu sembab sekarang, ia terlalu banyak menangis.

Diliriknya lagi jam dinding itu, dan menyadari satu hal, Juna tak menemuinya sesuai janji pria itu.

Dengan cepat Shilla bangun dan berlari menuju rumah pria itu.

"Tante Juna ada dikamarkan?" Ucap Shilla sambil menaiki anak tangga.

Dan sebelum ibu Juna menjawabnya, Shilla telah masuk kekamar pria itu.

"Jun," panggilnya, saat menyadari kamar pria itu yang gelap.

Ia menekan saklar yang berada disamping pintu, dan menemukan Juna yang tidur dengan selimut menutupi badannya sampai kewajah.

After SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang