Delapan belas

3.5K 256 10
                                    

Juli 2009

Bahwa pantai selalu melepaskan tetes air yang pernah menerpanya
Melepaskan tetes air membali kelautan
Walau pantai tahu tetes air tak akan kembali.

Bahwa bintang tetap berkilau untuk langit
Walau terhalang bulan dan tertutup awan.

Bahwa aku mencintaimu walau tak pernah kau tahu

☆☆☆☆☆

Badan gadis itu menegang, kuku tangannya seakan mencengkram pinggiran meja sedangkan pandangannya menunduk, berusaha tenang, berusaha tak menampakan reaksi apapun di wajahnya, sesekali akibat wajahnya yang tertunduk ia merapikan rambutnya kembali kebelakang telinga.

Sepuluh menit yang lalu sebelum Yasmin pergi meninggalkannya ia masih bisa tenang, tapi setelah Yasmin pergi untuk memesan makanan dan meninggalkannya bersama Kevin, mendadak ia begitu mengutuki hari ini.

Disini, disalah satu restoran cepat saji yang ada disalah satu mall di Jakarta, ditempat ia duduk sekarang, disalah satu bangku didekat jendela kaca besar dan di depan Kevin, ia merutuki menerima ajakan Yasmin untuk pergi dengannya.

Seandainya saja ia tahu jika Kevin akan menyusul dirinya dan Yasmin sudah dipastikan ia lebih memilih meringkuk di tempat tidur.

Ia membuang pandangannya melihat keluar jendela, menatap para wanita yang sedang berbelanja dengan hebohnya karena ada diskon besar disalah satu toko yang berada didepannya. Ya sebisa mungkin ia melupakan kenyataan bahwa Kevin tengah menghadap kearahnya.

"Lo gak ikut Yasmin mesen makanan?"

Cengkeraman kuku Shilla di ujung meja melemas, mendadak tangannya sedikit bergetar, matanya yang sedari tadi fokus menatap keluar jendela sekarang mengerjap-ngerjap.

Ia menoleh ke arah Kevin dan menggeleng pelan. "Tadi dirumah gue udah makan."

Kevin tersenyum jahil. "Mau gue traktir cappuccino?"

Shilla terdiam melihat senyum jahil pria itu, dan ucapan pria itu membuatnya mengingat sebuah kejadian di siang hari, dikantin sekolah kala itu.

Shilla menyesapi secangkir cappuccino yang ia beli dikantin sekolah, ia duduk disalah satu kursi yang berada di kantin, matanya menatap Kelvin yang juga tengah menatapnya.

Shilla mengangkat tangan kirinya menunjukan telapak tangannya, sementara tangan kirinya mengangkat cangkir yang berisikan cappuccino kedekat mulutnya.

Ia menyesap cappuccinonya sebelum akhirnya meletakannya kembali keatas meja, tangan kirinya masih terangkat, masih menunjukan telapak tangannya pada Kevin, sesekali ia mengerak gerakannya.

"Ada lima hal yang bisa lo pake buat nyogok gue," tandas Shilla.

Raut wajah kevin yang tadinya bingung perlahan mengerti apa yang sedari tadi dilakukan Shilla.

"Pertama?" Tanya Kevin, seolah menunjukan rasa penasarannya akan ucapan Shilla.

Shilla menumpukan dagunya pada tangan kirinya, bibirnya tersenyum kepada Kevin.

"Langit malam yang penuh bintang,"

Kevin tersenyum mendengarnya. "Kedua?"

"Makanan,"jawab shilla.

Kevin berdecak mendengarnya, sepertinya semua orang akan tahu bahwa Shilla tak pernah menolak jika berurusan dengan makanan.

"Ketiga?"

After SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang